Setelah membeli beberapa biji kaos dan sepasang sandal buat oleh-oleh di Pasar Seni Sukawati, perut Ane merasa keroncongan. Maklum sekarang sudah menunjukkan pukul 2 siang sehingga sudah saatnya untuk makan siang. Disekitar Pasar Seni Sukawati sieh katanya ada sate lilit yang rekomended sekali buat dicoba, namanya Sate Lilit Ikan Tenggiri Pak Komang. Tapi, ketika Ane cari-cari tuh tempat ternyata hasilnya nihil alias tidak ketemu. Yasudah akhirnya Ane memutuskan untuk pulang saja ke Kota Denpasar.
Dalam perjalanan pulang menuju Kota Denpasar Ane tak sengaja membaca sebuah tulisan di papan gapura yang sangat menggelitik. Tulisan tersebut bunyinya seperti ini "Br. Tempek. Taman Palekan". Br jelas kependekan dari kata "Banjar" setara dengan dusun atau kampung, kalau Taman Pelakan tow tentu hanya sebuah taman. Nah ituloh tulisan "Tempek" nya, bagi Ane cukup menggelitik karena dalam bahasa jawa mengandung arti yang agak kurang pantas untuk diucapkan karena mengandung arti "alat kelamin wanita". Mungkin artinya akan berbeda bila diucapkan dalam bahasa Bali, mungkin dalam bahasa Bali kata ini merupakan sebuah kata yang biasa dan tidak mengandung arti yang kurang pantas untuk diucapkan. Entahlah!
Jarak Kota Denpasar dari Pasar Seni Sukawati tidaklah jauh yakni sekitar 10 Km saja melalui Jl. Raya Celuk dan Jl. Raya Batubulan, sehingga tak sampai 30 menit Ane sudah memasuki Kota Denpasar. Saat memasuki Kota Denpasar, tiba-tiba Ane kepikiran untuk kulineran lagi. Biasanya sieh kalau tidak ada rencana buat kulineran, begitu perut sudah keroncongan Ane langsung saja mampir di warung makan pinggir jalan dengan catatan warung tersebut halal. Tapi kali ini tidak, di kota ini ada sebuah warung makan yang belum Ane cicipi, warung makan tersebut bernama Warung Men Runtu yang terletak di Jl. Sekuta No. 32C, Sanur. Berdasarkan beberapa informasi yang Ane dapatkan kalau warung ini buka dari jam 12 siang hingga 7 malam. Klop bila sekarang saatnya Ane menuju kesana. Sebenarnya ada yang membuat Ane malas sob, letaknya ituloh berada agak dalam jauh dari jalan raya. Tapi apa boleh buat, pumpung masih di Bali akhirnya Ane mengunjungi tempat tersebut.
Bagi Ane warung ini cukup rumit untuk ditemukan, maklum baru kali ini Ane menginjakkan kaki di gang-gang kecil Pulau Bali. Sudah setengah jam Ane mencarinya, beruntung warung yang Ane cari akhirnya ketemu juga. "Warung Men Runtu", itulah sebuah tulisan yang yang ada di sebuah plank berwarna hitam terletak di kanan (barat) jalan.
Tak ada lahan parkir yang memadai, semua kendaraan terparkir dipinggir jalan sehingga memakan sebagian badan jalan. Setelah memarkirkan kuda hijau Ane, lantas Ane masuk kedalam. Warungnya cukup sederhana dengan meja dan kursi terpasang dengan rapi. Meja kursi yang memiliki desain biasa terpasang didalam ruangan, sedangkan meja kursi yang memiliki desain yang tak cukup biasa terbuat dari batuan keramik terpasang diluar ruangan.
Awalnya memang Ane sudah penasaran dengan tempat yang satu ini, tapi rasa penasaran itu bertambah saat Ane datang langsung kesini dan melihat begitu banyaknya pengunjung yang datang memadati tempat ini, hampir semuanya berasal dari kalangan anak muda. Padahal warung ini belum lama berdiri yakni tahun 2015, lalu apa sih yang istimewa dari menu-menu yang ditawarkan oleh tempat ini? dan seberapa enak menu-menu tersebut? Tentu rasa penasaran ini dapat Ane jawab setelah Ane merasakan sendiri menu-menu yang ada. Karena Ane hanyalah seorang diri maka sebenarnya Ane ingin sekali duduk didalam. Tapi apa boleh buat, semua tempat sudah diduduki dan yang tersisa tinggal sebuah kursi yang ada di sebelah kanan warung, itupun diluar ruangan. Okelah, kalau begitu duduk saja Ane disini.
Diatas meja sudah ada sebuah kertas pemesanan yang dapat Ane gunakan, selain itu daftar menu yang dapat Ane baca. Ada banyak menu yang tersedia, semua menunya benar-benar khas dan jarang ditemukan di luar Pulau bali. Rujak kuah pindang, rujak colek, bulung boni, sayur cantok, tipat cantok, tipat plecing, dan lain sebagainya. Setelah membaca-baca, akhirnya Ane memutuskan untuk makanannya Ane pesan rujak kuah pindang gula Bali dan bulung boni campur. Sedangkan untuk minumannya Ane pesan es cincau saja.
Saat sampai didepan, Ane dikasih tahu kalau menu bulung boninya sudah habis dan tinggal rujak kuah pindangnya saja. "Atau mau ganti menu lainnya?", begitulah timpal salah satu pelayannya kepada Ane. Tanpa fikir panjang Ane tetap memesannya yaitu seporsi rujak kuah pindang saja. Rupanya disini kesabaran Ane benar-benar diuji. Untuk menunggunya saja waktu yang Ane perlukan sekitar 3/4 jam. Tapi nggak apa, karena sepulangnya dari sini sudah tak ada jadwal untuk ngelayap lagi. Dan sekarang semua pesanan sudah ada dihadapan Ane, sepiring rujak kuah pindang dan segelas es cincau.
Secara penampilan, rujak ini terbilang unik. Seporsi rujak berisi irisan dari berbagai macam buah segar yang diberi sedikit kuah berwarna kecokelatan. Buah apa saja ya ini? setelah Ane cicipi dan rasakan ternyata buah-buah tersebut diantaranya ada buah mangga, bengkuang, kedondong, timun, dan nanas. Tak hanya pada buahnya saja yang terasa segar, tetapi kesegaran juga terjadi pada kuahnya. Kuahnya ituloh gurih dan pedas banget. Tak heran bila Warung Men Runtu ini selalu dipadati oleh para pengunjung. Selain pecinta rujak, Ane rasa juga penyuka rasa pedas wajib pokoknya datang kesini. Pas bila rasa pedas dipadu dengan rasa dingin. Segelas es cincau sudah cukup mampu meredamkan rasa yang amat pedas ini dan juga menghilangkan rasa dahaga Ane. Dua kata untuk ini semuanya "Wuenak tenan, Le leduk".
Soal harga tak perlu membuat Ane khawatir. Dari awal Ane sudah tahu kalau semuanya uang yang harus Ane bayarkan hanya sebesar 14k saja, dengan rincian sepiring rujak kuah pindang gula bali 8k dan segelas es cincau 6k. Gimana, tertarikkah sobat buat mencicipinya? kalau tertarik bisa deh sob langsung meluncur ke tempatnya. Sampai Jumpa!
Jarak Kota Denpasar dari Pasar Seni Sukawati tidaklah jauh yakni sekitar 10 Km saja melalui Jl. Raya Celuk dan Jl. Raya Batubulan, sehingga tak sampai 30 menit Ane sudah memasuki Kota Denpasar. Saat memasuki Kota Denpasar, tiba-tiba Ane kepikiran untuk kulineran lagi. Biasanya sieh kalau tidak ada rencana buat kulineran, begitu perut sudah keroncongan Ane langsung saja mampir di warung makan pinggir jalan dengan catatan warung tersebut halal. Tapi kali ini tidak, di kota ini ada sebuah warung makan yang belum Ane cicipi, warung makan tersebut bernama Warung Men Runtu yang terletak di Jl. Sekuta No. 32C, Sanur. Berdasarkan beberapa informasi yang Ane dapatkan kalau warung ini buka dari jam 12 siang hingga 7 malam. Klop bila sekarang saatnya Ane menuju kesana. Sebenarnya ada yang membuat Ane malas sob, letaknya ituloh berada agak dalam jauh dari jalan raya. Tapi apa boleh buat, pumpung masih di Bali akhirnya Ane mengunjungi tempat tersebut.
Bagi Ane warung ini cukup rumit untuk ditemukan, maklum baru kali ini Ane menginjakkan kaki di gang-gang kecil Pulau Bali. Sudah setengah jam Ane mencarinya, beruntung warung yang Ane cari akhirnya ketemu juga. "Warung Men Runtu", itulah sebuah tulisan yang yang ada di sebuah plank berwarna hitam terletak di kanan (barat) jalan.
Tak ada lahan parkir yang memadai, semua kendaraan terparkir dipinggir jalan sehingga memakan sebagian badan jalan. Setelah memarkirkan kuda hijau Ane, lantas Ane masuk kedalam. Warungnya cukup sederhana dengan meja dan kursi terpasang dengan rapi. Meja kursi yang memiliki desain biasa terpasang didalam ruangan, sedangkan meja kursi yang memiliki desain yang tak cukup biasa terbuat dari batuan keramik terpasang diluar ruangan.
Awalnya memang Ane sudah penasaran dengan tempat yang satu ini, tapi rasa penasaran itu bertambah saat Ane datang langsung kesini dan melihat begitu banyaknya pengunjung yang datang memadati tempat ini, hampir semuanya berasal dari kalangan anak muda. Padahal warung ini belum lama berdiri yakni tahun 2015, lalu apa sih yang istimewa dari menu-menu yang ditawarkan oleh tempat ini? dan seberapa enak menu-menu tersebut? Tentu rasa penasaran ini dapat Ane jawab setelah Ane merasakan sendiri menu-menu yang ada. Karena Ane hanyalah seorang diri maka sebenarnya Ane ingin sekali duduk didalam. Tapi apa boleh buat, semua tempat sudah diduduki dan yang tersisa tinggal sebuah kursi yang ada di sebelah kanan warung, itupun diluar ruangan. Okelah, kalau begitu duduk saja Ane disini.
Diatas meja sudah ada sebuah kertas pemesanan yang dapat Ane gunakan, selain itu daftar menu yang dapat Ane baca. Ada banyak menu yang tersedia, semua menunya benar-benar khas dan jarang ditemukan di luar Pulau bali. Rujak kuah pindang, rujak colek, bulung boni, sayur cantok, tipat cantok, tipat plecing, dan lain sebagainya. Setelah membaca-baca, akhirnya Ane memutuskan untuk makanannya Ane pesan rujak kuah pindang gula Bali dan bulung boni campur. Sedangkan untuk minumannya Ane pesan es cincau saja.
Daftar menu makanannya |
Daftar menu minumannya |
Secara penampilan, rujak ini terbilang unik. Seporsi rujak berisi irisan dari berbagai macam buah segar yang diberi sedikit kuah berwarna kecokelatan. Buah apa saja ya ini? setelah Ane cicipi dan rasakan ternyata buah-buah tersebut diantaranya ada buah mangga, bengkuang, kedondong, timun, dan nanas. Tak hanya pada buahnya saja yang terasa segar, tetapi kesegaran juga terjadi pada kuahnya. Kuahnya ituloh gurih dan pedas banget. Tak heran bila Warung Men Runtu ini selalu dipadati oleh para pengunjung. Selain pecinta rujak, Ane rasa juga penyuka rasa pedas wajib pokoknya datang kesini. Pas bila rasa pedas dipadu dengan rasa dingin. Segelas es cincau sudah cukup mampu meredamkan rasa yang amat pedas ini dan juga menghilangkan rasa dahaga Ane. Dua kata untuk ini semuanya "Wuenak tenan, Le leduk".
Untuk itu tak habiskan semuanya |
Lgs kebayang rujak buaaaah :D. Seger banget ini mah, ngeliat kuahnya aja udh kebayang mas :D. Duuuh kamu bisa aja dapet kuliner begini :)
BalasHapusIya mbak, cuman sayangnya tempatnya agak tersembunyi...
Hapus