Setelah mengunjungi GWK, selanjutnya Ane menuju ke Uluwatu. Ada sesuatu hal yang membuat Ane ingin kesana, selain puranya yang indah juga sajian tari kecak yang konon membuat decak kagum para penontonnya. Dari pintu masuk GWK Ane arahkan kuda hijau Ane menuju ke selatan. Ya, untuk menuju ke Uluwatu Ane harus menuju kearah selatan. Tak ada rasa khawatir Ane tersesat atau kesasar karena di setiap persimpangan jalan sudah ada papan petunjuk menuju kesana. 20 menit berlalu, kini Ane memasuki sebuah gapura yang bertuliskan," Selamat Datang di Obyek Wisata Luhur Uluwatu". Iyes, akhirnya sampai juga Ane disini. Bergerak menyusuri jalan yang ada dan tak lama kemudian sampailah Ane di Pura Luhur Uluwatu ini.
Untuk dapat memasuki area pura Ane diharuskan membayar tiket masuk sebesar 20k. Berhubung tujuan Ane kesini adalah menonton tari kecaknya maka Ane berniat membeli tiket tari kecaknya secara langsung, namun apa boleh buat ternyata Ane tak bisa dan Sang Petugas memberitahukan kepada Ane kalau tiketnya dapat diperoleh didalam.
Tiket masuk Pura Luhur Uluwatu (atas) dan tiket menonton Tari Kecak (bawah) |
Sebuah jalan menuju pura yang ada di tebing laut |
|
|
Mengingat waktu yang Ane miliki hanya 1 jam, tak semua jalan setapak ini Ane lalui. Ane memilih mengeksplorer sekitar panggung dimana tari kecak digelar. Dibagian atas terdapat sebuah pura, namun lagi-lagi pura ini dalam keadaan terkunci. Ane hanya bisa mengelilinginya dari luar saja.
Pura Luhur Uluwatu ini diperkirakan dibangun oleh Mpu Kunturan pada masa pemerintahan Raja yang bergelar Sri Haji Marakata yang memerintah pada tahun 1032-1036 masehi. Sedangkan yang mencapai moksa di pura ini adalah Danghyang Nirartha. Pura ini dibangun sebagai tempat pemuliaan Raja-raja leluhur beliau dahulu, pemujaan atau istana Bhatara Rudra dan juga sebagai pemuliaan Danghyang Nirartha (Sumber: penjelasan yang ada di tiket masuk pura).
Agar tak kehabisan tiket menonton tari kecak, Ane menuju ke sebuah loket dimana tiket dijual. Untuk menonton tari kecak setiap pengunjung dikenai retribusi sebesar 100k. Harga yang cukup fantastic memang apalagi Ane sebagai anak kost tentu cukup mencengang melihat harga sebesar itu, seandainya saja uang tersebut Ane gunakan untuk makan, kan bisa berhari-hari lamanya.
Begitu mendapatkan tiket, lantas Ane masuk kedalam. Sesampainya didalam, belum banyak pengunjung yang datang sehingga Ane bisa memilih tempat duduk sesuka Ane. Ane memilih tempat duduk yang langsung menghadap ke laut. Harapannya agar Ane bisa langsung berhadapan dengan matahari terbenam. Ya, inilah sob daya tarik dari Tari Kecak Uluwatu, selain dapat menyaksikan tari kecaknya juga dapat menyaksikan matahari terbenam di ufuk barat.
Sebelum pertunjukan dimulai, Ane sempatkan untuk berfoto-foto terlebih dahulu. Kebetulan diatas Ane dimana Ane duduk, ada dua orang wanita muda yang sedang bersantai. Ane tafsir umurnya pun tak jauh tua dari Ane, Anepun langsung meminta tolong kepadanya.
Ane : Permisi mbak, bisa minta tolong foto saya?
Mbaknya: Oke mas!
Ane : Mbaknya berasal darimana?
Mbaknya: Dari Jakarta
Ane : Ow
Begitu Ane difoto, dan inilah hasilnya:
TOP |
Terima kasih! |
Mbaknya: Sama-sama mas!
Tempat duduk yang awalnya kosong lama-kelamaan terisi penuh. Kebanyakan pengunjungnya berasal dari luar negeri, berambut pirang, berhidung mancung, dan berkulit putih. Disinilah peran petugas, begitu penuh banyak petugas yang mengatur tempat duduk pengunjungnya. Sebelum dimulai, tampak seorang laki-laki berpakaian putih-putih mungkin sesepuhnya sedang melakukan sebuah ritual. Ntah apa tujuannya Ane tidak bagitu ngerti, yang jelas pertunjukan tari kecak nanti dapat berlangsung dengan lancar.
Sesepuhnya yang sedang melakukan ritual |
Sesaat setelahnya, sebuah obor dinyalakan dan seorang pembawa acara mengumumkan bahwa tarian akan segara dimulai. Seketika puluhan pria bersarung kotak-kotak khas Bali dengan kuping kanannya tersemat sebuah bunga dan tanpa memakai pakaian atasan masuk ke panggung sembari mengangkat tangannya dan meneriakkan cak cak cak beserta bunyi musik lainnya. Bergerak membentuk formasi persegi panjang dan kemudian melingkar.
Obor dinyalakan tanda tarian akan segera dimulai |
Penari kecak membentuk formasi persegi panjang |
Kemudian melingkar |
Sesepuhnya yang sedang memercikkan air suci kepada para penarinya |
Narsis dulu ah sebelum terlambat |
Ibu Kakayi yang merupakan Ibu Tiri Sri Rama mempunyai akal jahat berniat mengasingkan Sri Rama, putra mahkota yang syah dari Kerajaan Ayodya dari istana ayah andanya Sang Prabu Dasarata. Dengan ditemani adik laki-lakinya (Laksamana) serta isterinya (Dewi Sinta) yang setia, Sri Rama pergi ke hutan Dandaka.
Pada saat mereka di hutan, mereka diketahui oleh Prabu Dasamuka (Rahwana) seorang raja yang lalim, dan Rahwana pun terikat oleh kecantikan Dewi Sinta. Ia lalu membuat upaya untuk menculik Sinta, dan Ia dibantu oleh patihnya, Marica. Dengan kesaktiannya Raksasa Marica menjelma menjadi seekor kijang emas yang cantik dan lincah.
Munculnya kijang emas tersebut berhasil menarik perhatian dari Dewi Sinta dan Sinta meminta Rama untuk menangkapnya, Rama pun meninggalkan Sinta yang dijaga oleh Laksamana. Tiba-tiba terdengar jeritan minta tolong. Menurut Sinta, itu pasti Rama, lalu menyuruh Laksamana untuk membantunya. Pada saat itu sebenarnya Laksamana enggan untuk meninggalkan Sinta, karena Ia ingat akan pesan kakaknya untuk menjaga Sinta. Tetapi karena dituduh hendak mencari untung atas kematian Rama, Laksamana naik pitam dan pergi meninggalkan Sinta seorang diri.
Rahwana muncul mau menculik Sinta namun tak berhasil, tetapi dengan akal jahatnya Rahwana berubah wujud menjadi Bhagawan (orang tua) yang sedang kehausan dan meminta diambilkan air oleh Dewi Sinta, setelah dibawa air, lalu Sinta di bawa lari oleh Bhagawan tersebut yang sebenarnya adalah Rahwana.
Sinta lalu menjerit minta tolong dan jeritannya tersebut didengar oleh burung Garuda yang sedang terbang diangkasa, lalu Garuda menolong Sinta, namun pertolongannya tidak berhasil karena sayapnya putus ditebas oleh Rahwana, Sintapun dibawa kabur ke Alengka Pura oleh Rahwana.
Dengan ditemani abdinya Rama dan Laksamana yang sedang tersesat di hutan Ayodya pura. Ingat dengan isterinya yaitu Dewi Sinta yang dibawa kabur oleh Rahwana ke Alengka pura. Dengan bantuan Hanoman (si Kera Putih), Rama menyuruh Hanoman membawa cincinnya ke Alengka Pura untuk diberikan ke Dewi Sinta.
Nah adegan dibagian akhir pembakaran Hanoman inilah yang bisa membuat decak kagum para penonton. Dengan lincahnya Hanoman melompat kesana-kesini sambil menginjak-injak api bahkan menendangnya. Semua penonton berdiri sambil berteriak dan bertepuk tangan. Tapi sayang, baterai kamera Ane habis ketika akan mengabadikan pembakaran Hanoman ini dan baru Ane ganti setelah api padam. Yaudah deh, pokoknya kalau sobat datang ke Bali jangan sampai melewatkan Tari Kecak yang ada di Uluwatu ini. Asli, menyaksikan secara langsung dapat membuat perasaan sobat puas. Nggak nyesal deh!
Diakhir pertunjukan, Sang Pembawa acara mengumumkan kalau pertunjukan telah selesai dan semua penonton dipersilahkan untuk berfoto bersama para pemainnya. Semua penonton pun tak ingin melewatkan kesempatan ini begitu saja, semua pada berebut foto bersama para pemain Tari Kecak. Ane sendiri bingung, Ane cuman sendiri lantas siapa yang mau memfotokan?
hehehe, Ambil foto saja deh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar