Sebenarnya hari ini Ane tak memasukkan daftar kunjungan Ane kesini sob, Ane memasukkannya di hari lain. Tapi, berhubung hari masih terang dan belum petang Ane putuskan untuk mengunjunginya. Perjalanan kesini cukup singkat, tak memerlukan banyak waktu karena perjalanan Ane awali dari Air Terjun Gitgit. Selepas dari Air Terjun Gitgit, Ane sempat ragu-ragu apakah jas hujan yang Ane bawa langsung Ane pakai atau tidak, pasalnya langit tampak mendung dan kemungkinan besar hujan bakal terjadi karena air terjun ini berada diatas ketinggian.
Timbang-menimbang akhirnya Ane putuskan untuk nanti saja memakainya ketika hujan tiba. Ane pacu kuda hijau Ane melibas jalanan Bedugul, naik turun dengan banyak belokan harus Ane lalui. Walaupun begitu Ane tak pernah bosan karena disepanjang jalan dikanan dan kirinya ditumbuhi berbagai macam tumbuhan sehingga udara terasa sejuk dan nafas terasa segar.
Benar saja, ditengah jalan hujan datang. Ane tepikan kuda hijau Ane dan dengan cepat Ane memakai jas hujan. Ane lanjutkan lagi perjalanan Ane, hati merasa senang saat bertemu dengan sebuah pertigaan bila kearah kiri ke Kota Denpasar dan bila lurus maka akan kearah Danau Tamblingan serta bisa menuju Kota Singaraja kembali. Tentu Ane mengambil kearah kiri menuju Kota Denpasar karena searah dengan dimana lokasi Pura Ulun Danu Beratan berada.
Pura Ulun Danu Beratan terletak di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Mendekati lokasi puranya, Ane disuguhkan dengan pemandangan yang cukup mengagumkan. Disamping kanan jalan Ane dapat melihat indahnya pemandangan Danau Buyan, sedangkan di kiri jalan tampak sebuah gunung yang berdiri dengan gagah. Ketika Ane melihat POM bensin yang terletak dikanan (selatan) jalan, Ane belokkan kuda hijau Ane memasuki POM tersebut. Maklum bensin hampir habis dan beruntung hujan mulai reda. Sehabis mengisi bensin, Ane lepas jas hujan Ane dan kemudian Ane masukkan kedalam jok.
Perasaan galau timbul saat Ane sampai didepan pintu masuk Kawasan pura, Ane berhenti sebentar disini. Didalam hati Ane berkata,"apakah Ane benar-benar ingin mengunjunginya saat ini juga, atau besok saja sesuai dengan jadwal yang telah Ane buat dihari berikutnya. Soalnya hari sudah semakin sore dan hujan pun baru saja reda". Setelah lama berfikir akhirnya Ane putuskan untuk masuk kedalam saja.
Dalam memarkir kuda hijau Ane, Ane diarahkan oleh seorang satpam. Ternyata beda antara tempat parkir motor dengan mobil, kalau parkir motor ada disebelah pos satpam samping kiri gerbang utama, sedangkan kalau parkir mobil agak kedalam lagi melewati sebuah pos penarikan uang parkir. Setelah membayar parkir dan mendapatkan karcis parkirnya, Ane langsung capcus menuju ke sebuah loket guna membeli tiket masuknya.
|
Pos penarikan uang parkir mobil |
Disini masih banyak wisatawan yang berkunjung, ada yang sedang membeli tiket masuk, ada yang sedang berebut foto di depan papan nama yang bertuliskan,"Daya Tarik Wisata Ulun Danu Beratan", dan adapula yang sedang duduk-duduk santai di teras loket sambil memainkan handphone, berbicara bersama sahabat maupun keluarga.
Tak ingin berlama-lama diluar, Ane langsung membeli tiket masuk. Uang yang harus Ane bayarkan sebesar 10k. Ane kira harga tiket sebesar ini cukup murah, karena tempat ini sudah sangat terkenal seperti Tanah Lot. Begitu mendapatkan selembar tiket, kini saatnya Ane masuk kedalam. Eits, tapi sebelumnya Ane mau foto dulu di depan tulisan yang sedang banyak orang mengabadikan momentnya.
|
Loket pembelian tiket |
|
Tiket masuk Pura Ulun Danu Beratan |
|
Papan nama Pura Ulun Danu Beratan |
Tiba giliran Ane, Ane langsung mengabadikan moment Ane sebanyak mungkin. Kalau masalah pengelolaan jangan ditanya lagi, jalan setapak yang cukup mulus dengan rumput hijau yang cukup menyegarkan mata. Sejauh mata memandang, Ane dapat melihat hampir semua hal disini. Disebelah kanan terdapat restoran Ulun Danu Beratan Buffet Lunch, sementara di sebelah kiri terdapat sebuah bangunan mirip dengan bangunan stupa Budha, sedangkan didepan dikejauhan sana terdapat kompleks bangunan pura.
