Inilah bangunan yang awalnya sempat menipu mata Ane. Dari kejauhan ketika memasuki Kota Klungkung, Ane kira bangunan ini adalah sebuah masjid eh setelah didekati ternyata bukan. Bangunan ini adalah sebuah bangunan yang cukup penting dalam mengenang dan menghargai jasa para pahlawan terutama di Kabupaten Klungkung bernama Monumen Puputan Klungkung.
Jauh-jauh hari sebelumnya Ane telah tahu kalau kata "puputan" sendiri mempunyai arti perang habis-habisan, sedangkan kata "monumen" mempunyai arti tugu peringatan. Jadi kalau diartikan secara utuh bangunan tersebut adalah sebuah tugu peringatan dalam mengingat perang habis-habisan yang terjadi di Kabupaten Klungkung. Ah belum jelas, untuk lebih jelasnya Ane akan mendekati monumen tersebut.
Setelah berkunjung ke Taman Gili Kertha Gosa yang didalamnya terdapat Museum Semarajaya, Ane langkahkan kaki Ane menyeberangi jalan menuju kearah utara. Ya, bangunan ini hanya diseberang jalan dari Taman tersebut sehingga tak perlu lelah-lelah Ane berjalan kaki. Terlihat dibagian terdepan bangunan terdapat sepasang arca raksasa yang seolah-olah menjadi penjaga bagi bangunan ini. Bangunan ini semuanya dibuat dari susunan batu berwarna hitam, berbentuk lingga yoni dengan disudut halamannya dilengkapi 4 buah balai bengong. Tampak disetiap bale terdapat pengunjung yang sedang nongkrong-nongkrong cantik, namun dari kesemuanya bale tersebut bale yang ada di bagian selatan monumenlah yang paling ramai dipadati.
Bangunan ini cukup unik membuat Ane tertarik untuk melihat lebih detail lagi strukturnya. Tinggi monumen dari dasar sampai puncak sekitar 28 meter. Dibagian atas terdapat lingga yang menjulang tinggi, sementara dibagian bawahnya terdapat sebuah kubah persegi delapan beralaskan kembang-kembang teratai sebanyak 19 buah. Sedangkan dibagian paling bawah terdapat ruangan yang sangat besar berupa gedung persegi empat dengan di keempat penjuru mata anginnya masing-masing terdapat 4 buah pintu masuk berupa gapura yakni di timur, barat, selatan, dan utara. Semua pintu tertutup dengan rapat, hanya pintu masuk yang ada disebelah selatanlah yang dibiarkan terbuka.
Semakin lama menatap, membuat Ane semakin penasaran saja dengan isi yang ada didalam monumen tersebut. Ada apakah gerangan disana? setelah melalui pintu masuk yang ada di sebelah selatan, kini Ane dapat melihat semua isi yang ada didalam monumen. Tak ada seorang penjaga pun yang sedang berjaga-jaga, sehingga tak ada tiket masuk yang dikenakan ke Ane.
Dibagian tengah ruangan terdapat 6 buah patung dengan berbagai macam posisi. Sebuah patung sedang duduk dikursi kebesaran, sedangkan 3 buah patung berdiri di samping kanan dan kirinya. Sementara 2 buah patung lainnya dengan posisi duduk ada dibagian depannya. Tak ada tulisan yang menjelaskan patung-patung tersebut. Ane hanya bisa berimajinasi bahwa patung-patung tersebut adalah patung seorang raja Klungkung bersama para pengikutnya yang setia.
Disini Ane milihat ada 2 buah prasati yang memuat informasi penting bagi Kabupaten ini. Pertama sebelum menjadi nama Kota Semarapura, Kota ini awalnya bernama Kota Klungkung. Kota ini resmi berubah nama menjadi Kota Semarapura berdasarkan PP. No. 18 Tahun 1992 pada tanggal 25 April 1992. Dan yang kedua peresmian Monumen Puputan Klungkung dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri saat itu Rudini pada tanggal yang sama. Bila menilik pada tanggal peresmiannya, monumen ini diresmikan bersamaan dengan Museum Semarajaya.
