Pura Penataran Sasih masih berada di Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, berjarak 250 meter dari Pura Pusering Jagat yang Ane kunjungi sebelumnya. Pura ini terletak di tepi Jl. Raya Pejeng samping kanan (timur), sehingga dengan mudah Ane dapat melihatnya dari jalan utama.
Setelah memarkir kuda hijau Ane didepan lokasi puranya yang memang terdapat sebuah tanah lapang yang cukup luas dan beberapa pedagang yang sedang menjajakan barang dagangannya, kemudian Ane bergegas masuk kedalam. Tampak seorang laki-laki setengah baya sedang berjaga disebuah pos. Tak ada tiket masuk yang dikenakan ke Ane, yang ada hanyalah sumbangan seikhlasnya saja. Sebelumnya Ane disodori sebuah buku terlebih dahulu untuk mengisi hendak menyumbang berapa Ane ini. Rupanya hampir semua pengunjung yang ada disini adalah wisatawan mancanegara. Mereka menyumbang dengan besaran yang cukup bervariasi mulai dari 5k hingga 20k. Berhubung Ane masih berstatus sebagai anak kost maka Ane hanya memberi 5k saja, hehehe.
Sebelum masuk kedalam wilayah utamaning mandala, Ane sempatkan sebentar untuk melihat-lihat area sekitar pura. Di gerbang luar pura terdapat sepasang patung gajah berukuran besar namun berbelalai pendek yang sedang diangkatnya. Seperti pada pura umumnya, disisi sebelah kiri pura terdapat sebuah bangunan wantilan yang cukup besar dengan arsitektur khas Bali.
Sementara gapura candi bentar dapat Ane lihat terletak dibagian timur dengan berbagai macam patung yang ada didepannya. Ada patung sepasang gajah berukuran kecil, sebuah bintang segilima terbentuk dari badan ular yang diukir dengan indah, serta ukiran bulan sabit yang saling bertolak belakang.
Puas melihat-lihat wilayah madyaning mandala, Ane masuk ke bagian utamaning mandala. Dibalik candi bentar terdapat sebuah prasasti yang ditulis dengan menggunakan aksara Bali. Selain itu terdapat juga sebuah prasasti tanda pura ini diresmikan oleh pejabat setempat. Berdasarkan prasasti tersebut peresmian pura ini dilakukan pada tanggal 22 Februari 2016. Banyak pelinggih-pelinggih dan balai-balai yang berdiri di utamaning mandala ini.
Setiap bangunan-bangunan tersebut mempunyai nama dan fungsinya masing-masing. Ada yang bernama Gedong Kemoning, Pengaruman, dan bahkan Ratu Bintang. Diantara bangunan-bangunan ini ada yang menarik perhatian Ane yaitu sebuah pelinggih yang bernama Ratu Sasih. Pelinggih ini cukup istimewa karena tempat diletakannya sebuah nekara perunggu berbentuk bulat dengan ditengahnya terdapat bintang segi delapan. Konon katanya nekara inilah yang dibuat dari pecahan bulan. Diperkirakan nekara ini ada sebelum Agama Hindu masuk.
Istimewanya pelinggih Ratu Sasih bukan berarti bangunan yang lainnya tidak istimewa. Ada banyak arca yang terlihat disini, diantaranya ada yang berbalutkan kain berwarna kuning putih dan lainnya berbalutkan kain berwarna merah kuning. Sayangnya arca-arca tersebut tidak lagi utuh karena dimakan usia, terutama dibagian atas.
Saat berada didalam pura ini Ane tak sengaja melihat sebuah bangunan yang cukup unik. Bangunan tersebut berbentuk menyerupai sebuah candi Budha. Hal ini terlihat pada bagian atasnya yang terdapat beberapa buah stupa. Namun sayang Ane tak dapat melihatnya lebih dekat lagi dikarenakan pintu yang terdapat pada bangunan tersebut terkunci.
