Lembang merupakan sebuah kota kecil yang terletak di Kabupaten Bandung Barat, provinsi Jawa Barat. Sudah lama sekali Ane memimpikan untuk dapat mengunjunginya walaupun dalam waktu yang cukup singkat. Mimpi itu akhirnya menjadi kenyataan. Pada tanggal 12 Oktober 2017 akhirnya Ane menginjakkan kaki disini. Ada banyak tempat obyek wisata yang dapat Ane kunjungi, salah satunya Floating Market Lembang (FML). Sehabis mengunjungi De Ranch, Ane arahkan kendaraan roda dua menuju kesini.
Tak butuh waktu lama untuk sampai sini, hanya sekitar 15 menit saja. Seharusnya bisa lebih cepat, tapi karena kondisi lalu lintas yang cukup padat sehingga agak sedikit lebih lama. Sesampainya di pintu masuk, Ane dikenakan tiket masuk sebesar 20k dan karcis parkir 5k. Cuman untuk karcis parkirnya dibayarkan setelah mau pulang. Berbeda dengan letak parkir mobil yang berada dekat dengan penarikan retribusi, letak parkir motor justru berada agak diujung. Petugas parkir pun memberitahukan kepada Ane bahwa setelah mentok kemudian belok kanan hingga mentok.
Tiket masuk dan karcis parkir Floating Market Lembang |
Ane ikuti petunjuk tersebut, benar saja letaknya memang ada diujung. Begitu masuk kedalam ternyata Ane langsung dihadapkan pada lokasi inti Floating Marketnya itu sendiri. Ya kalau boleh Ane bilang area ini adalah area paling belakang dari Kawasan Floating Market Lembang. Dari sinilah Ane memulai penjelajahan, kenapa? karena Kawasan Floating Market Lembang itu luasnya pakai kebangetan. Misalkan jalan kaki ya cukuplah bisa membuat kaki ini pegal-pegal dan linu-linu.
Oke, area pertama yang Ane jelajahi adalah penyewaan perahu. Ada beragam macam perahu yang tersedia mulai dari mendayung perahu dengan cara mengayuhnya, hingga pilihan naik kereta air yang ditarik dengan perahu mesin. Ane mah hanya jalan-jalan saja lawong Ane sendirian doank, pingin sieh menyewa perahu dan kemudian naik bersama gebetan, pacar atau orang yang Ane kasihi. Tapi sepertinya untuk sekarang tidak mungkin. Alamak nasib seorang jomblowan, hahaha.
Masih dalam satu kawasan, berbagi tempat dengan area penyewaan perahu adalah area inti yaitu Floating Market itu sendiri. Biasanya Ane kalau membeli makanan itu di kios-kios, foodcourt ataupun sejenisnya. Tapi disini Ane merasakan pengalaman yang berbeda yakni membeli makanan langsung dari penjual yang semuanya berada diatas perahu meskipun semua perahunya berada di tepi. So, kalau sobat nggak bisa berenang dan takut ntar bisa tenggelam, tidak usah khawatir. Ane skip dahulu tentang makanan yang Ane beli disini soalnya belum lapar dan juga belum lelah. Ane memutuskan untuk membelinya saat mau pulang nanti saja.
So, lanjut. Eow iya, disini uang yang ada di dompet Ane tidak berfungsi karena Floating Market Lembang memiliki mata uang khusus berupa koin warna-warni untuk bertransaksi. Maka sebelum melangkah lebih jauh Ane tukarkan terlebih dahulu uang yang Ane punya dengan koin-koin tersebut. Siapa tahu nanti pas jalan-jalan tertarik oleh sesuatu jadi tinggal beli saja. Besaran nilainya sama, misal menukarkan 5 ribuan uang kertas dengan koin warna-warni maka koin warna-warni yang akan Ane dapatkan pun bernilai 5 ribu. Begitupula dengan uang kertas 20 ribuan, maka koin yang akan Ane dapatkan pun sama yakni bernilai 20 ribu. Seperti ini penampakannya.
Awalnya Ane berfikir kalau menukarkan uang kertas 20 ribuan itu bisa dapat 2 biji koin 5 ribuan dan sebiji 10 ribuan. Ternyata tidak, ya kalau 20 ribuan uang kertas dapatnya ya 20 ribuan koin warna-warni dan begitu seterusnya. Ane hanya menukarkan sebiji 20 ribuan uang kertas, kini Ane dapat membeli apa yang ingin Ane beli. Bergerak kearah utara ternyata Ane disuguhkan dengan sebuah pemandangan yang cukup menawan. Rumah dengan bentuk yang kecil seolah-olah mengapung di tengah danau. Seperti berpenghuni, pemilik rumah tersebut juga berternak beberapa ekor angsa. Waow! keren
Rupanya bangunan ini bukan sekedar mempercantik pemandangan saja. Didalam bangunan tersebut terdapat penyewaan busana pakaian tradisional dan pernak-pernik bercirikan Negeri Sakura. Lengkap sudah suasana Jepangnya dengan hadirnya Para pelayan yang juga memakai busana ala Jepang. Ada sejumlah tata tertib yang harus ditaati oleh penyewa bila ingin menyewanya. Mayoritas penyewanya adalah para ibu-ibu dan tak jarang penampilan mereka berhasil menarik perhatian pengunjung lainnya. Mereka dapat berfoto sepuasnya disini asalkan tidak keluar dari Kawasan Floating Market.
Melewati sebuah restoran dan persawahan yang sedang ditanami tanaman padi, Ane baru ngeh kalau disinilah pintu masuk pengunjung yang seharusnya. Hal ini ditandai dengan patung koin warna-warni khas Floating Market dan papan petunjuk berjumlah cukup banyak yang mengarahkan ke berbagai area. Asyik, sekarang Ane bisa mengetahui tempat-tempat mana lagi yang akan dikunjungi. Rata-rata pengunjung yang datang dari luar menyempatkan diri untuk berfoto disini tak terkecuali Ane sehingga membuat Ane harus menunggu gilirannya.
Patung koin warna-warni khas Floating Market Lembang |
Papan petunjuk yang mengarahkan ke berbagai area |
Pintu masuk Miniatur Kereta Api |
|
|
Lokasi terakhir yang Ane tapaki adalah Kampung Leuit. Apakah yang dimaksud dengan Kampung Leuit itu? Setelah masuk kedalam barulah tahu kalau Leuit itu adalah sebuah sanggar/musholla yang digunakan sebagai tempat beribadah bagi umat muslim. Hal ini berdasarkan sebuah tulisan yang terpampang dibagian depan musholla. Tapi kok yang Ane temui tidak berhubungan ya. Malah lahan tanaman padi yang baru saja ditanam dan lumbung padi. Ah, ntahlah yang jelas dengan berjalan-jalan disekitar area ini cukup mampu membuat Ane bahagia.
Setelah puas menjelajah Kawasan Floating Market Ane kembali ke titik awal yakni Floating Marketnya. Berbagai macam makanan dijual disini diantaranya lumpia, bandrek, bajigur khas sunda, lotek, cakwe, kupat tahu, tahu susu crispy, bala-bala, dan lain sebagainya. sempat mondar-mandir kesana-kemari dengan fikiran yang agak bingung akhirnya Ane memutuskan untuk membeli makanan yang dinamakan dengan bala-bala. Selain harganya murah juga masih terdengar asing di telinga Ane. Seperti apakah bentuknya? owalah begini tow bentuknya. Ya sama persis dengan namanya "bakwan".
Ewo iya, Ane masih punya tiket yang belum Ane tukarkan dengan minuman. Ane bisa menukarkannya dimana saja asalkan tempat tersebut merupakan tempat penukaran voucher minuman. Ane lebih memilih menukarkan voucher ini didekat dimana Ane membeli makanan yang bernama bala-bala. Setiap pengunjung diberi kebebasan memilih jenis minuman apa yang hendak akan dinikmati.
Terjawab sudah rasa penasaran Ane terhadap Obyek Wisata Floating Market. Meskipun obyek wisata ini merupakan buatan manusia tapi masalah keindahan tidak kalah dengan yang alami. Buat sobat yang ingin datang kesini berikut jam bukanya.
Floating Market Lembang buka setiap hari:
Senin - Kamis dari jam 9 pagi hingga jam 7 malam,
Jumat - Sabtu dari jam 9 pagi hingga jam 8 malam, dan
Minggu buka dari jam 8 pagi hingga jam 8 malam.
Sampai jumpa!
Saya pernah ke sini. Dan enaknya kalau ke sini jangan wiken. Asik juga tempatnya. Sayangnya koinnya gak refundable. Gak tau juga deh sekarang maish kayak begitu atau enggak
BalasHapusIya ya mbak Nai ya... Pas saya kesini juga koinnya masih tetap nggak bisa di refund. Jugaan toh kalau bisa, lebih baik bawa pulang buat kenang-kenangan mbak,,,
Hapus