Selepas mengunjungi masjid Al-Imtizaj dan membeli beberapa jenis oleh-oleh di Pasar Baru Trade Center, Ane berjalan kearah selatan melalui Jl. Otto Iskandar Dinata hingga bertemu perempatan jalan antara Jalan Otto Iskandar Dinata dengan Jl. Pasar Selatan serta Jl. ABC. Ane belok kiri (timur) mengambil Jl. ABC, Saat menemui sebuah perempatan jalan lagi antara Jl. ABC dengan Jl. Alkateri Ane belok kearah kanan (selatan) mengambil Jl. Alkateri. Jalan ini searah dengan jalan menuju Alun-alun Bandung. Tak sampai 3 menit berjalan sampailah Ane di tempat yang Ane maksud.
"Warung Kopi Purnama sejak 1930", begitulah sebuah tulisan di papan nama yang terpasang dibagian depannya. "Wow berdiri sudah sangat lama sekali", fikirku. Warung ini ada disebelah kiri (timur) jalan dari arah Pasar Baru, bila dari arah Alun-alun Bandung maka warungnya ada disebelah kanan jalan. Walaupun baru pertama kali Ane menginjakkan kaki disekitar Alun-alun, Ane tak mengalami kesulitan sedikitpun untuk menemukan tempat ini karena Ane membawa sebuah peta yang menerangkan tempat ini. Lokasi Warung Kopi Purnama cukup dekat dengan Alun-alun Bandung tepatnya terletak di Jl. Alkateri No.22 Bandung.
Jujur saja Ane bukanlah termasuk pecinta kopi, walaupun Ane dilahirkan di Lampung yang terkenal akan daerah penghasil kopinya. Pengecualian untuk Warung Kopi Purnama ini, konon katanya kopi yang disajikan disini memiliki citra rasa yang khas dan otentik. Dari sinilah rasa penasaran Ane muncul dan untuk membuktikan kebenarannya masuklah Ane kedalam warung. "Tak ada salahnya sekalian minum kopi juga beristirahat sejenak", Ya kan sob?
Suasana sungguh nyaman dan tenang terasa banget tempo dulunya. Meja terbuat dari batuan marmer dan kursi terbuat dari kayu yang mempunyai kualitas wahid. Hal ini terlihat dari warna dan garitan kayu yang terbentuk secara alami. Dibagian dinding terpasang berbagai macam jenis foto yang dibingkai secara apik. Ada foto-foto kota bandung dimasa lampau, ada foto-foto tentang makanan yang ada disini, serta ada juga foto-foto artikel dan tentunya tentang tempat ini yang pernah dimuat di berbagai macam media cetak.
Ada 2 jenis tempat duduk yang dapat dipilih oleh para pengunjungnya dalam menikmati kopi, sistem meja dan kursi yang ada dibagian depan dan sistem lesehan yang ada di bagian belakang. Ane memilih tempat duduk sistem meja dan kursi saja. Disetiap meja terdapat daftar menu berbagai macam makanan dan minuman. Kopi susu, kopi hitam, kopi tubruk dan kopi telur adalah beberapa contoh dari jenis minuman. Sedangkan roti selai srikaya, roti pindekaas cokelat, roti keju susu, dan roti mentega gula adalah beberapa contoh dari jenis makanan.
Sistem lesehan dapat ditemui setelah melewati pintu itu |
Sistem meja dan kursi |
Daftar menu makanan Warung Kopi Purnama |
Pengunjungnya terbilang sangat ramai, tak henti-hentinya para pengunjung datang dan pergi silih berganti. Kebanyakan para pengunjungnya memang berasal dari orang tua, tetapi kalangan anak muda juga tak mau ketinggalan. Nampak beberapa anak muda sedang menikmati kopi.
Sebenarnya Ane masih kenyang, berhubung tempat ini adalah warung kopi maka Ane hanya memesan minuman kopinya saja. Kopi susu panas cukup menemani Ane santai di waktu siang ini. Sambil menunggu pesanan datang Ane membaca-baca daftar menu ini, dibagian bawah daftar minuman ada tulisan mengenai sejarah singkat berdirinya tempat ini serta beberapa penghargaan yang pernah diraihnya.
Daftar menu minuman Warung Kopi Purnama |
Warung ini merupakan warung kopi tertua di Kota Bandung. Didirikan tahun 1930 dengan nama Chang Chong Se (Silakan Mencoba!) dan berubah nama menjadi Warung Kopi Purnama pada tahun 1960-an seiring dengan kebijakan pemerintah yang mengharuskan memakai nama Indonesia. Pendiri Warung Kopi Purnama (generasi ke-1) bernama Jong A Tong yang berasal dari Kota Medan dan merantau ke Kota Bandung pada awal abad ke-20. Saat ini Warung Kopi Purnama dikelola oleh penerus dari generasi ke-4 (Sumber: Bacaan di daftar menu Warung Kopi Purnama).
