Dari awal, Ane berencana menjelajah Pulau Bali ini selama 3 minggu (21 hari). Ane catat semua obyek wisata yang hendak Ane kunjungi kedalam sebuah buku. Rupanya jadwal perjalanan Ane, Ane percepat satu hari dari jadwal sebelumnya yakni menjadi 20 hari. Itupun sudah termasuk hari keberangkatan dari Jogja ke Bali dan kepulangan dari Bali ke Jogja. Percepatan ini bukan tanpa alasan, karena obyek-obyek wisata yang masuk dalam daftar kunjungan Ane sudah Ane jelajahi semua. Walaupun hanya ada satu atau beberapa tempat saja yang tidak berhasil Ane jelajahi. Namun begitu, hal ini tetap tidak mengurangi rasa kepuasan Ane.
Dihari-hari terakhir di Bali ini tak banyak yang Ane lakukan, Ane hanya berencana wisata kuliner saja mengunjungi beberapa warung makan. Warung makan satu-satunya yang akan Ane cicipi dihari yang ke-17 ini adalah sebuah warung makan yang terletak tidak jauh dari Warung Nasi Pedas Ibu Andika, Toko Joger, maupun Bandara Internasional Ngurah Rai. Ya, warung makan tersebut bernama Warung Nasi Pecel Bu Tinuk yang terletak di Jl. Raya Tuban, Kuta, Kabupaten Badung. Ada sebuah alasan kuat mengapa Ane mendatangi tempat ini, selain harganya cukup murah, konon katanya nasi pecel yang ada disini merupakan yang terenak di Pulau Bali. Apakah benar begitu? ntahlah...
Berhubung sebelumnya Ane telah bolak-balik melewati jalan ini, maka Ane sudah tidak dipusingkan lagi dengan jalan yang ada. Seperti biasa, berbekal sebuah alamat dan peta Ane pacu kuda hijau Ane menuju bagian selatan Pulau Bali. Selepas melewati Toko Joger, Ane lambatkan laju roda kuda hijau Ane sambil menengok kekanan dan kekiri. Maklum Ane belum tahu lokasi persisnya.
Tak lama kemudian, beruntung warung yang Ane cari akhirnya ketemu juga. Sebuah papan nama berbentuk persegi panjang berwarna kuning bertuliskan "Nasi Pecel Bu Tinuk" dengan dibagian belakang tulisan tersebut terdapat label "Halal" yang ditulis dalam bahasa arab. Warungnya terletak di sebelah kiri (timur) jalan.
Tanpa basa-basi langsung Ane belokkan kuda hijau Ane ke tempat tersebut. Setelah memarkir kuda hijau Ane, lantas Ane masuk kedalam. Beginilah kondisi warungnya, ruangannya tak begitu luas dengan sebuah etalase makan terpasang memanjang. Pun demikian juga dengan suasananya, suasananya cukup sepi hanya ada bebarapa orang saja yang sedang berkunjung.
Tanpa mengambil tempat duduk terlebih dahulu, Ane langsung menuju kedepan dan memesan apa yang hendak Ane santap. Awalnya Ane kira warung ini hanya menjual nasi pecel saja, ternyata tidak. Ada banyak pilihan menu yang tersedia diantaranya nasi rames, rawon, sop buntut, dan beraneka macam lauk. Agak bingung juga sieh Ane dalam memilihnya, tapi berhubung disini adalah tempat dijualnya nasi pecel tentu pilihan Ane langsung jatuh pada menu tersebut. Sebagai tambahan lauknya Ane memilih paruh sapi, sedangkan untuk minumannya sebotol air minum cukup menghilangkan rasa dahaga Ane hari ini. Semua makanannya disajikan di piring rotan beralaskan kertas minyak dan langsung diberi kartu harga makanan. Dikartu tersebut tertulis harga sebesar 32k, Ane tidak tahu apakah harga ini sudah termasuk minumannya atau belum.
