Beberapa tahun lalu Ane pernah berkunjung ke Danau Batur ini, namun hanya sebatas melihat dari Panelokan saja. Saat itu timbul rasa penasaran bagaimana cara mendekati danau tersebut. Setelah beberapa tahun lamanya timbul niatan Ane untuk berkeliling-keliling Bali dalam waktu yang cukup lama. Tentu Danau Batur ini Ane masukkan kedalam daftar kunjungan utama Ane. Kemudian Ane mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang danau tersebut dan apa sob yang Ane peroleh? yaitu sebuah informasi yang mengatakan bahwa di Danau Batur ini terdapat sebuah kuburan yang sangat terkenal di negara kita Indonesia yaitu Terunyan. Untuk menuju ke kuburan tersebut kita harus menyeberang terlebih dahulu menggunakan perahu motor. Sayangnya, banyak citra buruk yang disematkan kepada para pengemudi perahu motor. Ulah yang mereka lakukan saat mengemudikan perahu motornya adalah mematikan perahunya ketika berada ditengah-tengah danau dan kemudian meminta uang kepada para penumpangnya. Bila tidak dikasih, perahu tersebut tetap dimatikan dan baru dinyalakan bila para penumpangnya memberi uang lebih.
Dari kabar inilah yang membuat Ane merasa tertantang untuk membuktikannya. Apakah benar praktik itu masih terjadi, dan untuk mengantisipasinya Ane menyimpan No. Telpon Dinas Pariwisata dan POLRES setempat. Ane berani membuktikannya bukan berarti tanpa modal apa-apa sob, tetapi Ane sebelumnya telah bisa berenang diatas air. Toh misalkan dipaksa menjebur ke danau, Ane tetap melakukannya. Masa nggak ada yang nolong, kan kebangetan. Dari modal itulah akhirnya Ane nekat untuk membuktikan praktek-praktek yang tidak baik ini.
Benar saja, pada tanggal 29 September 2016 lalu Ane berhasil mengunjunginya. Dari Kota Denpasar, Ane geber kuda hijau Ane menuju ke bagian utara timur laut Pulau Bali. Ane susuri Jl. Bypass Ida Bagus Mantra kearah timur, disepanjang perjalanan Ane kerap membaca sebuah plank yang bertuliskan "Batur Global Geopark", Ane fikir pastilah papan petunjuk tersebut mengarah ke kawasan Danau Batur, lawong ada kata baturnya. Tanpa fikir panjang Ane ikuti papan petunjuk tersebut. Ternyata benar, setelah melewati Kota Gianyar dan Kota Bangli akhirnya Ane sampai juga di kawasan Batur dan untuk sampai di danaunya, Ane masih lagi harus bergerak ke arah utara.
Sesampainya di persimpangan jalan Kawasan Panelokan, Ane bingung jalan menuju ke Dermaga Kedisan, karena memang untuk menuju ke Kuburan Terunyan harus menyeberangi Danau Batur dan melalui Dermaga Kedisan. Bertanyalah Ane kepada salah satu warga setempat kebetulan seorang laki-laki yang masih berusia remaja, seseorang tersebut memberikan arahan jalan kalau menuju ke Dermaga Kedisan dari arah Kota Bangli harus turun kebawah setelah melewati Panelokan. Syukur setelah mengikuti petunjuk yang diberikan olehnya akhirnya Ane menemukan juga jalannya.
Mula-mula jalan yang Ane lalui cukup bagus, namun semakin kebawah jalan yang Ane lalui sudah tak bagus lagi dan berlubang. Disepanjang persimpangan jalan juga telah terpasang papan petunjuk jalan. Tak lama kemudian setelah belok kearah kanan sampailah Ane dilokasi dermaganya. Sebenarnya Ane masih bisa lagi lurus kearah Terunyan, karena tepat sebelum gapura yang berupa Candi Bentar terdapat sebuah papan petunjuk yang mengarah kesana. Namun sebelumnya Ane telah mendapatkan informasi yang banyak kalau mau menyeberang ke Kuburan Terunyan sebaiknya lewat Dermaga Kedisan, maka Ane tetap belok ke dermaga tersebut.
Ini papan petunjuknya |
Candi bentar di Dermaga Kedisan |
Begitu sampai didalam, Ane bisa dibilang jatuh cinta terhadap tempat ini. Selain sebagai tempat penyeberangan ke Kuburan Terunyan, tempat ini juga memiliki pemandangan yang sangat mengagumkan. Air danaunya begitu jernih berwarna hijau kebiruan, terdapat tambak-tambak tempat pembudidayaan ikan, tampak diseberang sana sebuah gunung menjulang tinggi dan bukit-bukit mengelilinginya sehingga hawa yang Ane rasakan begitu dingin dan sejuk. Kapal-kapal bersandar di pinggir danau, dan tampak sebuah restoran mengapung menambah eksotisnya danau ini.
Nampaknya danau ini terkelola dengan baik, dipinggir danau terpasang meja dan kursi yang terbuat dari keramik, tong sampah yang dibedakan antara sampah organik dan nonorganik, penataan tempat berjualan, serta terdapat juga papan penjelasan yang menjelaskan tentang danau ini. Berdasarkan informasi yang Ane dapatkan dari papan penjelasan tersebut bahwa Danau Batur sebagai danau kaldera ini terbentuk oleh pengisian air hujan yang menggenangi cekungan bagian bawah dari kaldera batur. Berbentuk bulan sabit dengan ukuran panjang sekitar 7 Km dan lebar sekitar 1,5 Km dengan tinggi permukaan air danau sekitar 1,031 mdpl.
Setelah membaca beberapa informasi, Ane duduk di salah satu tempat duduk tersebut. Dari sini dapat Ane lihat berbagai macam aktivitas warga setempat. Ada yang sedang melihat-lihat keramba tambaknya, anak-anak sekolah bermain di halaman danau, ada yang sedang memandikan anjing, mencuci pakaian, bahkan ada juga warga yang sedang bersikatan di danau yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ini.
Bosan duduk-duduk santai disini, Ane menuju ke sebuah loket penyeberangan. Loketnya sieh sudah buka, namun sayangnya yang jaga belum ada. Ane mendapatkan informasi dari salah seorang warga kalau loketnya baru buka sekitar pukul 9 pagi, sementara sekarang masih jam 8 pagi. Dibagian depan loket tertulis dengan jelas tarif penyeberangan Danau Batur dengan jumlah 1 hingga 7 orang dan sebuah surat pernyataan yang ditandatangi oleh pejabat setempat. Inilah yang membuat Ane semakin mantap untuk menyeberang, walaupun sendiri Ane tetap bisa menyeberang dan sebuah surat pernyataan yang menjamin keselamatan penumpang.
Tampak seorang warga sedang melihat keramba tambaknya |
Anak-anak sekolah sedang bermain di halaman danau |
Terlihat seorang warga sedang bersikat gigi di danau |
Beranjak dari loket, Ane menuju ke sebuah dermaga kapalnya. Terdapat dua orang yang sedang mencari ikan di tengah danau, satunya dengan cara memancing dan satunya lagi mencari ikan dengan cara menjaring menggunakan perahu getek. Yang memancing tow kalau tidak salah sudah mendapatkan sekitar 3 ekor ikan, sedangkan yang menggunakan perahu sepertinya belum mendapatkan seekor ikan pun.
Ditengah duduk santai di pinggir danau, tiba-tiba Ane teringat akan janji Ane kepada Adik Ane kalau besok jadi ke Bali maka akan Ane tulis disebuah kertas ucapan salam dari Bali. Pumpung masih ingat, Ane kembali lagi ke tempat duduk asal tadi dan disitu Ane foto sebuah tulisan yang berbunyi: Merna Fitriani "Salam dari Bali". Ane ambil foto tersebut sebaik mungkin dan inilah sob hasil terbaiknya.
Sampai Jumpa!
Kelihatan nyaman di sana dan pemandangannya juga bagus :)
BalasHapusHe'em mbak Naima,,, betul banget :-)
Hapus