Waktu sudah menunjukkan pukul 11.15 WIB, sementara perjalanan masih panjang untuk sampai ke rumah Ane. Dari Gapura Bambu Pringsewu Ane pacu kembali kendaraan motor Ane bersama bapak menuju Kota Bandar Lampung. Iya, perjalanan pulang menuju rumah kita sejalan dengan perjalanan menuju Ibukota Lampung yakni Bandar Lampung. Dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam untuk sampai di kota ini.
Benar saja satu jam kemudian sampailah kita di Kota Bandar Lampung. Sambil berkendara, Ane berbincang-bincang dengan bapak, apakah beliau setuju untuk mampir sebentar buat makan di salah satu kedai makan. Syukur, bapak setuju dengan pendapat Ane tersebut. Selanjutnya Ane menyampaikan pendapat lagi, "Apakah setuju kalau kita makan bakso saja?". Bapak orangnya manutan jadi dia setuju-setuju aja mau makan dimana dan makan apa. Wokelah kalau begitu, kebetulan Ane pernah membaca sebuah artikel bahwa ada sebuah tempat makan bakso terkenal di Kota Bandar Lampung ini yakni Bakso Son Hajisony. Tanpa basa-basi meluncurlah kita menuju kesana.
Berdasarkan informasi yang Ane terima bahwa ada banyak cabang Bakso Son Hajisony yang tersebar di Kota Bandar Lampung ini, walaupun demikian Ane tetap ingin makan di pusatnya saja yang terletak di Jl. Wolter Monginsidi no. 42, Durian Payung, Tanjung Karang Pusat. Tidak susah buat Ane untuk mencarinya karena jalan yang ada di Bandar Lampung ini memang cukup mudah untuk di hapal. 15 menit dalam masa pencarian dan tepat pukul 12.30 WIB sampailah Ane di TeKaPe.
Sebelumnya Ane sempat bingung saat akan memarkir motor, bagaimana tidak lahan parkir yang tersedia cukup sempit sementara pengunjungnya ramai sekali. Alhasil Ane terpaksa harus menunggu beberapa saat dan syukur tak sampai 5 menit Ane mendapatkan lahan parkir yang kosong.
Tidak seperti kondisi lahan parkirnya, susana beda justru kita temui saat memasuki warungnya. Walaupun warungnya terbilang tidak terlalu luas namun Kita tak perlu repot-repot menunggu meja makan yang kosong, kita langsung bisa menempati salah satunya. Sebenarnya ada 2 jenis meja makan yang dapat kita tempati dalam menikmati baksonya, yakni didalam ruangan yang tertutup dan yang satunya lagi di ruangan yang terbuka. Kita memilih di ruangan yang terbuka saja. Setelah meletakkan jaket, bapak menunggu di tempat duduk, sementara Ane pergi mendatangi salah satu pelayannya.
Ane pesan 2 buah mangkok bakso dan untuk minumannya cukup 2 aqua gelas saja. Pelayannya pun memberi pilihan kepada Ane apakah mau pakai mie atau tidak dan Ane menjawabnya pakai saja. Tujuan Ane tak lain dan tak bukan adalah ingin tahu seperti apa Bakso Sony dengan menu komplit itu. Tanpa menunggu lama datanglah pesanan Ane tersebut. Semangkok bakso Sony berisikan 6 buah bakso dilengkapi dengan mie kuning, bihun dan daun sledri. Kuahnya pun cukup bening seperti kuah khas Jawa.
Pertama-tama Ane cicipi dahulu kuahnya, hulala nikmat sekali sangat gurih dan khas. Saking nikmatnya tidak Ane kasih apa-apa kedalam semangkok bakso ini, tadinya akan Ane kasih kerupuk dan semacamnya, tapi Ane urungkan niatan Ane tersebut cuman sedikit kecap dan sambal saja. Dilihat dari teksturnya bakso ini benar-benar menggoda, berwarna agak cokelat bila dibandingkan dengan bakso-bakso pada umumnya.
Lalu bagaimanakah dengan rasanya? Setelah Ane belah guratan dagingnya terlihat jelas berserat dan ternyata rasa baksonya itu "wuenak tenan", cukup kenyal, empuk, dan dagingnya cukup terasa lembut di mulut seperti bakso buatan ibu Ane saat lebaran lalu. Ya kalau boleh Ane perkirakan perbandingannya sekitar 1:1,5, artinya setiap 1 Kg daging sapi itu dicampur dengan 1,5 Kg Tepung tapioka. Tentu, rasa bakso ini tidak akan mudah kita temukan di warung-warung bakso lainnya.
Di benak sobat mungkin ada sebuah pertanyaan seperti ini,"bagaimana jika bakso itu dibuat hanya dicampuri bumbu saja tanpa campuran tepung tapioka?".
Berdasarkan pengalaman yang sudah Ane dapat sebelumnya, yakni sudah pernah menggilingkan bakso sebanyak 2 kali bahwa bakso tidak mungkin bisa dibentuk tanpa campuran tepung tapioka. Dahulu Ane pernah menggilingkan bakso 1:1, tapi apa yang terjadi? Ibu Ane susah membentuknya menjadi bulat saat perebusan. So, semua bakso itu sudah pasti ada campurannya cuman yang membedakan adalah seberapa banyak perbandingan antara daging bakso dengan campurannya tersebut.
Back to topik, tak lupa Ane bertanya kepada bapak bagaimana dengan rasa baksonya? Dia bilang bakso ini memang berbeda dengan bakso-bakso pada umumnya dijual. Rasanya gurih dan sangat khas serta sepertinya campurannya tidak banyak. Secara keseluruhan Bakso Son Hajisony ini rasanya "Wuenak tenan, Le Leduk". Untuk itu
Puas makan, kini saatnya Ane membayarnya. Tapi sebelumnya menunggu bapak dahulu untuk pergi ke kamar kecil. Seporsi Bakso Son Hajisony ini dibanderol dengan harga 15k, sementara segelas aqua kecil hanya dihargai 0,5k saja. Total uang yang harus kita keluarkan secara keseluruhan adalah 31k saja. Gimana cukup ekonomis dan tidak merogoh kocek terlalu dalam bukan? Eow iya bakso yang kita pesan ini adalah bakso mie. Sobat bisa memilih jenis-jenis bakso lainnya seperti bakso polos dan mie ayam bakso. Bahkan selain bakso, sobat juga bisa memesan jenis makanan lainnya seperti mie ayam, rolade sapi, dan rolade ayam. Tidak mau dimakan di tempat dan ingin di bawa pulang? juga bisa. Lebih dari itu sobat pun bisa hanya beli baksonya saja yang tersedia dalam kemasan. Untuk 50 biji bakso dibanderol dengan harga 120k. untuk lebih jelasnya silahkan sobat lihat sendiri daftar menu makanannya berikut ini.
Lalu bagaimanakah dengan rasanya? Setelah Ane belah guratan dagingnya terlihat jelas berserat dan ternyata rasa baksonya itu "wuenak tenan", cukup kenyal, empuk, dan dagingnya cukup terasa lembut di mulut seperti bakso buatan ibu Ane saat lebaran lalu. Ya kalau boleh Ane perkirakan perbandingannya sekitar 1:1,5, artinya setiap 1 Kg daging sapi itu dicampur dengan 1,5 Kg Tepung tapioka. Tentu, rasa bakso ini tidak akan mudah kita temukan di warung-warung bakso lainnya.
Di benak sobat mungkin ada sebuah pertanyaan seperti ini,"bagaimana jika bakso itu dibuat hanya dicampuri bumbu saja tanpa campuran tepung tapioka?".
Berdasarkan pengalaman yang sudah Ane dapat sebelumnya, yakni sudah pernah menggilingkan bakso sebanyak 2 kali bahwa bakso tidak mungkin bisa dibentuk tanpa campuran tepung tapioka. Dahulu Ane pernah menggilingkan bakso 1:1, tapi apa yang terjadi? Ibu Ane susah membentuknya menjadi bulat saat perebusan. So, semua bakso itu sudah pasti ada campurannya cuman yang membedakan adalah seberapa banyak perbandingan antara daging bakso dengan campurannya tersebut.
Back to topik, tak lupa Ane bertanya kepada bapak bagaimana dengan rasa baksonya? Dia bilang bakso ini memang berbeda dengan bakso-bakso pada umumnya dijual. Rasanya gurih dan sangat khas serta sepertinya campurannya tidak banyak. Secara keseluruhan Bakso Son Hajisony ini rasanya "Wuenak tenan, Le Leduk". Untuk itu
Tak habiskan, begitu juga dengan bapak |
Jam buka warungnya dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB
catatan:
Mungkin sobat pernah menjumpai warung makan bakso dengan membawa brand "Bakso Sony". Anepun sering mengalami demikian seperti di Jl. Lintas Timur Unit 2 Tulang Bawang dan di Desa Brabasan Kabupaten Mesuji. Mungkin saking terkenalnya nama tersebut mulai dipakai oleh warung-warung bakso lainnya. Ane pernah mencobanya di unit 2 tersebut dan ternyata rasanya tetap kalah enaknya dibandingkan dengan Bakso Son Hajisony. Jadi sobat harus jeli dalam melihatnya jika ingin merasakan nikmatnya Bakso Son Hajisony tersebut.
catatan:
Mungkin sobat pernah menjumpai warung makan bakso dengan membawa brand "Bakso Sony". Anepun sering mengalami demikian seperti di Jl. Lintas Timur Unit 2 Tulang Bawang dan di Desa Brabasan Kabupaten Mesuji. Mungkin saking terkenalnya nama tersebut mulai dipakai oleh warung-warung bakso lainnya. Ane pernah mencobanya di unit 2 tersebut dan ternyata rasanya tetap kalah enaknya dibandingkan dengan Bakso Son Hajisony. Jadi sobat harus jeli dalam melihatnya jika ingin merasakan nikmatnya Bakso Son Hajisony tersebut.