Inilah diorama-diorama yang ada didalam monumen. Diorama-diorama terpasang dibagian dinding melingkar mengikuti bentuk monumennya. Diorama-diorama ini menggambarkan kehidupan masyarakat Bali sebelumnya yang menyatu dengan alam lingkungan, hingga perang puputan Klungkung terjadi sampai akhirnya dibangunlah Monumen Puputan Klungkung ini.
Berikut diorama-diorama beserta penjelasannya yang terdapat didalam monumen ini (penjelasan ditulis dalam dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris).
Diorama I: Suasana kehidupan masyarakat Bali kuno dengan kekhasan
arsitektur tradisional yang menyatu dengan alam lingku-
ngan. Tampak mereka sedang sibuk menyiapkan sarana upa-
cara. Binatang babi, sapi, anjing, ayam, kucing adalah
sudah merupakan binatang piaraan mereka.
This relief showed the situation of the old traditional
architectures of Balinese people in the past time. They
looked very busy to prepare all things they needed for
carrying out a ceremony (Yadnya). The people generally
liked to look after animals : pigs, cows, chicken, dogs,
cats, etc.
Diorama II: Raja yang pertama memerintah Bali terkenal bengis karena
menganggap dirinya adalah "Dewa" namanya Dalem Bedahulu.
Pada waktu itu agama Hindu belum berkembang, kepercayaan
mereka animisme dan percaya adanya roh nenek moyang yang
telah meninggal.
The first king who ruled Bali was Dalem Bedahulu. He was
a very cruel king. The king thought that he himself was
the god. At that time the Hindu religion had not influ-
enced the Balinese people yet.
Diorama III: Bali mengalami zaman keemasan, dimana kehidupan seni
budaya sangat berkembang pesat. Pertanian mengalami
kemajuan pesat karena sistem pengairan "subak" sangat
menunjang kesuksesan. Sistem subak tersebut hingga kini
tetap menjadi warisan orang Bali dan dijadikan contoh
oleh masyarakat diluar Bali. Tampak Raja Dalem Watu-
renggong dengan semangat dan dedikasi tinggi dengan
tekun meninjau perkembangan serta kehidupan masyarakat
pulau tersebut.
The Balinese people had a golden age in the rule of
Dalem Waturenggong. The king led his people enegeticly
and with a hight dedication. The king and his people
built their country in all parts of the people lives.
They built culture and civilization : farm, religion,
art etc. Mainly they succeeded to develop the system of
the farmers organization which is now called "Subak".
At present not only the Balinese farmers still follow
the system (subak) but the farmers out of Bali too.
Diorama IV: Kehidupan seni budaya sangat berkembang pesat dan menga-
lami zaman keemasan pada abad ke-15 dibawah pemerintahan
Dalem Waturenggong. Tidak saja berkembang pada bidang
pertanian, tetapi juga pada bidang keagamaan, spiritual,
dan material. Tampak disini kehidupan seni dan budaya
sangat pesat, dimana para seniman sangat sibuk membangun
rumah-rumah peribadatan, kekawain, tari-tarian dan lain
sebagainya.
In the 15 Th. century under the rule of king Dalem Watu-
renggong culture and civilization had a fluent develop-
ment. Beside farming architectures and arts also had
high progress. Architects built temples, traditional
architectures/buildings, the actors/actresses practised
"Drama" and the singers sang song (wirama) regulary.
Diorama V: Pada abad XIX Bali mulai dijamah oleh Belanda. Sebenarnya
sebelum itu sudah ada Belanda masuk yaitu pada abad ke-
XVI namun belum menunjukkan kekuatannya. Nah baru abad
ke XIX lah mereka mengadakan perlawanan yaitu "perang pu-
putan di Buleleng". Dengan benteng Jagaraga.
In the 19 Th. century the company had come to Bali. Actu-
ally they had come to Bali in the 16 Th century, but they
had not showed their strength yet Jagaraga, an area in
easten part of Buleleng was attacked by the company in
this 19 Th century. Of course the people defended their
village to an end. From the attack of the company's sol-
diers.
Diorama VI: Perang puputan Klungkung dibawah Raja Ida I Dewa Agung
Jambe tahun 1908 dan dengan jatuhnya Klungkung, maka be-
rakhirlah kerajaan Bali lalu dikuasai Belanda yang di-
bantu oleh tentara dari pulau-pulau lain di nusantara
menyerbu istana Semarapura dan seluruh Puri dibakar ha-
bis.
In the year 1908 the company's souldiers attacked Klung-
kung kingdom. Ida I Dewa Agung Jambe the king of Klung-
kung, led his people to devend his kingdom. During the
battle was going on, the soldiers of the company who
were stationed in other islands of nusantara came to
Bali to help their friends. They entered the kingdom's
palace and ruined the buildings/houses.
Diorama VII: Dengan jatuhnya Klungkung maka Bali dibawah pemerinta-
han kompeni memanggil semua raja-raja dari setiap kabu-
paten untuk mengadakan sidang raja-raja di Denpasar.
Raja Klungkung diwakili oleh Ida I Dewa Agung Oka Geg.
Since Klungkung lost the battle, company's colonized
Bali. The company ordered the 8 king of Bali to have a
meeting in Denpasar. Ida I Dewa Agung Oka Geg, the new
king of Klungkung attended the meeting.
Diorama VIII: Perang di Margarana dibawah pimpinan I Gusti Ngurah
Rai adalah merupakan rentetan dari perang kemerdekaan
Republik Indonesia dibawah pimpinan Bung Karno dan
Bung Hatta. Pasukan Ciung Wanara dibawah pimpinan
I Gusti Ngurah Rai dengan sengit mempertahankan Bali
dibawah serangan NICA/compeni.
Margarana battle was one of the battles of the Indone-
sian indepence which was led by Bung Karno and Bung
Hatta. The unity of the soldiers which defended Marga-
rana was named "Ciung Wanara". Ciung Wanara fought
agaist NICA braverlly to devend their village under
the leader of I Gusti Ngurah Rai.
Diorama IX: Setelah kemerdekaan pemerintah mengadakan pembangunan di
berbagai bidang baik materril maupun spirituil. Pada
masa pembangunan dewasa ini juga dibangun berbagai monu-
men - monumen diberbagai daerah di Indonesia. Satu dian-
taranya adalah Monumen Puputan Klungkung yang diresmikan
oleh MENDAGRI Rudini.
Later on the Indonesian government and it's people build
Indonesia materially and spiritully since 1966 Indonesi-
an government was led by president Suharto. The Indone-
sian Government has built a lot of cenotaphs, one of
them is the cenotaph of Klungkung battle which has been
inaugurated by The Minister of Home Affair, Rudini.
Seperti itulah ceritanya. Kita sebagai generasi muda sudah seharusnya mengenal sejarah bangsa kita ini dan mengisi kemerdekaan dengan sebaik-baiknya. Setelah puas melihat-lihat diorama ini Ane keluar dari gedung dan beristirahat sebentar disalah satu balai bengongnya sebelum melanjutkan perjalanan lagi.
Bangunan ini cukup unik membuat Ane tertarik untuk melihat lebih detail lagi strukturnya. Tinggi monumen dari dasar sampai puncak sekitar 28 meter. Dibagian atas terdapat lingga yang menjulang tinggi, sementara dibagian bawahnya terdapat sebuah kubah persegi delapan beralaskan kembang-kembang teratai sebanyak 19 buah. Sedangkan dibagian paling bawah terdapat ruangan yang sangat besar berupa gedung persegi empat dengan di keempat penjuru mata anginnya masing-masing terdapat 4 buah pintu masuk berupa gapura yakni di timur, barat, selatan, dan utara. Semua pintu tertutup dengan rapat, hanya pintu masuk yang ada disebelah selatanlah yang dibiarkan terbuka.
Semakin lama menatap, membuat Ane semakin penasaran saja dengan isi yang ada didalam monumen tersebut. Ada apakah gerangan disana? setelah melalui pintu masuk yang ada di sebelah selatan, kini Ane dapat melihat semua isi yang ada didalam monumen. Tak ada seorang penjaga pun yang sedang berjaga-jaga, sehingga tak ada tiket masuk yang dikenakan ke Ane.
