Hay, hay, hay... Bagaimana nieh sob kabar sobat - sobat semua? semoga dalam keadaan baik - baik saja ya. Tak terasa sudah 1,5 tahun ini Ane tidak ngeblog sama sekali, bagaimana mau ngeblog menulis artikel, lawong laptop yang biasa Ane gunakan saja rusak jadi Ane harus bersabar dan kebetulan kali ini Ane bisa ngeblog kembali karena ada pinjaman laptop dari adik Ane jadi Ane gunakan kesempatan ini dengan sebaik - baiknya.
Cerita kali ini berawal dari dua orang rekan kerja Ane di SMP PGRI 1 Way Serdang, Pak Dwi dan Bu Yani yang keterima menjadi ASN di lingkup dinas Pendidikan dan masih sama profesinya menjadi seorang pendidik. Atas berkat itulah mereka sangat senang dan bersyukur sehingga membawa dampak yang baik bagi rekan - rekan beliau yaitu memberangkatkan kita semua berwisata bersama di Kabupaten Tulang Bawang Barat. FYI buat sobat - sobat semua bahwa Tulang Bawang Barat ini ibarat perempuan, Ane bisa katakan bahwa seorang anak perempuan belia yang beranjak menjadi gadis remaja dan berhasil memikat siapa saja untuk mendatanginya. Bagaimana tidak kabupaten ini dari segi usia baru sekitar 14 tahun, namun dari segi pembangunannya mengalami perkembangan yang sangat luar biasa terutama di bidang pariwisata seperti Patung Rato Nago Besanding dan Monumen Megou Pak yang sudah pernah Ane kunjungi sebelumnya. Ya walaupun tempatnya tidak begitu jauh dari rumah Ane, sekitar 2,5 jam perjalanan namun sudah cukup membuat Ane senang dan senyum bahagia karena perjalanan kali ini bukan hanya Ane saja yang melakukan perjalanan seorang diri tetapi juga bersama kedua orang tua Ane sekaligus bersama rekan - rekan kerja Ane. Semangat!!!
Singkat cerita, waktu yang Ane nanti - nantikan tiba saatnya yakni Hari Minggu, 6 November 2022. Rencana awal kita berangkat dari rumah jam 7 pagi, namun jadinya kita berangkat tet jam setengah 8, maklum Ane bersama keluarga harus menunggu teman - teman yang lain untuk berkumpul. Kita berangkat menggunakan 5 buah mobil pribadi, masing - masing berisi 6 - 8 penumpang termasuk dengan Sang sopir. Seperti biasa, jalan yang kita lewati mula - mula berbatu dan bergelombang. Ini nieh kalau di Jogja jalanan seperti ini biasa digunakan sebagai tempat wisata offroad, tetapi kalau disini jalanan seperti ini sudah biasa kita lewati terutama jalan yang masuk ke desa - desa, makanya kalau disini mau buka usaha wisata offroad mikir berkali - kali pengusahanya, mungkin nggak laku, hehehe.
Kurang lebih 8 Km, jalan yang kita lewati berganti menjadi jalan tol sumatera yang bedanya 360 derajat dibandingkan dengan kondisi jalan yang sebelumnya. Masuk melalui pintu Tol Way Kenanga, mobil yang Ane tumpangi wusss berjalan layaknya mobil listrik Formula E melintasi lintasan di Sirkuit Jakarta International e-Prix. Tak sampai 1 jam perjalanan kita berada di tol, dan setelah keluar kita melewati jalanan yang masih dalam kondisi beraspal dan halus. Barulah memasuki wilayah Tulang Bawang Barat, Ane merasakan kekhasan dari kabupaten ini sendiri yaitu lebar jalannya terbilang sempit kurang lebih sekitar 4 meter, namun cukup halus dan terawat.
Tak butuh waktu lama rombongan wisata Ane mengeksplorer tempat ini, yakni kira - kira hanya 30 menit dan selanjutnya kita semua menuju obyek wisata yang Ane tunggu - tunggu yaitu Uluan Nughik. Uluan Nughik ini beralamatkan di Desa Panaragan Jaya, Kecamatan Tulang Bawang Tengah. Lokasinya cukup strategis berada tidak jauh dari jalan raya Panaragan Jaya - Pulung Kencana, sekitar 200 meter dan juga berada kurang lebih 5 Km dari Ikon wisata Tulang Bawang Barat, Islamic Center.
Sekelompok ibu - ibu yang sedang melakukan kegiatan outdoor |
Kesan pertama saat pertama kali Ane menginjakkan kaki disini yaitu tempatnya sangat luas, suasananya cukup asri, tenang dan penataan tempatnya tertata cukup apik dan elegan. Disisi barat dan utara tempat parkir terdapat 2 buah bangunan budaya berupa rumah adat serta tempat yang menyerupai ruangan bioskop namun disini bedanya tidak beratap, tempat duduknya berasal dari batu - batuan dan di tengahnya terdapat batu - batuan yang berdiri seperti peninggalan zaman Megalitihikum. Ntah apa yang mau diusung tentang kekhasan dari obyek wisata ini. "Hanya segini saja?", fikirku dalam otak Ane. Ternyata tidak, rasa penasaran Ane terjawab sudah saat melewati sebuah jembatan yang terbentang diatas sungai berada di samping ibu - ibu yang sedang melakukan kegiatan outdor.
Sungainya cukup bersih dan banyak bermacam - macam jenis ikan hidup didalamnya. Owalah Ane baru mengerti bahwa tema yang diusung oleh obyek wisata Uluan Nughik ini yaitu bertemakan budaya yang dipadukan dengan corak kekinian dan instagramable tanpa menghilangkan substansi dari rumah budaya itu sendiri. Di setiap sudut memang keren dan cakep untuk digunakan sebagai swafoto. Di dalam bangunan - bangunan rumah budaya itu terdapat berbagai macam karya seni instalasi kain batik, instalasi yang terbuat dari bambu hingga gerabah atau keramik.
Eow iya, sobat sudah tahu belum apa arti kata dari Uluan Nughik? Kalau belum tahu Ane kasih tahu sedikit ya sob bahwa Uluan Nughik berasal dari kata Uluan yang berarti "atas" dan Nughik yang berarti "Kehidupan". So, kalau begitu Uluan Nughik mempunyai arti awal kehidupan. Loh kok Ane tahu? Ya Ane sendiri lahir di Lampung dan kalau sekolah, pelajaran bahasa Lampung pasti Ane pelajari, jadi sedikit - sedikit tahu lah.
Menyusuri jalanan rapi yang berbatu, tiba - tiba Ane dibuat berifikir oleh sebuah papan penunjuk arah yang berdiri tepat di belokan jalan. Seperti Baduy 269 Km, Singapura 3.467 Km, bahkan ada papan penunjuk yang mengarahkan ke Kota yang mustahil kita capai dalam waktu 1 hari yakni Brasilia 16.633 Km dan Amazon 16.725 Km. Eits tentu Ane tidak mau tertipu ya sob, itu hanyalah sebuah papan penunjuk yang hanya menginformasikan seberapa jauh tempat - tempat tersebut dari sini.
Disepanjang menyusuri kawasan obyek wisata Taman Budaya Uluan Nughik ini, Ane berhasil dibuat kagum oleh penataan obyek wisatanya. Ternyata di kawasan utara Provinsi Lampung ini masih ada toh obyek wisata yang sebagus ini. Sejauh mata memandang hamparan bangunan - bangunan dan tanah lapang yang sengaja ditanami rumput hias seperti gajahan terlihat sangat jelas dan memanjakan mata. Tidak menafikkan juga di lingkungan kawasan sekitar masih ada perkebunan karet dan singkong yang memang menjadi perkebunan khas yang ada disini.
Pokoknya Ane harus berterimakasih kepada Pak Dwi dan Bu Yani dah, sudah membawa Ane beserta keluarga kemari dengan gratis. Ditunggu perjalanan yang selanjutnya yak Pak, Bu,,,, Hehehe.
Mantap mas anis tulisannya.mengisnpirasi dan mudah mudahan bermanfaat buat sesema.salam nulis 😊
BalasHapusTerimakasih mas Dibta...Amieen... Salam pendidikan juga buat mas dibta yang sudah jadi orang yang sukses... :-)
Hapus