"Yasudah, kalau begitu cukup sekian aja deh", fikirku.
Setelah memarkir kuda hijau Ane didepan lokasi puranya yang memang terdapat sebuah tanah lapang yang cukup luas dan beberapa pedagang yang sedang menjajakan barang dagangannya, kemudian Ane bergegas masuk kedalam. Tampak seorang laki-laki setengah baya sedang berjaga disebuah pos. Tak ada tiket masuk yang dikenakan ke Ane, yang ada hanyalah sumbangan seikhlasnya saja. Sebelumnya Ane disodori sebuah buku terlebih dahulu untuk mengisi hendak menyumbang berapa Ane ini. Rupanya hampir semua pengunjung yang ada disini adalah wisatawan mancanegara. Mereka menyumbang dengan besaran yang cukup bervariasi mulai dari 5k hingga 20k. Berhubung Ane masih berstatus sebagai anak kost maka Ane hanya memberi 5k saja, hehehe.
Sebelum masuk kedalam wilayah utamaning mandala, Ane sempatkan sebentar untuk melihat-lihat area sekitar pura. Di gerbang luar pura terdapat sepasang patung gajah berukuran besar namun berbelalai pendek yang sedang diangkatnya. Seperti pada pura umumnya, disisi sebelah kiri pura terdapat sebuah bangunan wantilan yang cukup besar dengan arsitektur khas Bali.
Bangunan Wantilan |
Sementara gapura candi bentar dapat Ane lihat terletak dibagian timur dengan berbagai macam patung yang ada didepannya. Ada patung sepasang gajah berukuran kecil, sebuah bintang segilima terbentuk dari badan ular yang diukir dengan indah, serta ukiran bulan sabit yang saling bertolak belakang.
Puas melihat-lihat wilayah madyaning mandala, Ane masuk ke bagian utamaning mandala. Dibalik candi bentar terdapat sebuah prasasti yang ditulis dengan menggunakan aksara Bali. Selain itu terdapat juga sebuah prasasti tanda pura ini diresmikan oleh pejabat setempat. Berdasarkan prasasti tersebut peresmian pura ini dilakukan pada tanggal 22 Februari 2016. Banyak pelinggih-pelinggih dan balai-balai yang berdiri di utamaning mandala ini.
Setiap bangunan-bangunan tersebut mempunyai nama dan fungsinya masing-masing. Ada yang bernama Gedong Kemoning, Pengaruman, dan bahkan Ratu Bintang. Diantara bangunan-bangunan ini ada yang menarik perhatian Ane yaitu sebuah pelinggih yang bernama Ratu Sasih. Pelinggih ini cukup istimewa karena tempat diletakannya sebuah nekara perunggu berbentuk bulat dengan ditengahnya terdapat bintang segi delapan. Konon katanya nekara inilah yang dibuat dari pecahan bulan. Diperkirakan nekara ini ada sebelum Agama Hindu masuk.
Pelinggih bernama Ratu Sasih |
Nekara perunggu yang konon katanya dibuat dari pecahan bulan |
Istimewanya pelinggih Ratu Sasih bukan berarti bangunan yang lainnya tidak istimewa. Ada banyak arca yang terlihat disini, diantaranya ada yang berbalutkan kain berwarna kuning putih dan lainnya berbalutkan kain berwarna merah kuning. Sayangnya arca-arca tersebut tidak lagi utuh karena dimakan usia, terutama dibagian atas.
Saat berada didalam pura ini Ane tak sengaja melihat sebuah bangunan yang cukup unik. Bangunan tersebut berbentuk menyerupai sebuah candi Budha. Hal ini terlihat pada bagian atasnya yang terdapat beberapa buah stupa. Namun sayang Ane tak dapat melihatnya lebih dekat lagi dikarenakan pintu yang terdapat pada bangunan tersebut terkunci.
"Yasudah, kalau begitu cukup sekian aja deh", fikirku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar