Jarum jam masih menunjukkan pukul 15.30 WIB. Buat Ane waktu tersebut masih tergolong siang apalagi Ane masih dalam sebuah perjalanan, tentu Ane tak mau melewatkan begitu saja sinar matahari yang masih menerangi bumi walau tinggal sebentar. Dengan sisa-sisa waktu yang ada setidaknya Ane masih bisa berkunjung ke sebuah tempat lagi, apalagi tempat yang akan Ane kunjungi selanjutnya sudah sangat populer di kalangan para wisatawan dan terletak tidak jauh dari Petilasan Mbah Maridjan yang sudah Ane kunjungi sebelumnya, jelas ini menambah keyakinan Ane untuk mengunjunginya. Obyek wisata yang Ane maksud disini adalah Bunker Kaliadem yang terletak di Dusun Kinahrejo, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Lalu bagaimanakah cara menuju Obyek Wisata Bunker Kaliadem ini?
Untuk mencapai Obyek Wisata Bunker Kaliadem pada umumnya dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Jalannya sudah lumayan bagus, namun naik-turun khas jalanan yang ada di dataran tinggi. Sejauh pengamatan Ane rata-rata wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Bunker Kaliadem ini menggunakan kendaraan mobil jeep. Wajar saja karena Obyek Wisata Bunker Kaliadem ini terletak di Kaliadem yang merupakan sebuah kawasan wisata. Selain obyek wisata ini, ada The Lost World Castle, 2 museum yang membahas tentang erupsi merapi, dan bahkan ada Stonehenge yang mirip dengan Stonehenge yang ada di Inggris. Jadi lebih efektif dan efisien bukan?
Sekarang bagaimanakah dengan Ane dalam menuju kesana? Apakah dengan menggunakan kendaraan bermotor roda dua atau menyewa mobil jeep? Jawabannya adalah Ane tak memilih salah satunya. Sudah Ane katakan sebelumnya bahwa Bunker Kaliadem ini terletak tidak jauh dari Petilasan Mbah Maridjan. Bahkan saking dekatnya perjalanan menuju kesana Ane tempuh hanya menggunakan kedua kaki Ane alias jalan kaki. Loh kok bisa Nis? Bisa saja sob.
Begini caranya:
Berdasarkan informasi yang Ane dapatkan dari google maps, Obyek Wisata Bunker Kaliadem terletak sekitar 700 meter dari Petilasan Mbah Maridjan, itupun kalau lewat jalur yang semestinya (Jalur motor/mobil). Kalau tidak melalui jalur yang semestinya, apakah ada jalur lain yang bisa dilalui? ternyata ada dan jalur ini lebih pendek yakni hanya berjarak sekitar 450 meter. Namun jalur ini hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki dan tak bisa dilalui menggunakan kendaraan bermotor.
Untuk mencapai Obyek Wisata Bunker Kaliadem pada umumnya dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Jalannya sudah lumayan bagus, namun naik-turun khas jalanan yang ada di dataran tinggi. Sejauh pengamatan Ane rata-rata wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Bunker Kaliadem ini menggunakan kendaraan mobil jeep. Wajar saja karena Obyek Wisata Bunker Kaliadem ini terletak di Kaliadem yang merupakan sebuah kawasan wisata. Selain obyek wisata ini, ada The Lost World Castle, 2 museum yang membahas tentang erupsi merapi, dan bahkan ada Stonehenge yang mirip dengan Stonehenge yang ada di Inggris. Jadi lebih efektif dan efisien bukan?
Sekarang bagaimanakah dengan Ane dalam menuju kesana? Apakah dengan menggunakan kendaraan bermotor roda dua atau menyewa mobil jeep? Jawabannya adalah Ane tak memilih salah satunya. Sudah Ane katakan sebelumnya bahwa Bunker Kaliadem ini terletak tidak jauh dari Petilasan Mbah Maridjan. Bahkan saking dekatnya perjalanan menuju kesana Ane tempuh hanya menggunakan kedua kaki Ane alias jalan kaki. Loh kok bisa Nis? Bisa saja sob.
Begini caranya:
Berdasarkan informasi yang Ane dapatkan dari google maps, Obyek Wisata Bunker Kaliadem terletak sekitar 700 meter dari Petilasan Mbah Maridjan, itupun kalau lewat jalur yang semestinya (Jalur motor/mobil). Kalau tidak melalui jalur yang semestinya, apakah ada jalur lain yang bisa dilalui? ternyata ada dan jalur ini lebih pendek yakni hanya berjarak sekitar 450 meter. Namun jalur ini hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki dan tak bisa dilalui menggunakan kendaraan bermotor.
Perjalanan Ane mulai dari Petilasan Mbah Maridjan, jalurnya ada di sebelah timur laut pendopo yang besar/timur rumahnya Almarhum mbah Maridjan/utara menara atau gardu pandang.
Ane ikuti jalan setapak ini kebawah. Hawanya cukup sejuk selain karena memang terletak di dataran tinggi, juga karena di samping kanan dan kiri jalur tumbuh berbagai macam jenis pohon dan tumbuhan.
Tak lama kemudian Ane menemukan sebuah sungai yang mati, Ane katakan demikian karena tak ada sedikitpun air yang mengalir sehingga nampak dengan jelas pasir khas lereng merapi. Lalu Ane menyeberanginya. Setelah menyeberang, Ane melihat hamparan lahan berpasir dan berbatu cukup luas seukuran lapangan bola kaki.
Kalau yang hobi adventure trek, bisa main disini. Di tanah ini juga terlihat bekas roda kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Ada sebuah jalan yang sangat terjal terpampang dengan jelas jauh disana. Disini Ane mulai bimbang dan ragu, apakah Ane harus mengikuti jalan itu ataukah mencari jalan lain yang lebih landai?. Akhirnya Ane memutuskan untuk mengikuti terlebih dahulu jalan tersebut. Sesampainya di jalan ini, eh ternyata saking terjalnya yang Ane kirakan mempunyai sudut kemiringan diatas 50 derajat Ane tak sanggup untuk melaluinya. Nyerah!!!
Walaupun Ane menyerah, namun setidaknya pernah mencoba. Ya nggak sob? diiyain ajalah ya biar cepat beres urusannya :-). Ane berfikir sejenak, dengan insting dan hati yang Ane punya akhirnya Ane memutuskan untuk bergerak kembali ke titik semula (titik dimana baru saja Ane menyeberangi sebuah sungai yang mati) dan kemudian melangkah berbelok kearah kiri (utara). Dari dahulu Ane meyakini bahwa Allah bersama dengan seorang pejalan/petualang. Benar dugaan Ane, jalan yang Ane pilih ini membawa Ane ke jalan yang benar. Ane menemukan sebuah percabangan jalan.
Dari posisi Ane memfoto ini, Ane muncul dari jalan yang ada di sisi kanan. Sekarang Ane harus berjalan melalui jalan yang ada di sisi kiri dan menanjak. 4 menit kemudian sampailah Ane diatas dan bertemu dengan sebuah batu yang cukup besar berbentuk menyerupai seekor gajah. Batu ini bernama Watu Gajah, diletakan didalam pembatas yang terbuat dari rantai besi.
Sampai sini hati Ane terasa lega karena Obyek Wisata Bunker Kaliadem sudah terlihat, hal ini ditandai dengan adanya bangunan yang berdiri dan pengunjung yang berseliweran kesana-kemari. Kalau jalan kaki dari sini, dibutuhkan waktu sekitar 1-2 menit lagi.
Ane muncul bukan dari tangga yang utama, melainkan dari tangga yang letaknya dari samping kiri bunker dan jumlah anak tangganya tak seberapa.
Memasuki area utama bunker, sebelum masuk Ane melihat sebuah banner yang menggambarkan keadaan bunker sebelum erupsi dan bunker setelah erupsi tahun 2010. Bunker sebelum erupsi to penampilannya cukup bagus dibandingkan setelah erupsi yang penampilannya cenderung kumuh. Maklum, bunker ini pernah tertimbun material vulkanik selama 3 tahun. Padahal fungsi utama dari bunker ini adalah sebagai tempat berlindung dari bencana gunung merapi bila meletus, tapi karena pemandangan yang dimilikinya cukup menakjubkan tak heran bila banyak wisatawan yang berkunjung memadati tempat ini.
Banyak wisatawan keluar masuk bunker, ada apakah gerangan didalam? Merasa penasaran, Ane pun masuk kedalam bunker dengan menuruni anak tangga terlebih dahulu. Owalah seperti ini tow kondisinya. Sebuah ruangan yang cukup lapang seukuran ruang kelas berbentuk setengah lingkaran. tepat ditengah-tengahnya terdapat material vulkanik yang telah membatu. Selain ruangan utama, ada dua buah ruangan yang lain yang cukup kecil. Sebuah ruangan difungsikan sebagai kamar kecil ditandai dengan adanya penampungan air dan kloset dan ruangan yang lainnya ntah untuk apa kalau dugaan Ane mungkin untuk tempat beribadah.
Gelap dan tak ada alat penerangan, Ane fikir itulah sebuah kata yang pas untuk menggambarkan dalamnya bunker ini. jadi, satu-satunya sumber penerangan hanyalah dari pintu masuk bunker. Suasananya cukup sunyi dan mistis, bulu kuduk Ane berdiri seketika saat tak sengaja mendengar sebuah cerita dari salah seorang pemandu yang sedang menjelaskan kepada kliennya. Konon katanya didalam bunker ini pernah ditemukan dua jenazah relawan yang terkena lahar panas. Kalau cerita ini diceritakan ditempat lain mungkin bulu kuduk Ane tidak berdiri, la ini masih di TeKaPe lo, Hiii atut! Kaburrr.
Perjalanan Ane lanjutkan, diatas bunker terlihat hamparan luas lahan berpasir dan berbatu. Nampak dikejauhan sana Gunung Merapi berdiri dengan gagah ditumbuhi pepohonan hijau mengalur dengan jelas. Indah memang sekaligus mistis, apalagi sesekali kabut menyelimuti permukaan gunung tersebut. Tak puas memandangnya dari jauh, Ane pun bergerak mendekatinya. Kelihatannya cukup dekat, ternyata setelah dijalani lumayan juga jauhnya hingga langkah Ane terhenti saat menemui sungai yang tak berair. Masya Allah pemandangannya sungguh menakjubkan seolah tak pernah ada masalah dengannya.
Sambil menikmati pemandangan yang ada, Ane beristirahat sejenak meskipun hanya meminum seteguk air bening. Dirasa cukup puas Ane kembali lagi ke Petilasan Mbah Maridjan tempat dimana motor Ane terparkir dan meneruskan perjalanan pulang menuju rumah.
Jam buka Bunker Kaliadem: Setiap hari 24 Jam
Tak ada tiket masuk yang dikenakan pengunjung alias gratis.
Gimana sob tertarik buat mengunjunginya? Kalau tertarik, bersabar sedikit ya sob dan sementara simpan dahulu keinginan sobat karena sedang ada virus korona sehingga sobat lebih baik berdiam diri di rumah untuk sementara waktu. Ane sendiri melakukan perjalanan ini sebelum adanya virus korona, sehingga tak perlu ada yang dikhawatirkan. Sampai jumpa!
Seperti ini penampakannya! |
Seperti ini pemandangannya! |
dan seperti ini |
Walaupun Ane menyerah, namun setidaknya pernah mencoba. Ya nggak sob? diiyain ajalah ya biar cepat beres urusannya :-). Ane berfikir sejenak, dengan insting dan hati yang Ane punya akhirnya Ane memutuskan untuk bergerak kembali ke titik semula (titik dimana baru saja Ane menyeberangi sebuah sungai yang mati) dan kemudian melangkah berbelok kearah kiri (utara). Dari dahulu Ane meyakini bahwa Allah bersama dengan seorang pejalan/petualang. Benar dugaan Ane, jalan yang Ane pilih ini membawa Ane ke jalan yang benar. Ane menemukan sebuah percabangan jalan.
Dari posisi Ane memfoto ini, Ane muncul dari jalan yang ada di sisi kanan. Sekarang Ane harus berjalan melalui jalan yang ada di sisi kiri dan menanjak. 4 menit kemudian sampailah Ane diatas dan bertemu dengan sebuah batu yang cukup besar berbentuk menyerupai seekor gajah. Batu ini bernama Watu Gajah, diletakan didalam pembatas yang terbuat dari rantai besi.
Sampai sini hati Ane terasa lega karena Obyek Wisata Bunker Kaliadem sudah terlihat, hal ini ditandai dengan adanya bangunan yang berdiri dan pengunjung yang berseliweran kesana-kemari. Kalau jalan kaki dari sini, dibutuhkan waktu sekitar 1-2 menit lagi.
Tangga utama bunker |
Tangga yang ada di samping kiri bunker |
Banyak wisatawan keluar masuk bunker, ada apakah gerangan didalam? Merasa penasaran, Ane pun masuk kedalam bunker dengan menuruni anak tangga terlebih dahulu. Owalah seperti ini tow kondisinya. Sebuah ruangan yang cukup lapang seukuran ruang kelas berbentuk setengah lingkaran. tepat ditengah-tengahnya terdapat material vulkanik yang telah membatu. Selain ruangan utama, ada dua buah ruangan yang lain yang cukup kecil. Sebuah ruangan difungsikan sebagai kamar kecil ditandai dengan adanya penampungan air dan kloset dan ruangan yang lainnya ntah untuk apa kalau dugaan Ane mungkin untuk tempat beribadah.
Gambar material vulkanik yang telah membatu |
|
|
Perjalanan Ane lanjutkan, diatas bunker terlihat hamparan luas lahan berpasir dan berbatu. Nampak dikejauhan sana Gunung Merapi berdiri dengan gagah ditumbuhi pepohonan hijau mengalur dengan jelas. Indah memang sekaligus mistis, apalagi sesekali kabut menyelimuti permukaan gunung tersebut. Tak puas memandangnya dari jauh, Ane pun bergerak mendekatinya. Kelihatannya cukup dekat, ternyata setelah dijalani lumayan juga jauhnya hingga langkah Ane terhenti saat menemui sungai yang tak berair. Masya Allah pemandangannya sungguh menakjubkan seolah tak pernah ada masalah dengannya.
Romantis juga ya tempat ini |
Sambil menikmati pemandangan yang ada, Ane beristirahat sejenak meskipun hanya meminum seteguk air bening. Dirasa cukup puas Ane kembali lagi ke Petilasan Mbah Maridjan tempat dimana motor Ane terparkir dan meneruskan perjalanan pulang menuju rumah.
Jam buka Bunker Kaliadem: Setiap hari 24 Jam
Tak ada tiket masuk yang dikenakan pengunjung alias gratis.
Gimana sob tertarik buat mengunjunginya? Kalau tertarik, bersabar sedikit ya sob dan sementara simpan dahulu keinginan sobat karena sedang ada virus korona sehingga sobat lebih baik berdiam diri di rumah untuk sementara waktu. Ane sendiri melakukan perjalanan ini sebelum adanya virus korona, sehingga tak perlu ada yang dikhawatirkan. Sampai jumpa!