Setelah kemarin menjelajah Pulau Bali bagian selatan, Dihari yang ke-11 ini Ane berencana menjelajah Pulau Bali bagian timur. Tujuan utama Ane tak banyak, hanya berkunjung ke Pura Besakih saja. "Tak lengkap rasanya bila berkunjung ke Bali tanpa mengunjungi Pura Besakih", setidaknya itulah sebuah ungkapan yang menjustifikasi perasaan Ane ketika Ane disini. Bagaimana tidak Bali terkenal dengan pura-puranya seperti Pura Luhur Uluwatu, Pura Ulun Danu Beratan, dan lain sebagainya. Nah untuk predikat pura terbesar di Pulau Bali, Pura Besakihlah yang menyandangnya. Otomatis Pura ini masuk dalam daftar kunjungan utama Ane di Bali.
Pada tanggal 2 Oktober 2016 lalu niat itu benar-benar terlaksana. Ane pacu kuda hijau Ane menuju Ubud, sebelum benar-benar sampai di Ubud Ane belokkan kuda hijau Ane menuju Kota Gianyar dan alamak ternyata jalan di tutup, tapi tidak ditutup total sehingga kendaraan bermotor roda dua masih tetap bisa masuk. Maklum hari ini adalah hari minggu dan kegiatan Car Free Day sudah menjadi agenda mingguan diseluruh wilayah Kota di negara tercinta ini.
Sebenarnya Ane masih mengetahui sebuah jalan lagi menuju Kota Gianyar selain lewat sini dan jalan bypass. Tapi apa boleh buat sudah kepalang tanggung sampai disini, berhubung warga sekitar banyak yang menerobos pintu palang tersebut maka Ane pun ikut-ikutan menerobosnya. Wussss, awalnya jalan yang Ane lalui cukup sepi dan belum ada tanda-tanda orang berjalan kaki kesana-kemari. Tapi saat mendekati kotanya, alamak disinilah penutupan jalan total itu dilakukan. Ane tak bisa lewat sama sekali dan Ane diarahkan untuk belok kiri menuju jalan alternatif.
Jalannya cukup kecil namun mulus. Tak lama kemudian Ane melihat banyak sepeda motor yang sedang terparkir berjejer disepanjang jalan. Tak salah lagi disinilah tempatnya Car Free Day dilaksanakan. Anepun berhenti sebentar buat berfikir apakah Ane langsung menuju Pura Besakih ataukah berhenti dahulu untuk ikut-ikutan Car Free Day ini. Timbang-menimbang akhirnya Ane memutuskan untuk berhenti sebentar mengikuti kegiatan ini, siapa tahu nanti ketemu jodoh disini, hahaha (ngarep banget).
Ane tepikan dan Ane parkir kuda hijau Ane ditempat yang masih kosong. Ane kunci stang dan kemudian Ane langkahkan kaki menuju kedalam. Ane melihat didepan sana patung-patung berdiri dalam satu kompleks dengan berbagai macam pose. Patung-patung tersebut terlihat seni dan banyak orang yang sedang berada disitu. Tempat apakah itu? ternyata setelah Ane dekati barulah Ane menyadari kalau kegiatan Car Free Day ini dilaksanakan ditengah Kota Gianyar. Sementara nama tempat tersebut adalah Taman Kota Gianyar. Disini terdapat 4 buah patung yang berdiri, diantaranya Patung Kala Rau, Garuda, Patung Dewa Indra dengan kereta kudanya, serta Patung Dewi Bulan.
Sebagai taman kota, tentu tempat ini berada sangat strategis sehingga mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Taman ini terletak tepat ditengah-tengah pertigaan (bundaran) Jl. Ciung Wanara-Gianyar, Jl. Ngurah Rai-Gianyar, dan Jl. By Pass Dharma Giri. Masyarakat Kota Gianyar terlihat sangat antusias mengikuti acara ini, mulai dari balita hingga tua berbaur berolahraga bersama maupun sekedar jalan-jalan melepas penat. Ane mah hanya duduk-duduk santai saja disini.
Puas duduk-duduk santai di taman ini Ane berjalan kearah timur melewati Kantor Bupati Gianyar, pemandangan yang Ane lihat sama seperti sebelumnya. Tetapi ada yang berbeda saat Ane berjalan kaki kearah barat yakni terdapat sekelompok anak-anak yang sedang mempertunjukkan sebuah tarian khas Bali.
Ya, tarian tersebut bernama tari kecak. Pertunjukkan ini cukup mampu menarik perhatian para peserta Car Free Day yang datang. Hal ini terbukti hampir separuh peserta Car Free Day datang melihat tarian tersebut. Beruntung, sebelumnya Ane telah melihat tarian kecak ini di Uluwatu sehingga Ane dapat membandingkan antara tarian kecak Uluwatu dengan tarian kecak yang diperagakan disini.
Sepengetahuan Ane cerita yang mereka angkat sama dengan cerita yang diangkat di Uluwatu yaitu Rama Sinta. Ane sungguh berdecak kagum melihat tarian kecak yang diperagakan oleh anak-anak ini, walaupun tak sama tapi menurut Ane anak-anak ini sudah cukup mahir dalam memperagakannya. 2 jempol buat mereka. Ternyata tak cuman Ane, semua penonton pun nampak terhibur dengan pertunjukkan ini. Hal ini terlihat dari sikap para penonton setelah tarian usai, mereka semua memberi aplause sambil bersorak-sorai.
Bali memang kental dengan budayanya, tak hanya orang dewasa saja yang menjaganya tetapi juga dari usia anak-anak telah diperkenalkannya. Salut! sama seperti pertunjukkan Tari Kecak yang berlangsung di Uluwatu, disini juga diakhir acara terdapat sesi foto-foto. Mereka tampak senang dalam melayani para penonton untuk foto bersama. Inilah ekspresi mereka saat sesi foto bersama berlangsung.
Semakin siang acara Car Free Day ini semakin sepi. Tak banyak yang dapat Ane lakukan disini. Segera saatnya Ane langkahkan kaki menuju ketempat parkir dan melanjutkan perjalanan.
Ane tepikan dan Ane parkir kuda hijau Ane ditempat yang masih kosong. Ane kunci stang dan kemudian Ane langkahkan kaki menuju kedalam. Ane melihat didepan sana patung-patung berdiri dalam satu kompleks dengan berbagai macam pose. Patung-patung tersebut terlihat seni dan banyak orang yang sedang berada disitu. Tempat apakah itu? ternyata setelah Ane dekati barulah Ane menyadari kalau kegiatan Car Free Day ini dilaksanakan ditengah Kota Gianyar. Sementara nama tempat tersebut adalah Taman Kota Gianyar. Disini terdapat 4 buah patung yang berdiri, diantaranya Patung Kala Rau, Garuda, Patung Dewa Indra dengan kereta kudanya, serta Patung Dewi Bulan.
Patung Kala Rau dan Garuda |
Patung Dewa Indra dengan kereta kudanya |
Patung Dewi Bulan |
Puas duduk-duduk santai di taman ini Ane berjalan kearah timur melewati Kantor Bupati Gianyar, pemandangan yang Ane lihat sama seperti sebelumnya. Tetapi ada yang berbeda saat Ane berjalan kaki kearah barat yakni terdapat sekelompok anak-anak yang sedang mempertunjukkan sebuah tarian khas Bali.
Suasana Taman Kota Gianyar di pagi itu |
Ya, tarian tersebut bernama tari kecak. Pertunjukkan ini cukup mampu menarik perhatian para peserta Car Free Day yang datang. Hal ini terbukti hampir separuh peserta Car Free Day datang melihat tarian tersebut. Beruntung, sebelumnya Ane telah melihat tarian kecak ini di Uluwatu sehingga Ane dapat membandingkan antara tarian kecak Uluwatu dengan tarian kecak yang diperagakan disini.
Sepengetahuan Ane cerita yang mereka angkat sama dengan cerita yang diangkat di Uluwatu yaitu Rama Sinta. Ane sungguh berdecak kagum melihat tarian kecak yang diperagakan oleh anak-anak ini, walaupun tak sama tapi menurut Ane anak-anak ini sudah cukup mahir dalam memperagakannya. 2 jempol buat mereka. Ternyata tak cuman Ane, semua penonton pun nampak terhibur dengan pertunjukkan ini. Hal ini terlihat dari sikap para penonton setelah tarian usai, mereka semua memberi aplause sambil bersorak-sorai.
Masih kecil saja sudah mahir seperti ini, apalagi kalau sudah besar nanti ya? |
Keren dah, keren!!! |
Foto Ane bersama mereka, tuh Ane ada di pinggir sebelah kiri :-) |
Yang jadi Sinta cantik banget orangnya :-) |