Keluar dari Farmhouse Susu Lembang Ane langsung tancap gas pulang ke penginapan soalnya hari sudah semakin petang dan jam sudah menunjukkan pukul lima lebih seperempat menit. Sudah 2 kali Ane menginjakkan kaki di Bandung, ternyata sama saja. Tidak di wilayah selatan dan juga di utara, keadaannya sama-sama padat kendaraan dan macet. Alhasil Ane harus bersabar dan tetap mengendarai kendaraan bermotor dengan hati-hati. Perjalanan pulang itu berbeda dengan perjalanan saat berangkat. Ntah bagaimana caranya Ane melewati Teras Cikapundung dan Kawasan Kampus ITB. Ane bingung dan Ane ikuti saja jalan ini. Triknya Ane mengikuti petunjuk jalan yang mengarah ke Gedung Sate. Ternyata tidak lama Gedung Sate yang Ane tuju sudah ada didepan mata.
Nah, kebetulan sore ini Ane belum makan apa-apa dan hanya minum susu di Farmhouse tadi. Jadi cacing yang ada didalam perut sudah pada menari semua. Alhasil Ane memutuskan untuk segera mencari tempat makan soalnya kalau sudah di penginapan pastilah malas untuk keluar karena efek lelah. Konon tak jauh dari Gedung Sate ada tempat makan yang cukup terkenal namanya Nasi Bancakan Mang Barna dan Bi O'om dengan konsep ambil sendiri semaunya. Merasa cocok dihati langsung saja Ane cari tempat makan ini. Usaha Ane tak sia-sia tempat makan yang Ane cari ketemu juga.
Dibagian depan terpajang dua buah spanduk dengan tulisan yang berbeda. Sebuah spanduk berisi pemberitahuan dan spanduk lainnya berisi penegasan. Spanduk yang berisi pemberitahuan berbunyi "ini adalah Nasi Bancakan" dan spanduk yang berisi penegasan berbunyi "nasi bancakan hanya disini tidak buka cabang dimanapun". Nasi Bancakan terletak tidak jauh dari Gedung Sate hanya sekitar 300 meter tepatnya terletak di Jl. Trunojoyo No. 62 Bandung.
Cukup ramai pengunjung yang sudah memadati tempat ini. Tak perlu mencari tempat duduk terlebih dahulu begitu masuk Ane langsung diarahkan oleh salah seorang pelayan untuk mengambil menu makanan sendiri. Ane bebas mau mengambil apa saja yang Ane inginkan. Sempat bingung pasalnya beragam pilihan menu tersedia mulai dari sayurnya, lauk-pauknya, lalapannya, hingga sambalnya. Sepertinya menu-menu tersebut dimasak khas Bandung.
Disaat kebingungan ini akhirnya Ane mengambil nasi liwet, sayur tumis kangkung, jengkol dan berlaukkan telor balado. Untuk minumannya segelas es cincau cukup menghilangkan rasa dahaga Ane. Untuk semuanya Ane harus mengeluarkan uang sebesar 30,5k. Setelah membayarnya saya memilih tempat duduk yang masih kosong. Ada 2 jenis tempat duduk yang dapat Ane pilih yaitu sistem meja kursi dan lesehan. Ane memilih posisi tempat duduk sistem meja kursi dibagian belakang agar Ane bisa mengabadikan isi tempat ini dengan baik, hehehe.
Sistem meja kursi Warung Nasi Bancakan |
Tempat duduk sistem lesehan di Warung Nasi Bancakan |
Oke, saatnya Ane mencicipinya. Dimulai dari nasi liwetnya, rasanya cukup gurih dan pulen. Berpindah ke tumis kangkungnya, rasanya standar saja sama seperti pada tumis-tumis umumnya dan begitu juga dengan telor baladonya. Lalu bagaimanakah dengan sayur jengkolnya? Ane memilih sayur ini lantaran Ane sangat menyukainya dan ternyata rasanya cukup enak dan lezat. Secara keseluruhan masakan ini "wuenak tenan".
Menunggu nasinya turun kebawah, Ane santai-santai terlebih dahulu sambil melihat-lihat area sekitar. Menurut Ane tempat ini dibuat semenarik mungkin dengan sentuhan tempo dulu. Dibagian atasnya terdapat lampu petromak yang berbahan bakar minyak tanah. Walaupun lampu ini hanya sebagai hiasan saja tapi suasananya dapat banget. Dibagian dindingnya terpasang berbagai macam lukisan dan tak ketinggalan pula foto-foto public figure seperti artis dan pejabat yang pernah datang kesini.
Jam buka: 10 pagi - 10 malam
mas Anis, piye kabare?
BalasHapussekarang sampeyan di mana, lampung atau bandung?
btw jengkolnya ga dihitung mas?
Alkhamdulillah baik-baik saja mbak Monica...
HapusSaya di Lampung mbak, sudah pulang ke rumah.
Nggak kayaknya mbak, yang di slip pembayaran itulah yang harus saya bayar...