Beberapa stasiun televisi pernah menayangkannya seperti CNN Indonesia, Metro TV, Trans TV, TVRI, dan NET TV. Berbagai media cetak pun pernah memuatnya diantaranya Jakarta Pos, KOMPAS, Pikiran Rakyat, SINDO, Lion Air Magazine, Citilink Magazine, dan Majalah Kuliner "jalan-jalan". Tak ketinggalan media online juga pernah memuatnya seperti Detik.com, Yahoo!, dan News Singapore. Beberapa penghargaan yang pernah diraihnya masuk dalam buku 200 ikon Bandung "Ieu Bandung Lur" pada saat Kota Bandung berulang tahun ke-200. Dan pada tahun 2016 Warung Kopi Purnama memenangkan penghargaan Bandung Creative Awards CREATIVE and INNOVATIVE CULINARY 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Bandung bersama ICA (Indonesian Chef Association) (Sumber: Bacaan di daftar menu Warung Kopi Purnama).
Tepat seusai membaca, pesanan yang Ane pesan pun sudah datang. Secangkir kopi susu panas beralaskan piring kecil dan didiberi sebuah sendok. Secara penampilan kopi ini sama seperti kopi-kopi pada umumnya, berwarna cokelat nan menimbulkan aroma yang menggoda. Lalu bagaimanakah dengan rasanya, apakah biasa-biasa saja? srusupan pertama mendarat di mulut Ane. Ternyata wow rasanya benar-benar cukup khas dan otentik, paduan yang pas antara rasa pahit dan manis.
Lho kok ada pahitnya? iya sob justru kalau murni kopi asli itu rasanya malah pahit. Pengalaman ini Ane dapatkan di Lampung. Pokoknya Kopi Purnama ini top deh. Kopi ini "wuenak tenan, Le Leduk" untuk itu tak habiskan.
Total semuanya secangkir kopi ini dibanderol dengan harga 17k dengan rincian harga aslinya 15k, pajak 10 persen sebesar 1,5k dan service 2,5 persen sebesar 0,375k. Ane sebagai orang desa tow menganggap harga ini cukup mahal, masa secangkir kopi harganya sama atau lebih mahal dari harga makanan di desa. Tapi Ane memaklumi harga tersebut sepadan dengan apa yang Ane rasakan, dan satu lagi tak ada salahnya kita untuk mencoba tow?
Mantab! bagaima sob, tertarikkah untuk mengunjunginya? kalau tertarik sobat bisa langsung menuju ke TeKaPe.
Jam buka: Setiap hari 06.30 - 22.00 WIB.
sampai Jumpa!
Mantap bener, saya paling suka yg udah melegenda begini gan. Apalagi keturunannya mau untuk terus melanjutkan nih usaha warkop.
BalasHapusMain-main ke besuki (situbondo) di kota ini juga banyak sekali warung kopi yang melegenda gan, sampai saat ini masih beroperasi. Sayang gak ada media yg meliput
Doakan saya Kak, semoga suatu saat nanti bisa main-main ke Situbondo dan ngopi disana... :-)
HapusDi bali ada yg keren juga gan, agro wisata kopi luwak. Coba ente search di google "jambe asri" kebetulan websitenya saya yg garap. Sebuah kedai kopi yg juga memberikan banyak informasi bagaimana kopi luwak di buat, ada binatang luwak nya begitu disana. Ada nanti katanya di ajak kedapurnya, di tunjukin proses pembuatan kopinya
HapusTerimakasieh atas infonya Kak, cukup menarik kalau begitu...
HapusSiapa tahu nanti kalau saya ke Bali lagi bisa mampir ke tempat Kakak buat nyicipi kopi luwak, Tapi gratis ya Kak :-)
Wah itu warkop udah legendaris banget deh... Tua amat yak.. Tapi pembahasannya bagus kak.. Terbawa suasana jadinya. Sukses selalu!
BalasHapusTerimakasih... Amien
HapusDulu waktu masih jadi ITB squad sering nih main ke sini, ga sering banget sih tapi mayan karena murah, walaupun lebih murah kantin itb wkwkw
BalasHapusBiasa kak, kalau kantin dekat kampus biasanya ya murah, :-)
BalasHapus1930 ? Wah, ngalahin umur negara kita ini warung
BalasHapusYapz bener banget kak!
Hapus