|
|
Stupa Budha |
|
|
Candi bentar |
Otomatis Ane langsung tertarik untuk menuju ke kompleks bangunan pura tersebut. Setelah berjalan lurus dan melewati pintu masuk berupa candi bentar, Ane dapat melihat seluruh isi yang ada didalam pura. Ada wantilan, balai panjang, dan pura dalem. Berhubung Ane sedikit mengalami kelelahan, Ane putuskan untuk beristirahat sejenak di Wantilan.
|
Candi bentar pura |
Setelah tenaga Ane pulih, Ane lanjut lagi berjalan kearah utara dan inilah pemandangan yang Ane lihat di uang kertas pecahan 50 ribu selama ini. Pura yang menjorok ke danau yang seolah-olah pura tersebut sedang mengapung ditengah danau. Semua pengunjung sibuk dengan kameranya masing-masing.
|
Mirip kan? |
|
Selfi dulu ah! |
Ada yang sedang selfie dengan berbagai macam pose, ada yang sedang sibuk mengatur kameranya supaya mendapatkan gambar yang bagus bak seperti seorang fotographer professional, dan ada juga yang sibuk mengeluarkan pecahan uang kertas 50 ribu rupiah sambil mencari posisi foto agar sama persis yang terlukis di uang tersebut. Tak terkecuali dengan Ane sendiri, beberapa kali Ane mengabadikannya dan akhirnya ada juga foto yang menurut Ane cukup bagus.
|
Ini |
|
dan ini |
Jadi inilah gambar asli yang menginspirasi gambar di uang itu tow, puranya memiliki meru berjumlah 11 dan 3, dibagian sisi kanan ada pohon yang melambai yaitu pohon bambu berwarna kuning. Pohon ini dikelilingi oleh 2 patung naga dibagian bawah. Selain itu dibagian bawah juga terdapat sebuah perahu yang diikat. Awesome
|
2 Patung naga yang mengililingi pohon bambu berwarna kuning |
Sebagai obyek wisata yang sangat terkenal, tak heran bila dipinggir danau pun dibuatkan jalan setapak dari bahan semen. Ane berkeliling-keliling di sekitar area pura, Ane mulai bergerak kekanan (selatan) terlebih dahulu. Disini Ane melihat banyak dermaga dengan banyak kapal-kapalnya, ada jenis kapal cepat (speed boat), ada jenis kapal lambat (jukung), dan adapula jenis kapal-kapalan (menyerupai hewan yang suka bermain di air).
|
Dermaga di tepi danau |
|
Satu dua orang yang ada disini |
|
|
Awas nyebur |
|
|
Kasihan belum ada yang naik |
|
|
Ayok, naikin aku donk |
|
Balik lagi ke titik awal, sekarang Ane menyusuri pinggir danau kearah kiri (utara). Pura ini benar-benar indah dan cantik, dilihat dari sudut mana saja keindahan dan kecantikannya tetap saja terpancar. Tapi sayangnya tiba-tiba kabut datang. Inilah resiko cuaca yang ada di dataran tinggi, cuaca tak menentu terkadang cerah dan terkadang berkabut.
|
Hmmmm |
Namun Ane tak mau memperdulikannya, Ane tetap saja terus melangkah hingga akhirnya Ane keluar dari pagar pembatas. Dan inilah sob pemandangan yang Ane temui, sebuah taman yang cukup luas dengan dipinggir danaunya terdapat gazebo-gazebo. Selain itu terdapat juga kolam yang ditengahnya berdiri sebuah patung dengan ekspresi sedang memuntahkan sesuatu ke kolam. Harusnya sieh yang dimuntahkan adalah air, tapi ntah kenapa airnya malah tidak keluar. Tak hanya itu saja, terdapat juga sungai yang diatasnya dibangung jembatan. Waow sungguh eksotis bukan? keeksotisan bertambah saat ada beberapa orang yang sedang memancing.
|
Gazebo-Gazebonya ada dibelakang sana |
|
Jembatan yang ada di taman |
|
Patung yang berdiri ditengah kolam |
|
|
Beberapa orang sedang memancing |
|
Hari sudah semakin sore akhirnya Ane memutuskan untuk pulang saja. Jalan setapak yang Ane lalui sama seperti saat masuk, bedanya saat keluar yang Ane lewati diantaranya toko souvernir, rumah makan, dan toilet. Sebelum benar-benar pulang ke Kota Denpasar, Ane berencana mampir dahulu ke sebuah masjid yang ada disini. Kira-kira masjid apa ya, ada yang tahu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar