Berawal dari sebuah plank bertuliskan "Pantai Suluban Surfing Beach" yang ada didepan pos penarikan tiket parkir Uluwatu, Ane akhirnya menjejakkan kaki disini. Ya, sebelumnya Ane tak tahu dimana pantai tersebut berada. Yang Ane tahu hanyalah Bali punya banyak pantai karena Pulau Bali dikelilingi oleh lautan. Setelah kemarin Ane mengeksplorer Kabupaten Gianyar dekat Ubud, kini Ane mempunyai ide untuk menyempatkan diri keliling-keliling pantai bagian selatan Pulau Bali.
Dihari yang kesepuluh ini, tepatnya tanggal 1 Oktober 2016 Ane pacu kuda hijau Ane menuju selatan Pulau Bali. Tujuan Ane hanya dua yaitu mengeksplorer pantai-pantai yang ada di Bali dan menikmatinya. Destinasi pertama yang akan Ane kunjungi adalah Pantai Suluban (Blue Point Beach) yang terletak di Desa Pecatu, tak jauh dari Pura Luhur Uluwatu.
Ane sudah tak asing lagi dengan jalan menuju Pura Luhur Uluwatu, pasalnya Ane sudah pernah melewatinya beberapa hari lalu saat menonton Tari Kecak Uluwatu. Perjalanan benar-benar baru saat Ane sampai di pos tempat penarikan karcis parkir. Sebelum memasukinya, ada jalan yang mengarah kekanan. Disini terdapat juga sebuah papan petunjuk yang mengarah ke lokasi pantainya. Ane ikuti papan petunjuk tersebut hingga akhirnya sampailah Ane di lokasi parkir pantai.
Tak ada tiket masuk yang dikenakan, Ane hanya dikenakan uang parkir saja. Ane sempat ragu-ragu apakah benar ini adalah lokasi Pantai Suluban yang Ane cari. Pasalnya berbeda dengan Pantai Sanur maupun Pantai Kuta dimana lautnya dapat dilihat dari tempat parkir, disini tak sedikitpun Ane dapat melihatnya. Sang Petugas parkir pun mengatakan bahwa memang benar ini adalah Pantai Suluban. "Ada turunan anak tangga itu (sambil menunjuk kearah depan), ikuti saja. Setelah masnya menemukan pertigaan jalan ditengah pertokoan, ambil kearah kiri dan jangan yang lurus, kalau lurus nanti ketemu Blue Point Beach Villas and spa", tukasnya.
"Owalah begitu tow alasan kenapa pantai ini disebut demikian", fikirku. Setelah memarkir kuda hijau, Ane langsung melangkahkan kaki masuk kedalam turunan tersebut. Pertama-tama jalan yang Ane lewati berupa turunan bertangga namun sudah disemen. Jalannya cukup luas dengan disamping kanan dan kirinya tumbuh semak-semak belukar.
Beberapa saat kemudian pemandangan berubah, kini Ane banyak menemui kafe-kafe kecil dan toko-toko souvernir. Selain itu terdapat juga penyewaan papan-papan surfing. Maklum, pantai ini lebih dikenal sebagai tempat surfing daripada sebagai obyek wisata rekreasi biasa. Tak heran bila setiap turis asing yang berpapasan dengan Ane selalu membawa papan surfing.
Sesampainya dipertigaan jalan pertokoan, Ane melihat jalan kearah kiri. Inilah yang dimaksud oleh petugas parkir tadi, jalan menuju pantainya bukan yang lurus melainkan jalan yang belok kearah kiri. Oke, saatnya Ane belok kearah kiri. Lagi-lagi Ane harus melewati jalan turunan berupa anak tangga. Jalannya sempit dan cukup terjal, Ane beberapa kali harus mengalah dengan para turis yang membawa papan surfing. Setelah melewati jembatan, tampak dikejauhan sana air laut mulai kelihatan melewati celah-celah batuan karang.
|
|
|
|
|
|
Ane tak bisa ke pantainya, yang Ane lakukan disini hanyalah mendengarkan suara ombak yang begitu keras menabrak batu-batuan karang. Selain itu berfoto dan berfoto serta melihat para turis asing membawa papan surfing yang besar-besar berjalan kesana-kemari. Saking banyaknya turis-turis tersebut Ane rasa tak berlebihan bila pantai ini surganya para surfer.
Berhubung tak banyak yang dapat Ane lakukan disini, maka Ane segera meninggalkannya dan menjelajah pantai-pantai lainnya. Tujuan Ane selanjutnya adalah Pantai Padang-padang. Seperti apakah pantainya? tunggu Ane selanjutnya ya sob, Sampai Jumpa!
ih, asik kalau pantainya kayak tersembunyi gitu. Kuta udah terlalu ramai :)
BalasHapusIseng-iseng cocok buat menenangkan fikiran sebentar, :-)
Hapus