Dibagian tengah ruangan terdapat 6 buah patung dengan berbagai macam posisi. Sebuah patung sedang duduk dikursi kebesaran, sedangkan 3 buah patung berdiri di samping kanan dan kirinya. Sementara 2 buah patung lainnya dengan posisi duduk ada dibagian depannya. Tak ada tulisan yang menjelaskan patung-patung tersebut. Ane hanya bisa berimajinasi bahwa patung-patung tersebut adalah patung seorang raja Klungkung bersama para pengikutnya yang setia.
Disini Ane milihat ada 2 buah prasati yang memuat informasi penting bagi Kabupaten ini. Pertama sebelum menjadi nama Kota Semarapura, Kota ini awalnya bernama Kota Klungkung. Kota ini resmi berubah nama menjadi Kota Semarapura berdasarkan PP. No. 18 Tahun 1992 pada tanggal 25 April 1992. Dan yang kedua peresmian Monumen Puputan Klungkung dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri saat itu Rudini pada tanggal yang sama. Bila menilik pada tanggal peresmiannya, monumen ini diresmikan bersamaan dengan Museum Semarajaya.
Inilah diorama-diorama yang ada didalam monumen. Diorama-diorama terpasang dibagian dinding melingkar mengikuti bentuk monumennya. Diorama-diorama ini menggambarkan kehidupan masyarakat Bali sebelumnya yang menyatu dengan alam lingkungan, hingga perang puputan Klungkung terjadi sampai akhirnya dibangunlah Monumen Puputan Klungkung ini.
Berikut diorama-diorama beserta penjelasannya yang terdapat didalam monumen ini (penjelasan ditulis dalam dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris).
Diorama I: Suasana kehidupan masyarakat Bali kuno dengan kekhasan
arsitektur tradisional yang menyatu dengan alam lingku-
ngan. Tampak mereka sedang sibuk menyiapkan sarana upa-
cara. Binatang babi, sapi, anjing, ayam, kucing adalah
sudah merupakan binatang piaraan mereka.
This relief showed the situation of the old traditional
architectures of Balinese people in the past time. They
looked very busy to prepare all things they needed for
carrying out a ceremony (Yadnya). The people generally
liked to look after animals : pigs, cows, chicken, dogs,
cats, etc.
Diorama II: Raja yang pertama memerintah Bali terkenal bengis karena
menganggap dirinya adalah "Dewa" namanya Dalem Bedahulu.
Pada waktu itu agama Hindu belum berkembang, kepercayaan
mereka animisme dan percaya adanya roh nenek moyang yang
telah meninggal.
The first king who ruled Bali was Dalem Bedahulu. He was
a very cruel king. The king thought that he himself was
the god. At that time the Hindu religion had not influ-
enced the Balinese people yet.
Diorama III: Bali mengalami zaman keemasan, dimana kehidupan seni
budaya sangat berkembang pesat. Pertanian mengalami
kemajuan pesat karena sistem pengairan "subak" sangat
menunjang kesuksesan. Sistem subak tersebut hingga kini
tetap menjadi warisan orang Bali dan dijadikan contoh
oleh masyarakat diluar Bali. Tampak Raja Dalem Watu-
renggong dengan semangat dan dedikasi tinggi dengan
tekun meninjau perkembangan serta kehidupan masyarakat
pulau tersebut.
The Balinese people had a golden age in the rule of
Dalem Waturenggong. The king led his people enegeticly
and with a hight dedication. The king and his people
built their country in all parts of the people lives.
They built culture and civilization : farm, religion,
art etc. Mainly they succeeded to develop the system of
the farmers organization which is now called "Subak".
At present not only the Balinese farmers still follow
the system (subak) but the farmers out of Bali too.
Diorama IV: Kehidupan seni budaya sangat berkembang pesat dan menga-
lami zaman keemasan pada abad ke-15 dibawah pemerintahan
Dalem Waturenggong. Tidak saja berkembang pada bidang
pertanian, tetapi juga pada bidang keagamaan, spiritual,
dan material. Tampak disini kehidupan seni dan budaya
sangat pesat, dimana para seniman sangat sibuk membangun
rumah-rumah peribadatan, kekawain, tari-tarian dan lain
sebagainya.
In the 15 Th. century under the rule of king Dalem Watu-
renggong culture and civilization had a fluent develop-
ment. Beside farming architectures and arts also had
high progress. Architects built temples, traditional
architectures/buildings, the actors/actresses practised
"Drama" and the singers sang song (wirama) regulary.
Diorama V: Pada abad XIX Bali mulai dijamah oleh Belanda. Sebenarnya
sebelum itu sudah ada Belanda masuk yaitu pada abad ke-
XVI namun belum menunjukkan kekuatannya. Nah baru abad
ke XIX lah mereka mengadakan perlawanan yaitu "perang pu-
putan di Buleleng". Dengan benteng Jagaraga.
In the 19 Th. century the company had come to Bali. Actu-
ally they had come to Bali in the 16 Th century, but they
had not showed their strength yet Jagaraga, an area in
easten part of Buleleng was attacked by the company in
this 19 Th century. Of course the people defended their
village to an end. From the attack of the company's sol-
diers.
Diorama VI: Perang puputan Klungkung dibawah Raja Ida I Dewa Agung
Jambe tahun 1908 dan dengan jatuhnya Klungkung, maka be-
rakhirlah kerajaan Bali lalu dikuasai Belanda yang di-
bantu oleh tentara dari pulau-pulau lain di nusantara
menyerbu istana Semarapura dan seluruh Puri dibakar ha-
bis.
In the year 1908 the company's souldiers attacked Klung-
kung kingdom. Ida I Dewa Agung Jambe the king of Klung-
kung, led his people to devend his kingdom. During the
battle was going on, the soldiers of the company who
were stationed in other islands of nusantara came to
Bali to help their friends. They entered the kingdom's
palace and ruined the buildings/houses.
Diorama VII: Dengan jatuhnya Klungkung maka Bali dibawah pemerinta-
han kompeni memanggil semua raja-raja dari setiap kabu-
paten untuk mengadakan sidang raja-raja di Denpasar.
Raja Klungkung diwakili oleh Ida I Dewa Agung Oka Geg.
Since Klungkung lost the battle, company's colonized
Bali. The company ordered the 8 king of Bali to have a
meeting in Denpasar. Ida I Dewa Agung Oka Geg, the new
king of Klungkung attended the meeting.
Diorama VIII: Perang di Margarana dibawah pimpinan I Gusti Ngurah
Rai adalah merupakan rentetan dari perang kemerdekaan
Republik Indonesia dibawah pimpinan Bung Karno dan
Bung Hatta. Pasukan Ciung Wanara dibawah pimpinan
I Gusti Ngurah Rai dengan sengit mempertahankan Bali
dibawah serangan NICA/compeni.
Margarana battle was one of the battles of the Indone-
sian indepence which was led by Bung Karno and Bung
Hatta. The unity of the soldiers which defended Marga-
rana was named "Ciung Wanara". Ciung Wanara fought
agaist NICA braverlly to devend their village under
the leader of I Gusti Ngurah Rai.
Diorama IX: Setelah kemerdekaan pemerintah mengadakan pembangunan di
berbagai bidang baik materril maupun spirituil. Pada
masa pembangunan dewasa ini juga dibangun berbagai monu-
men - monumen diberbagai daerah di Indonesia. Satu dian-
taranya adalah Monumen Puputan Klungkung yang diresmikan
oleh MENDAGRI Rudini.
Later on the Indonesian government and it's people build
Indonesia materially and spiritully since 1966 Indonesi-
an government was led by president Suharto. The Indone-
sian Government has built a lot of cenotaphs, one of
them is the cenotaph of Klungkung battle which has been
inaugurated by The Minister of Home Affair, Rudini.
Seperti itulah ceritanya. Kita sebagai generasi muda sudah seharusnya mengenal sejarah bangsa kita ini dan mengisi kemerdekaan dengan sebaik-baiknya. Setelah puas melihat-lihat diorama ini Ane keluar dari gedung dan beristirahat sebentar disalah satu balai bengongnya sebelum melanjutkan perjalanan lagi.
Ini jd kayak museum yaa.. Asyik jadinya bisa belajar sejarah dulu dr diorama bergambar gini mas. Lbh mudah dimengerti dan jd lebih menarik juga utk dibaca :)
BalasHapusIya mbak,,, ya mirip seperti di Bajra Sandi Denpasar sieh, cuman ini lebih kecil bangunannya dibandingkan dengan Bajra Sandi
Hapus