Berhubung loket penyeberangan ke Kuburan Terunyan belum buka, Ane putuskan sebentar untuk menikmati pagi ini dengan secangkir teh hangat di salah satu warung dekat pintu gapura Candi Bentar. "Cocok bila di pagi-pagi ini ditengah udara yang dingin minum yang hangat-hangat", fikirku. Di warung inilah Ane mendapatkan banyak informasi dari Sang Penjualnya (Suami isteri). Ane bercakap-cakap dengan mereka cukup panjang,
Ane : Permisi Bu, Pak! bisa minta tolong dibuatkan segelas teh
hangat?
Mereka : Bisa mas, makannya?
Ane : Adanya apa saja tow Bu?
Mereka : Sate mas, sate ayam dan sate babi
Ane : (Dalam hati Ane kaget kalau kedua macam tersebut dicampur,
bagaimana jadinya? secara Ane tak diperbolehkan makan-
makanan berjenis babi). Ah nanti aja Bu, belum lapar juga!
bagaimana jadinya? secara Ane tak diperbolehkan makan-
makanan berjenis babi). Ah nanti aja Bu, belum lapar juga!
Mereka : Murah lo mas
Tak berapa lama datanglah pesanan yang Ane pesan. Secangkir teh hangat yang sangat nikmat. Ane pun mengawali pembicaraan lagi, untuk mendapatkan banyak informasi disini Ane harus banyak-banyak bertanya.
Ane : Bukanya jam berapa tow Bu loket penyeberangan ke Terunyan?
Mereka : Tergantung situasi mas, kalau saat-saat sekarang tow jam 9
paling siang jam 10, tapi kalau pas waktu ramai pengunjung
jam 8 kadang sudah buka.
Ane : Eow. La memang satu-satunya jalan menuju ke Terunyan lewat
sini tow Bu?
Mereka : Nggak mas, lewat jalan darat pun bisa, tapi hanya sampai di
desanya saja dan tak bisa sampai di kuburannya. Kalau ingin
sampai di kuburannya, ya harus nyeberang dulu dengan kapal
dayung yang ada disana.
Ane : Memang tarifnya berapa ya Pak ya?
Mereka : Wah saya kurang tahu mas, soalnya nggak pernah nanya-nanya
juga.
Ane : Ma'af ya pak! kalau saya membaca beberapa artikel yang ada
di beberapa sumber, penyeberangan lewat Dermaga Kedisan ini
dikenal buruk lo Pak, nanti ketika sampai ditengah danau
pengemudi perahu motor mematikan mesin kendaraannya,
kemudian meminta uang lebih kepada para penumpangnya.
Barulah setelah dikasih dia akan menghidupkannya kembali.
Apakah benar begitu ya Pak?
dikenal buruk lo Pak, nanti ketika sampai ditengah danau
pengemudi perahu motor mematikan mesin kendaraannya,
kemudian meminta uang lebih kepada para penumpangnya.
Barulah setelah dikasih dia akan menghidupkannya kembali.
Apakah benar begitu ya Pak?
Mereka : Kata siapa mas? Ah itu nggak benar (dengan mimik muka yang
sedikit kesal), nggak benar itu mas!
Dalam hati Ane menduga-duga, apakah ini trik orang dalam, dalam menutupi keburukannya atau memang benar informasi tersebut. Nantilah Ane akan membuktikan kebenarannya.
Kurang lebih setengah jam Ane duduk disini, banyak yang kita bicarakan hingga teh hangat yang Ane minum sudah habis. Setelah membayar minumannya Ane berpamitan kepada mereka dan langsung menuju loket lagi. Tepat jam 9 pagi tetap belum ada penjaga yang menjaganya. Ane duduk di salah satu kursi loket tersebut, tiba-tiba seorang penjual kacang rebus datang menghampiri Ane.
Pedagang : Kacang mas, murah 5 ribu dapat 2
Ane : Nggak Bu, terimakasih nanti saja kalau sudah nyeberang!
Pedagang : Murah lo mas, dah tak kasih 5 ribu 3. Sebagai penglaris
saja!
Pedagang : Benar lo mas, nanti kalau sudah nyeberang jadi beli.
Ane : Okelah Bu, nanti setidaknya satu akan saya beli!
Pedagang tersebut pun akhirnya menyerah, dan tak lama kemudian datanglah seorang pedagang lagi, namun kali ini pedagang souvernir. Dia menawarkan kepada Ane gelang khas Bali, Ane langsung menolaknya dengan lembut bahwa Ane tak ingin membelinya dengan alasan Ane belum nyeberang. Beberapa kali para pedagang silih berganti menghampiri Ane, yang Ane tak suka darinya adalah cara menawarkan barang dagangannya dengan sedikit memaksa sehingga terkesan kurang begitu nyaman dan tenang.
Tak lama kemudian, Sang Penjaga loket datang. Anepun langsung mendatangi dia untuk membeli tiket.
"Bisa mas, tapi nunggu pengunjung lainnya datang", jawabnya.
"Kalau per orang tarifnya berapa ya pak ya?", tanya Ane kembali.
"Tergantung banyaknya orang mas, kalau 6 orang ya 100 ribu, 5 orang 125, 4 orang 150. Semakin banyak orang dalam satu perahu ya semakin murah mas, biasanya 5 atau 6 orang kita sudah bisa memberangkatkannya mas", tukasnya.
Sobat bisa cek tarifnya disini: Tarif penyeberangan ke Kuburan Terunyan
Sobat bisa cek tarifnya disini: Tarif penyeberangan ke Kuburan Terunyan
"Eow, baik kalau begitu Pak, terimakasih!
"Sama-sama mas", jawabnya.
Mungkin hari ini Ane kurang beruntung, beberapa kali pengunjung yang datang berupa rombongan melalui travel agent, tentu Ane tak enak untuk bergabung. Bolak-balik Ane mengeceknya ke Loket, belum ada yang datang sampai-sampai Ane berpesan kepada Sang Penjaganya,"Kalau nanti ada pengunjung yang datang Ane untuk dikasih tahu. Sang Penjaganya pun mengiyakan kata Ane tersebut. Tak hanya itu, beberapa kali Sang Sopir perahu motornya pun menghampiri Ane dan menahan Ane agar tak pulang ke Denpasar. Iya, hingga akhirnya pada pukul setengah 2 siang Wita datanglah serombongan anak muda menggunakan mobil peribadi datang ke sebuah loket. Mereka berjumlah 4 orang. Sang penjaganya menyarankan Ane untuk bergabung, syukur mereka semua tidak keberatan. Lantas salah satu dari mereka melakukan tawar-menawar ke petugasnya, alhasil Ane hanya dikenai uang sebesar 100k saja.
Setelah melakukan pembayaran, Ane dibagikan pelampung satu-satu berwarna orange. Begitu sudah siap semua, kita diperbolehkan untuk naik perahu. Perahu melaju dengan kencang, Ane tak tahu persis berapa knot kecepatannya. Disepanjang perjalanan kita disuguhkan dengan indahnya pemandangan yang sangat super duper cantik, disamping kiri kita dapat melihat gagahnya Gunung Batur, didepan dapat melihat bukit-bukit mengelilingi danau ini, dan disamping kanan kita dapat melihat sebuah desa yang terlihat cukup tenang dan damai karena terletak di kaki bukit.
Gunung Batur berdiri dengan gagahnya |
Sebuah desa yang terlihat cukup tenang dan damai |
Desa tersebut bernama Terunyan |
Sesampainya ditengah-tengah danau, inilah moment yang Ane tunggu-tunggu. Apakah penghentian perahu ditengah danau sampai sekarang masih berlangsung ataukah sudah tidak terjadi lagi untuk mengembalikan citra buruk mereka? Ow, ternyata hal itu tidak terjadi lagi. Perahu masih tetap melaju kencang hingga akhirnya sampai di Kuburan Terunyan.
"Welcome To Kuburan Terunyan", itulah sebuah tulisan yang Ane baca terdapat di depan pintu masuk (Candi Bentar) saat kapal mulai bersandar. Sudah ada beberapa penjaga berpakaian khas Bali yang berjaga-jaga disana. Setelah kita keluar dari kapal, mereka semua menyambut kita dengan ramah. Mempersilahkan kita masuk kedalam, namun sebelumnya kita disuruh membayar dahulu seikhlasnya. Salah satu dari kita bertanya biasanya setiap pengunjung dikenai berapa dan salah satu penjaga tersebut mengatakan biasanya setiap pengunjung memberi uang sebesar 10k.
Candi Bentar Kuburan Terunyan |
Terlihat beberapa penjaga sedang berjaga-jaga |
Kita tak masalah dengan harga tersebut, setelah membayar kini kita dapat memasuki lokasinya. Sesampainya didalam Ane tak menyangka kalau lokasi kuburan ini tak begitu luas seperti yang Ane banyak saksikan di layar kaca Televisi. Kalau sobat bertanya apakah tempat ini menjadi destinasi utama yang Ane datangi di Bali? maka jawaban Ane cuman satu,"iya". Ane dari dahulu sangat ingin mendatangi tempat ini yang terkenal dengan mayatnya yang tidak dikubur dalam tanah maupun dibakar yang biasa dilakukan oleh masyarakat Bali, tetapi diletakkan begitu saja diatas tanah. Kini Ane kesampaian juga akhirnya.
Salah satu dari petugas mendatangi Ane, dia bercerita tentang kuburan Terunyan ini. Darinya Ane mendapatkan banyak informasi. Penduduk Desa Terunyan merupakan salah satu dari 3 suku bali asli (Bali Aga). Semua mayat yang dikubur disini adalah mayat yang meninggal secara wajar dan sudah pernah menikah. Jumlah jenazah yang dikuburkan disini tidak boleh lebih dari 11 jenazah. Jenazah yang sudah menjadi tulang-belulang akan dikumpulkan dengan yang lainnya dekat akar pohon yang bernama Pohon Taru Menyan. Dan inilah sob pohonnya.
Ane heran selama berada disini, Ane benar-benar tidak mencium bau busuk atau semacamnya, ternyata pohon inilah yang mampu menetralisir bau busuk tersebut. Mayat ditutupi dengan sebuah kurungan yang terbuat dari bambu (Ancak). Lantas ada beberapa pertanyaan yang Ane tujukan ke petugas tersebut,
"Kira-kira kalau ditanam di tempat lain, apakah bisa hidup dan tumbuh ya pak ya pohon Taru Menyan ini?", tanya Ane.
"nggak mas, dahulu pernah ada yang mencobanya, tetapi tidak hidup", jawabnya.
"Kalau meninggal secara wajar dikuburkan disini ya pak ya, kalau yang meninggal secara tidak wajar dikuburkan dimana Pak?", tanya Ane kembali.
"Jadi gini mas, disini terdapat 3 jenis kuburan. Kesatu kuburan ini. Kedua ada yang namanya Sema Bantas, kuburan ini untuk pemakaman mereka yang meninggal secara tidak wajar seperti kecelakaan, bunuh diri, atau membunuh orang. Jenazahnya tidak boleh diletakkan di pohon Taru Menyan ini, melainkan ditempat lain yang bernama Sema Bantas tersebut. Dan yang ketiga adalah sema muda, kuburan ini untuk pemakaman mereka yang masih bayi, anak-anak, remaja, dan warga yang sudah besar dan dewasa tetapi belum menikah. Jadi ada ketentuannya cara pemakaman disini", jawab beliau kembali.
"Eow, gitu. Lantas diantara mayat-mayat ini yang belum lama ada kira-kira yang mana ya pak ya?", timpal Ane.
"Ini mas, mayatnya baru diletakkan sekitar 3 minggu yang lalu (sambil menunjuk kesalah satu mayatnya)", jawab beliau kembali.
"Yang ini Pak?", tanya Ane.
"Iya mas, yang itu", jawab beliau.
Ane kaget, tiba-tiba Sang Petugas tersebut mengatakan kepada Ane seperti ini sob: Silahkan mas kalau mau pegang tulang-belulangnya!
Sontak Ane kaget dan mengatakan,"Memang boleh Pak, nggak apa-apa?"
"Boleh mas, silahkan saja", tukasnya.
Agak ngeri-ngeri gimana, akhirnya Ane memberanikan diri untuk memegang salah satu tulang belulangnya dan yang Ane pilih adalah sebuah tulang kepala yang masih cukup bagus.
Percakapan kita masih terus berlanjut,
"Kan disekitar lokasi ini terdapat berbagai macam barang yang berserakan Pak, ada piring, foto, besek, sandal, mangkok, uang logam, uang kertas, dan lain sebagainya. Apakah barang-barang tersebut tidak boleh diambil?", tanya Ane.
"tidak boleh mas, kalau barang-barang yang sudah ada disini, tidak boleh diambil. Warga setempat termasuk kita pun tidak berani untuk mengambilnya", jawab beliau.
Mungkin kalau boleh diambil, nggak ada barang-barang yang berserakan disini ya sob ya terutama uang.
Diakhir percakapan, Ane mengucapkan banyak terimakasih kepada beliau. Setelah puas melihat-lihat kuburan ini, Ane dan sahabat-sahabat yang Ane gabungi meninggalkan lokasi pemakaman. Banyak hal yang Ane dapatkan disini, salah duanya mayat yang diletakkan begitu saja diatas tanah tak selamanya menimbulkan bau busuk dan penyeberangan ke Kuburan Terunyan tergolong aman tak ada namanya penghentian perahu ditengah danau serta meminta uang lebih kepada pengunjung.
Tepat pukul setengah 3 Wita, kita meninggalkan lokasi dan syukur kita sampai di Dermaga Kedisan lagi dengan selamat. Dan tepat pukul 3 Wita Ane meninggalkan Dermaga Kedisan menuju Kota Denpasar, namun sebelumnya Ane menepati janji Ane dahulu kepada salah satu penjualnya yaitu membeli kacang godok walau seplastik kecil saja dan harganya hanya 2k saja.
Pemandangan disebelah kiri kuburan |
Batu besar cukup unik yang ada dilokasi kuburannya |
"Kira-kira kalau ditanam di tempat lain, apakah bisa hidup dan tumbuh ya pak ya pohon Taru Menyan ini?", tanya Ane.
"nggak mas, dahulu pernah ada yang mencobanya, tetapi tidak hidup", jawabnya.
"Kalau meninggal secara wajar dikuburkan disini ya pak ya, kalau yang meninggal secara tidak wajar dikuburkan dimana Pak?", tanya Ane kembali.
"Jadi gini mas, disini terdapat 3 jenis kuburan. Kesatu kuburan ini. Kedua ada yang namanya Sema Bantas, kuburan ini untuk pemakaman mereka yang meninggal secara tidak wajar seperti kecelakaan, bunuh diri, atau membunuh orang. Jenazahnya tidak boleh diletakkan di pohon Taru Menyan ini, melainkan ditempat lain yang bernama Sema Bantas tersebut. Dan yang ketiga adalah sema muda, kuburan ini untuk pemakaman mereka yang masih bayi, anak-anak, remaja, dan warga yang sudah besar dan dewasa tetapi belum menikah. Jadi ada ketentuannya cara pemakaman disini", jawab beliau kembali.
"Eow, gitu. Lantas diantara mayat-mayat ini yang belum lama ada kira-kira yang mana ya pak ya?", timpal Ane.
"Ini mas, mayatnya baru diletakkan sekitar 3 minggu yang lalu (sambil menunjuk kesalah satu mayatnya)", jawab beliau kembali.
"Yang ini Pak?", tanya Ane.
Mayat yang baru diletakkan sekitar 3 minggu yang lalu |
Ane kaget, tiba-tiba Sang Petugas tersebut mengatakan kepada Ane seperti ini sob: Silahkan mas kalau mau pegang tulang-belulangnya!
Sontak Ane kaget dan mengatakan,"Memang boleh Pak, nggak apa-apa?"
"Boleh mas, silahkan saja", tukasnya.
Agak ngeri-ngeri gimana, akhirnya Ane memberanikan diri untuk memegang salah satu tulang belulangnya dan yang Ane pilih adalah sebuah tulang kepala yang masih cukup bagus.
Inilah kepalanya |
Iya, yang ini |
Hiii, atut |
"Kan disekitar lokasi ini terdapat berbagai macam barang yang berserakan Pak, ada piring, foto, besek, sandal, mangkok, uang logam, uang kertas, dan lain sebagainya. Apakah barang-barang tersebut tidak boleh diambil?", tanya Ane.
"tidak boleh mas, kalau barang-barang yang sudah ada disini, tidak boleh diambil. Warga setempat termasuk kita pun tidak berani untuk mengambilnya", jawab beliau.
Mungkin kalau boleh diambil, nggak ada barang-barang yang berserakan disini ya sob ya terutama uang.
Diakhir percakapan, Ane mengucapkan banyak terimakasih kepada beliau. Setelah puas melihat-lihat kuburan ini, Ane dan sahabat-sahabat yang Ane gabungi meninggalkan lokasi pemakaman. Banyak hal yang Ane dapatkan disini, salah duanya mayat yang diletakkan begitu saja diatas tanah tak selamanya menimbulkan bau busuk dan penyeberangan ke Kuburan Terunyan tergolong aman tak ada namanya penghentian perahu ditengah danau serta meminta uang lebih kepada pengunjung.
Tepat pukul setengah 3 Wita, kita meninggalkan lokasi dan syukur kita sampai di Dermaga Kedisan lagi dengan selamat. Dan tepat pukul 3 Wita Ane meninggalkan Dermaga Kedisan menuju Kota Denpasar, namun sebelumnya Ane menepati janji Ane dahulu kepada salah satu penjualnya yaitu membeli kacang godok walau seplastik kecil saja dan harganya hanya 2k saja.
Ngeri euy, mainnya ke kuburan.
BalasHapusEh itu jenazahnya yg di situ dikafan atau digimanain sih mas sebelum ditaruh gitu aja?
Hehehe,,,
HapusSepenglihatan saya sieh nggak dikafani mbak,,, tapi dibuntel dengan kain semacam kain selendang dan sarung,,, gitu
seriuusss aku pgn bgt kesana.. suamiku udh mas... eh tapi dia jg ga prnh ngalamin kapal dihentiin di tengah laut gitu kok... moga2 scam kayak gitu udh ga berlaku yaa..
BalasHapusaku tuh cuma penasaran 1... seandainya aja aku bisa ngeliat makhluk halus, ada brp bnyk itu makhlk halus di foto2mu :D.. tempat kayak bgitu pasti rame makhluknya :D
Bukan laut Fanny, tapi danau... Iya, aku juga berdo'a begitu mbak.
HapusHahaha,,, sepertinya pasti banyak mbak, hahaha.