Setelah mendapatkan seporsi nasi pecel bersama lauknya serta air minum, barulah Ane mengambil tempat duduk. Ada banyak pilihan posisi tempat duduk yang dapat Ane pilih, karena masih banyak tempat duduk dalam keadaan kosong. Tempat duduk di pojok bagian depanlah yang akhirnya Ane pilih. Soal isinya, sepiring nasi pecel ini terdiri dari tauge/kecambah, daun kenikir, daun kemangi, 2 biji peyek, nasi, dan tentunya sambal kacang. Untuk sambal kacangnya cukup kental dan tak terlalu encer.
Lalu bagaimanakah dengan rasanya? hmmm cukup lezat, sambal kacangnya cukup kental dan tak terlalu encer walaupun tidak terasa pedas. Sayur yang digunakan pun masih fresh, peyeknya juga renyah. Lengkap sudah dengan hadirnya paruh sapi yang digoreng menambah kenikmatan Ane dalam menyantapnya. Dua kata deh sob untuk semuanya,"Wuenak tenan".
Soal harga, ternyata harga yang tertera di kartu ini belum termasuk dengan sebotol air minum. buktinya ketika Ane membayarnya uang yang harus Ane keluarkan sebesar 39k. Itu artinya sebotol air minumnya sendiri dibanderol dengan harga 7k saja.
Tanpa basa-basi langsung Ane belokkan kuda hijau Ane ke tempat tersebut. Setelah memarkir kuda hijau Ane, lantas Ane masuk kedalam. Beginilah kondisi warungnya, ruangannya tak begitu luas dengan sebuah etalase makan terpasang memanjang. Pun demikian juga dengan suasananya, suasananya cukup sepi hanya ada bebarapa orang saja yang sedang berkunjung.
Tanpa mengambil tempat duduk terlebih dahulu, Ane langsung menuju kedepan dan memesan apa yang hendak Ane santap. Awalnya Ane kira warung ini hanya menjual nasi pecel saja, ternyata tidak. Ada banyak pilihan menu yang tersedia diantaranya nasi rames, rawon, sop buntut, dan beraneka macam lauk. Agak bingung juga sieh Ane dalam memilihnya, tapi berhubung disini adalah tempat dijualnya nasi pecel tentu pilihan Ane langsung jatuh pada menu tersebut. Sebagai tambahan lauknya Ane memilih paruh sapi, sedangkan untuk minumannya sebotol air minum cukup menghilangkan rasa dahaga Ane hari ini. Semua makanannya disajikan di piring rotan beralaskan kertas minyak dan langsung diberi kartu harga makanan. Dikartu tersebut tertulis harga sebesar 32k, Ane tidak tahu apakah harga ini sudah termasuk minumannya atau belum.
Setelah mendapatkan seporsi nasi pecel bersama lauknya serta air minum, barulah Ane mengambil tempat duduk. Ada banyak pilihan posisi tempat duduk yang dapat Ane pilih, karena masih banyak tempat duduk dalam keadaan kosong. Tempat duduk di pojok bagian depanlah yang akhirnya Ane pilih. Soal isinya, sepiring nasi pecel ini terdiri dari tauge/kecambah, daun kenikir, daun kemangi, 2 biji peyek, nasi, dan tentunya sambal kacang. Untuk sambal kacangnya cukup kental dan tak terlalu encer.
Lalu bagaimanakah dengan rasanya? hmmm cukup lezat, sambal kacangnya cukup kental dan tak terlalu encer walaupun tidak terasa pedas. Sayur yang digunakan pun masih fresh, peyeknya juga renyah. Lengkap sudah dengan hadirnya paruh sapi yang digoreng menambah kenikmatan Ane dalam menyantapnya. Dua kata deh sob untuk semuanya,"Wuenak tenan".
Untuk itu tak habiskan |
Utk seporsi pecel,, kyknya overpriced yak :p. Tp krn ini di bali, okelah, aku maklum krn di sana memang rata2 mahal
BalasHapusHe'em mbak, betul. Rata-rata harga seporsi makanan disana mahal-mahal. Tidak seperti di Jogja, hehehe
Hapus