Selama di Bali dalam satu minggu ini Ane selalu memulai perjalanan di pagi hari, ntah itu kearah utara, selatan, atau timur. Kemarin Ane telah mengunjungi beberapa obyek wisata yang ada di Bali bagian utara tepatnya di sekitar Kawasan Danau Batur, hari ini rencana Ane selanjutnya adalah menjelajah cantiknya Pulau Bali dibagian tengah yaitu di Kabupaten Gianyar.
Sama seperti hari-hari sebelumnya, hari ini pun Ane lakukan perjalanan di pagi hari. senang rasanya bila melakukan perjalanan saat hari masih pagi, semangat masih ada, tenaga masih fresh, udara masih sejuk, serta konsentrasi masih tinggi. Dari Kota Denpasar Ane pacu kuda hijau Ane menuju Ubud, tetapi sebelum memasuki Ubud Ane arahkan kuda hijau Ane menuju Goa Gajah. Walau belum genap 10 hari Ane di Bali, tetapi Ane sudah sedikit-sedikit mengerti tentang jalan-jalan yang ada di pulau ini.
Setelah melewati Obyek Wisata Goa Gajah, Ane menemukan sebuah perempatan yang cukup besar. Bila lurus (timur) maka akan sampai di Pura Samuan Tiga, bila kearah kanan (selatan) akan sampai di Yeh Pulu, dan bila belok kearah kiri (utara) akan sampai di Tampaksiring. Beloklah Ane kearah kiri (utara). Sepanjang perjalanan Ane cukup terhibur dengan pemandangan yang ada. Selain rumah-rumah khas Bali juga melihat banyak pura-pura cantik yang dijadikan obyek wisata. Ada yang namanya Pura Pusering Jagad, Pura Penataran Sasih, Pura Kebo Edan, dan lain sebagainya.
Memasuki Tampaksiring, Ane bingung dengan jalan yang ada. Ane tak menemukan petunjuk arah, alhasil Ane masih saja lurus hingga akhirnya Ane melihat sebuah Istana Kepresidenan yang ada disebelah kanan (timur) jalan. Nampaknya istana ini tidak dibuka untuk umum, tampak semua pintu-pintu yang ada tertutup semua. Terlihat banyak anak-anak sekolah berjalan kesana-kemari, ada yang berjalan santai namun ada juga yang terburu-buru. Kebetulan disaat Ane sedang melihat-lihat area sekitar, seorang anak laki-laki lewat didepan Ane. Ane berhentikan dia dan kemudian Ane tanyai dimana letak Pura Tirta Empul, karena memang destinasi pertama yang akan Ane kunjungi hari ini adalah tempat tersebut.
Dari keterangannya, kalau ternyata Ane kelewatan. Seharusnya ketika ada perempatan jalan Ane harus belok kearah kanan (timur). Eh tadi malah Ane lurus saja, sampai deh Ane disini. Woke, setelah tanya Ane putar balik kearah tadi dan begitu menemukan sebuah perempatan, Ane belok kearah kiri. Tak lama kemudian lega rasanya setelah Ane membaca sebuah papan nama bertuliskan "Obyek Wisata Tirta Empul" terletak disebelah kiri jalan. Disamping kiri papan tersebut terdapat jalan masuk. Tentu Ane menduga kalau jalan inilah yang akan membawa Ane menuju kesana.
Benar saja, setelah beberapa detik kemudian sampailah Ane dilokasi puranya. Sepertinya Ane kesini kepagian, parkiran motor masih lengang, loketnya masih tutup, dan hanya beberapa orang petugas pura yang sedang menyapu. Salah satu dari mereka bercakap-cakap dengan Ane, dalam percakapan itu Ane ketahui kalau pura ini buka dari jam 9 pagi hingga sore hari sekitar jam 5. Diakhir cerita, Ane disuruh masuk terlebih dahulu dan membayar tiket saat pulang.
Untuk tiketnya, Ane diharuskan membayar 15k, sedangkan untuk anak-anak hanya 7,5k. Merasa sudah mendapatkan izin, lantas Ane bergegas masuk kedalam. Sesuatu yang pertama Ane lihat adalah sebuah patung yang berdiri menatap kedepan. Tentu ada maksud dibalik patung tersebut, namun Ane tak mengetahuinya dengan pasti. Disamping kiri patung terdapat tempat pengecekan tiket, namun lagi-lagi belum ada petugas yang jaga sehingga Ane dengan gembira lolos begitu saja.
Mendekati area puranya Ane melihat sebuah pohon beringin yang cukup besar. Disekitar area pohon diberi pagar keliling sehingga tempat tersebut menjadi sebuah pura. Setelah menyewa sarung Bali dengan biaya sewa seikhlasnya, lantas Ane masuk kedalam. Tanah lapang yang cukup luas dengan disamping kanannya terdapat sebuah bangunan mirip wantilan terlihat ketika Ane melewati gapura candi bentar. Sementara diujungnya terdapat lagi candi bentar yang diapit oleh dua pelinggih.
Disekitar lokasi terdapat juga sebuah prasasti dengan huruf latin dan Bali berisi tata tertib melebur atau melukat di Pura Tirta Empul ini. Setelah selesai membaca, kemudian Ane masuk kedalam lagi. Ternyata disinilah kolam pemandian Tirta Empul yang sangat terkenal itu berada. Pemandian Tirta Empul ini terdiri dari empat kolam dengan dialiri oleh 30 buah pancuran menghadap ke selatan. Masing-masing pancuran memiliki nama, misalnya saja Tirtha Sambutan/Pamlaspas, Tirtha Pangleburan, dan lain sebagainya.
Air yang keluar dari pancuran cukup deras, bening, dan juga jernih. Saking jernihnya, Ane dapat melihat dasar dari kolam tersebut dari atas. Tampak didasar kolam terdapat banyak batu-batuan kecil, selain itu juga banyak terdapat ikan-ikan air tawar yang berenang kesana-kemari.
"Sendirian aja mas?", tanya salah seorang petugas yang tiba-tiba Ane dengar suaranya dari belakang.
"Iya Pak", jawab Ane sambil menoleh ke belakang.
"Tidak mandi kedalam kolam?", tanya Sang Penjaga lagi.
"Tidak Pak, memang boleh?", jawab Ane dengan rasa penasaran.
"Boleh mas, silahkan masuk saja kekolam", jawab beliau meyakinkan Ane.
"Saya kan seorang muslim, dan saya kira hanya untuk yang beribadah saja yang boleh mandi disini", timpal Ane seraya menjelaskan siapa Ane sebenarnya.
"Tidak mas, siapa saja boleh asalkan mematuhi tata cara yang ada", jawab beliau lagi.
"Memang bagaimana tata caranya?", tanya Ane penuh dengan rasa penasaran.
"Begini mas, masnya dari arah barat turun ke dasar kolam, kemudian cuci muka dan sebagainya di pancuran pertama, terus kedua, hingga sampai ujung pancuran. Semua dilakukan dengan menggunakan pakaian adat", tukasnya.
"Eow gitu, maksudnya harus pakai kain dan selendang?", timpal Ane dengan maksud mempertegas pernyataannya.
"Iya benar", jawab beliau.
"Eow iya Pak, setelah mandi kan basah itu nanti bagaimana cara berganti pakaian keringnya, ada tempat khususkah?", tanya Ane kembali.
"Ada mas, disana disebelah timur sudah disediakan tempat ganti dan loker bagi para pengunjung, pokoknya tidak usah khawatir", jawab beliau sambil menunjuk kearah timur kolam ini.
"Baik Pak kalau begitu", terimakasih atas infonya.
Diakhir percakapan kita, kita berfoto bersama. Kebetulan disekitar kolam ini terdapat dua orang gadis remaja yang cukup manis sedang mandi di kolam, Ane ajak sekalian untuk berfoto. Syukur mereka mau dan inilah orang-orang yang Ane maksud.
Ane berterimakasih kepada mereka semua dan segera meninggalkan lokasi kolam untuk berpindah menuju ke area sebelahnya. Tampak disana (sebelah utara) ada area pura yang cukup luas. Agar tak menyesal dikemudian hari, walau Ane tak mandi tapi tetap saja Ane ingin sekali menyentuh airnya meskipun hanya sekedar membasuh muka saja.
Keluar dari kolam, lantas Ane menuju kedalam pura. Terlihat disamping kiri puluhan anak tangga yang menuju keatas. Ditengah-tengahnya terdapat sebuah pintu dalam keadaan tertutup dan terkunci. Maklum tempat tersebut adalah Istana Kepresidenan yang ada di Tampaksiring. Tapi tak jauh dari anak tangga tersebut terdapat anak tangga lagi yang lebih landai. Terlihat beberapa pengunjung masuk kedalam yang dipandui oleh seorang pemandu. "Ah kalau begitu, setelah menjelajahi isi pura Ane akan masuk kesitu ah", fikirku.
Ane berhenti sebentar saat Ane sampai di candi bentar masuk kedalam pura. Ane bertanya terlebih dahulu kepada Sang Petugas yang kebetulan ada disitu. Apakah Ane diperbolehkan masuk atau tidak, dan ternyata Ane diperbolehkan untuk masuk. Inilah sob Pura Tirta Empul yang sebenarnya.
Saat mencari informasi tentang pura ini, Ane malah disuguhkan dengan pemandangan kolam yang terdiri dari banyak pancuran air. Memang, Pura Tirta Empul ini tenar dengan kolam pemandiannya dan bukan dengan puranya. Tapi tak ada salahnya kan kita terutama Ane menjelajahi isi dalam pura ini?
Namanya saja pura, didalamnya pasti banyak terdapat balai-balai maupun pelinggih-pelinggih yang mempunyai nama dan fungsinya masing-masing. Untuk fungsinya Ane kurang begitu mengerti, tetapi untuk nama Ane sempat mengabadikan beberapa fotonya. Ada yang namanya Piyasan Ida Dewa, Piyasan Panglurah, Bale Pamereman, dan lain sebagainya.
Sebelum melangkah lebih jauh, Ane melihat pemandangan yang biasa Ane temui di Bali, yakni beberapa orang yang sedang beribadah. Tapi tunggu dulu, bukankah 2 orang yang memakai pakaian berwarna orange dan kuning itu adalah gadis-gadis remaja yang Ane ajak foto tadi? ternyata benar, setelah Ane mendekatinya memang benar mereka.
Belum lama mendekati, Ane didatangi oleh seorang petugas pura. Dia berkata kalau Ane tak boleh berada disini dan kalaupun ingin mengambil gambar dari jarak jauh saja. Ane sebagai pengunjung yang baik tentu harus mengindahkan peringatan tersebut dan Anepun mundur langkah demi langkah kebelakang. Kecuali Ane ingin beribadah, pasti diperbolehkan untuk masuk.
Owalah jadi sebelum beribadah, mereka tadi mandi terlebih dahulu tow. Syukur, Ane melihat cara beribadah mereka secara lengkap dari awal hingga akhir. Pertama-tama mereka meletakkan sesuatu diatas dinding, ntah apa yang diletakkannya yang pasti mengeluarkan asap putih mirip dupa. Kemudian mereka mundur beberapa langah kebelakang dan mengambil posisi duduk. Kedua telapak tangan mereka, mereka satukan dan ditempatkan tepat di depan kepalanya.
Mereka tampak khusyuk memusatkan pikir, rasa dan jiwa untuk berdoa kepada Sang Hyang Widi Wasa. Beberapa saat kemudian, mereka saling bergantian menyipratkan air suci yang ada. Mereka tampak cantik dan anggun ketika saat beribadah seperti itu. Mungkin inilah sob yang menyebabkan banyak orang luar negeri jatuh cinta dengan Bali, selain jatuh cinta kepada kecantikan alamnya juga dengan gadis-gadisnya. Salah duanya Antonio Blanco dan Le Mayeur.
Selain mereka, ada seorang lagi yang sedang beribadah di pura ini yaitu seorang laki-laki berpakaian putih-putih menggunakan udeng duduk dengan nikmat. Berbeda dengan dua orang gadis tadi, seorang laki-laki ini duduk ditempat khusus. Sebuah tempat yang cukup kecil namun pas untuk duduk seorang diri. Sepertinya dia adalah seorang pengempon atau sesepuh pura. Dia beribadah dengan khusyuk.
Beranjak dari tempat ini, Ane langkahkan kaki menuju sisi lain. Ternyata disini ada juga sebuah kolam dengan air yang cukup jernih namun ditutupi ganggang hijau tebal. Sayang, kolam ini tak boleh dimasuki dan Ane hanya bisa melihat dari pagar pembatas saja. Kolam tersebut bernama Taman Suci.
Seusai menjelajah isi pura, Ane lanjutkan menuju kesebuah tempat dimana Ane tadi melihat anak tangga yang mengarah kedalam Istana Kepresidenan. Ntah sampai mana tangga tersebut akan mengarah. Untuk menjawab rasa penasaran Ane, akhirnya Ane langkahkan kaki menapaki tangga-tangga itu.
Disamping kanan dan kiri anak tangga terdapat pagar berupa pagar besi maupun semen yang diatasnya dibuat runcing. Ya sebagai Istana Kepresidenan tentu tempat ini terawat sangat optimal, rumputnya hijau, pohonnya tinggi-tinggi, serta beberapa tanaman bunga tumbuh dengan baik.
Dijalan ini Ane hanya bisa menatap keatas. Dibagian atas terdapat sebuah jembatan penyeberangan yang menghubungkan antara gedung yang satu dengan yang lainnya. Jembatan ini mempunyai penyangga yang cukup unik dan nyeni yaitu berbentuk melengkung. Beberapa meter melewati bawah jembatan Ane menemukan sebuah terowongan mirip dengan yang pernah Ane temui di Obyek Wisata Tamansari Yogyakarta. Bentuknya melengkung serta hanya sedikit cahaya matahari yang masuk. Dibawah terowongan ini, rasa penasaran Ane bertambah. Sampai dimanakah titik akhir dari jalan ini?
Beberapa saat kemudian barulah terjawab, diakhir terowongan inilah jalan setapak berakhir. Ternyata jalan ini tembus di perkampungan penduduk. Diujung jalan berdiri sebuah gapura berasitektur khas Bali. Ane kira jalan ini bakal membawa Ane kedalam istana, ternyata tidak. Sampai sekarang Ane masih juga penasaran. Harapan kepada Sang Bapak Presiden: "Pak Presiden, bantulah rakyatmu ini untuk masuk kedalam pak. Janji, didalam saya tidak akan ngapa-ngapain apalagi mau meledakkan diri dengan bom atau mencari informasi rahasia ala spy lalu menyebarkannya. Didalam, rakyatmu ini hanya ingin melihat-lihat saja Pak dan hanya mengobati rasa penasaran semata". Sebelumnya terimakasih.
Berhubung Ane parkir kuda hijau Ane di area parkir pura, setelah melihat-lihat kedaan sekitar ujung jalan ini Ane kembali. Sesampainya ditempat parkir, pengunjung yang datang sudah cukup ramai, ada yang hanya sekedar wisata saja merefresh otak, dan ada juga yang mau beribadah. Begitu naik motor, Ane baru ingat kalau Ane ini belum bayar tiket masuk. Ah sudahlah! Nggak apa-apa cuman Ane seorang saja, pastilah tidak akan rugi "tidak untuk ditiru".
Sama seperti hari-hari sebelumnya, hari ini pun Ane lakukan perjalanan di pagi hari. senang rasanya bila melakukan perjalanan saat hari masih pagi, semangat masih ada, tenaga masih fresh, udara masih sejuk, serta konsentrasi masih tinggi. Dari Kota Denpasar Ane pacu kuda hijau Ane menuju Ubud, tetapi sebelum memasuki Ubud Ane arahkan kuda hijau Ane menuju Goa Gajah. Walau belum genap 10 hari Ane di Bali, tetapi Ane sudah sedikit-sedikit mengerti tentang jalan-jalan yang ada di pulau ini.
Setelah melewati Obyek Wisata Goa Gajah, Ane menemukan sebuah perempatan yang cukup besar. Bila lurus (timur) maka akan sampai di Pura Samuan Tiga, bila kearah kanan (selatan) akan sampai di Yeh Pulu, dan bila belok kearah kiri (utara) akan sampai di Tampaksiring. Beloklah Ane kearah kiri (utara). Sepanjang perjalanan Ane cukup terhibur dengan pemandangan yang ada. Selain rumah-rumah khas Bali juga melihat banyak pura-pura cantik yang dijadikan obyek wisata. Ada yang namanya Pura Pusering Jagad, Pura Penataran Sasih, Pura Kebo Edan, dan lain sebagainya.
Memasuki Tampaksiring, Ane bingung dengan jalan yang ada. Ane tak menemukan petunjuk arah, alhasil Ane masih saja lurus hingga akhirnya Ane melihat sebuah Istana Kepresidenan yang ada disebelah kanan (timur) jalan. Nampaknya istana ini tidak dibuka untuk umum, tampak semua pintu-pintu yang ada tertutup semua. Terlihat banyak anak-anak sekolah berjalan kesana-kemari, ada yang berjalan santai namun ada juga yang terburu-buru. Kebetulan disaat Ane sedang melihat-lihat area sekitar, seorang anak laki-laki lewat didepan Ane. Ane berhentikan dia dan kemudian Ane tanyai dimana letak Pura Tirta Empul, karena memang destinasi pertama yang akan Ane kunjungi hari ini adalah tempat tersebut.
Dari keterangannya, kalau ternyata Ane kelewatan. Seharusnya ketika ada perempatan jalan Ane harus belok kearah kanan (timur). Eh tadi malah Ane lurus saja, sampai deh Ane disini. Woke, setelah tanya Ane putar balik kearah tadi dan begitu menemukan sebuah perempatan, Ane belok kearah kiri. Tak lama kemudian lega rasanya setelah Ane membaca sebuah papan nama bertuliskan "Obyek Wisata Tirta Empul" terletak disebelah kiri jalan. Disamping kiri papan tersebut terdapat jalan masuk. Tentu Ane menduga kalau jalan inilah yang akan membawa Ane menuju kesana.
Benar saja, setelah beberapa detik kemudian sampailah Ane dilokasi puranya. Sepertinya Ane kesini kepagian, parkiran motor masih lengang, loketnya masih tutup, dan hanya beberapa orang petugas pura yang sedang menyapu. Salah satu dari mereka bercakap-cakap dengan Ane, dalam percakapan itu Ane ketahui kalau pura ini buka dari jam 9 pagi hingga sore hari sekitar jam 5. Diakhir cerita, Ane disuruh masuk terlebih dahulu dan membayar tiket saat pulang.
Untuk tiketnya, Ane diharuskan membayar 15k, sedangkan untuk anak-anak hanya 7,5k. Merasa sudah mendapatkan izin, lantas Ane bergegas masuk kedalam. Sesuatu yang pertama Ane lihat adalah sebuah patung yang berdiri menatap kedepan. Tentu ada maksud dibalik patung tersebut, namun Ane tak mengetahuinya dengan pasti. Disamping kiri patung terdapat tempat pengecekan tiket, namun lagi-lagi belum ada petugas yang jaga sehingga Ane dengan gembira lolos begitu saja.
Selamat datang di Blog Ane dan selamat membaca! |
|
|
|
|
Pohon beringin yang ada ditengah pura |
Gapura candi bentar |
Air yang keluar dari pancuran cukup deras, bening, dan juga jernih. Saking jernihnya, Ane dapat melihat dasar dari kolam tersebut dari atas. Tampak didasar kolam terdapat banyak batu-batuan kecil, selain itu juga banyak terdapat ikan-ikan air tawar yang berenang kesana-kemari.
"Sendirian aja mas?", tanya salah seorang petugas yang tiba-tiba Ane dengar suaranya dari belakang.
"Iya Pak", jawab Ane sambil menoleh ke belakang.
"Tidak mandi kedalam kolam?", tanya Sang Penjaga lagi.
"Tidak Pak, memang boleh?", jawab Ane dengan rasa penasaran.
"Boleh mas, silahkan masuk saja kekolam", jawab beliau meyakinkan Ane.
"Saya kan seorang muslim, dan saya kira hanya untuk yang beribadah saja yang boleh mandi disini", timpal Ane seraya menjelaskan siapa Ane sebenarnya.
"Tidak mas, siapa saja boleh asalkan mematuhi tata cara yang ada", jawab beliau lagi.
"Memang bagaimana tata caranya?", tanya Ane penuh dengan rasa penasaran.
"Begini mas, masnya dari arah barat turun ke dasar kolam, kemudian cuci muka dan sebagainya di pancuran pertama, terus kedua, hingga sampai ujung pancuran. Semua dilakukan dengan menggunakan pakaian adat", tukasnya.
"Eow gitu, maksudnya harus pakai kain dan selendang?", timpal Ane dengan maksud mempertegas pernyataannya.
"Iya benar", jawab beliau.
"Eow iya Pak, setelah mandi kan basah itu nanti bagaimana cara berganti pakaian keringnya, ada tempat khususkah?", tanya Ane kembali.
"Ada mas, disana disebelah timur sudah disediakan tempat ganti dan loker bagi para pengunjung, pokoknya tidak usah khawatir", jawab beliau sambil menunjuk kearah timur kolam ini.
|
|
Diakhir percakapan kita, kita berfoto bersama. Kebetulan disekitar kolam ini terdapat dua orang gadis remaja yang cukup manis sedang mandi di kolam, Ane ajak sekalian untuk berfoto. Syukur mereka mau dan inilah orang-orang yang Ane maksud.
Foto bersama gadis-gadis Bali dan salah seorang petugas pura |
|
|
Ane berhenti sebentar saat Ane sampai di candi bentar masuk kedalam pura. Ane bertanya terlebih dahulu kepada Sang Petugas yang kebetulan ada disitu. Apakah Ane diperbolehkan masuk atau tidak, dan ternyata Ane diperbolehkan untuk masuk. Inilah sob Pura Tirta Empul yang sebenarnya.
Saat mencari informasi tentang pura ini, Ane malah disuguhkan dengan pemandangan kolam yang terdiri dari banyak pancuran air. Memang, Pura Tirta Empul ini tenar dengan kolam pemandiannya dan bukan dengan puranya. Tapi tak ada salahnya kan kita terutama Ane menjelajahi isi dalam pura ini?
Namanya saja pura, didalamnya pasti banyak terdapat balai-balai maupun pelinggih-pelinggih yang mempunyai nama dan fungsinya masing-masing. Untuk fungsinya Ane kurang begitu mengerti, tetapi untuk nama Ane sempat mengabadikan beberapa fotonya. Ada yang namanya Piyasan Ida Dewa, Piyasan Panglurah, Bale Pamereman, dan lain sebagainya.
Sebelum melangkah lebih jauh, Ane melihat pemandangan yang biasa Ane temui di Bali, yakni beberapa orang yang sedang beribadah. Tapi tunggu dulu, bukankah 2 orang yang memakai pakaian berwarna orange dan kuning itu adalah gadis-gadis remaja yang Ane ajak foto tadi? ternyata benar, setelah Ane mendekatinya memang benar mereka.
Belum lama mendekati, Ane didatangi oleh seorang petugas pura. Dia berkata kalau Ane tak boleh berada disini dan kalaupun ingin mengambil gambar dari jarak jauh saja. Ane sebagai pengunjung yang baik tentu harus mengindahkan peringatan tersebut dan Anepun mundur langkah demi langkah kebelakang. Kecuali Ane ingin beribadah, pasti diperbolehkan untuk masuk.
Owalah jadi sebelum beribadah, mereka tadi mandi terlebih dahulu tow. Syukur, Ane melihat cara beribadah mereka secara lengkap dari awal hingga akhir. Pertama-tama mereka meletakkan sesuatu diatas dinding, ntah apa yang diletakkannya yang pasti mengeluarkan asap putih mirip dupa. Kemudian mereka mundur beberapa langah kebelakang dan mengambil posisi duduk. Kedua telapak tangan mereka, mereka satukan dan ditempatkan tepat di depan kepalanya.
Mereka tampak khusyuk memusatkan pikir, rasa dan jiwa untuk berdoa kepada Sang Hyang Widi Wasa. Beberapa saat kemudian, mereka saling bergantian menyipratkan air suci yang ada. Mereka tampak cantik dan anggun ketika saat beribadah seperti itu. Mungkin inilah sob yang menyebabkan banyak orang luar negeri jatuh cinta dengan Bali, selain jatuh cinta kepada kecantikan alamnya juga dengan gadis-gadisnya. Salah duanya Antonio Blanco dan Le Mayeur.
Selain mereka, ada seorang lagi yang sedang beribadah di pura ini yaitu seorang laki-laki berpakaian putih-putih menggunakan udeng duduk dengan nikmat. Berbeda dengan dua orang gadis tadi, seorang laki-laki ini duduk ditempat khusus. Sebuah tempat yang cukup kecil namun pas untuk duduk seorang diri. Sepertinya dia adalah seorang pengempon atau sesepuh pura. Dia beribadah dengan khusyuk.
Beranjak dari tempat ini, Ane langkahkan kaki menuju sisi lain. Ternyata disini ada juga sebuah kolam dengan air yang cukup jernih namun ditutupi ganggang hijau tebal. Sayang, kolam ini tak boleh dimasuki dan Ane hanya bisa melihat dari pagar pembatas saja. Kolam tersebut bernama Taman Suci.
Taman Suci |
Disamping kanan dan kiri anak tangga terdapat pagar berupa pagar besi maupun semen yang diatasnya dibuat runcing. Ya sebagai Istana Kepresidenan tentu tempat ini terawat sangat optimal, rumputnya hijau, pohonnya tinggi-tinggi, serta beberapa tanaman bunga tumbuh dengan baik.
Dijalan ini Ane hanya bisa menatap keatas. Dibagian atas terdapat sebuah jembatan penyeberangan yang menghubungkan antara gedung yang satu dengan yang lainnya. Jembatan ini mempunyai penyangga yang cukup unik dan nyeni yaitu berbentuk melengkung. Beberapa meter melewati bawah jembatan Ane menemukan sebuah terowongan mirip dengan yang pernah Ane temui di Obyek Wisata Tamansari Yogyakarta. Bentuknya melengkung serta hanya sedikit cahaya matahari yang masuk. Dibawah terowongan ini, rasa penasaran Ane bertambah. Sampai dimanakah titik akhir dari jalan ini?
|
|
|
|
Iring-iringan orang yang akan melaksanakan ibadah di Pura Tirta Empul |
Lihat kamera Bu |
Komplit ceritanya, euy. Sayangnya yang di terowongan itu penuh coretan, ya
BalasHapusIya ya mbak Naima,,, Vandalisme merajalela
HapusPernah ke sini sekali kayaknya waktu pas kuliah lapangan dulu. Kira-kira 16 tahun yang lalu. Hihi.
BalasHapusTapi karena terburu-buru, jadinya ngga menikmati deh.
Wah, dah lama banget itu mbak,,,, hmmm, berarti Mbak Levina ntar kalau ke Bali bisa kesini lagi biar lebih menikmati, :-)
Hapusbanyak bgt tempat2 yg didatnginnya :D.. kereeen.. aku aja kalo ke bali ga bisa sebanyak itu yg didatangin ;p.. btw mas, kamu jd gelap bgt kebakar matahari yaaa? cocok ama bali kayanya ;)
BalasHapusIya mbak soalnya pergi sendiri, jadi suka-suka mau kemana aja perginya. Hahaha hasyem, tambah eksotis ya mbak ya kulitnya, :-)
HapusMbak Fanny datengi obyek wisatanya sedikit-sedikit tapi sering, ya sama aja mbak ntar lama-kelamaan kelar juga, hehehe
ceritanya sangat terstruktur dan kalau dibaca itu dibuat penasaran dan enak didengar walau bacaan haha, ini 2016 dan saya baca 2024. sungguh kangen masa masa itu
BalasHapusTerimakasih atas sanjungannya kak, iya saya juga kangen pada masa itu!
Hapus