Selepas dari Museum Le Mayeur Ane sempat bingung mau menuju kemana lagi. Pasalnya hari masih pagi dan sayang bila Ane langsung menuju ke penginapan. Dengan fikiran yang jernih Ane putuskan untuk keliling-keliling Kota Denpasar saja. Alasannya cukup simpel sob, selain ingin menghapal jalan juga mencari tempat-tempat yang enak buat nongkrong.
Saat Ane mengendarai kuda hijau Ane, Ane sempat dibingungkan dengan jalan-jalan yang ada di Kota Denpasar ini, soalnya banyak jalan searah yang terdapat disini. Ntah bagaimana caranya tiba-tiba Ane bertemu dengan sebuah lapangan yang cukup hijau nan tenang. Lapangan tersebut bernama Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung.
Tanpa berfikir panjang langsung saja Ane parkirkan kuda hijau Ane di pinggir jalan. Kesan pertama saat Ane menginjakkan kaki disini adalah tempat yang sangat tenang, bersih dan sejuk. Nampaknya lapangan ini sudah terkelola dengan baik, bagaimana tidak di pinggir lapangan sudah dibuat jalan setapak yang terbuat dari semen dengan disamping kanan dan kirinya berdiri dengan kokoh pohon-pohon besar yang cukup rimbun.
Selain itu banyak terdapat kursi-kursi yang terbuat dari kayu maupun semen berjajar dengan rapi memanjakan pengunjung. Dibagian sisi barat terdapat areal bermain anak-anak lengkap dengan fasilitasnya, ada permainan ayunan, prosotan, dan lain sebagainya. Bahkan saking seriusnya dikelola, dibagian sisi timur lapangan ada sebuah papan catur raksasa yang cukup menarik perhatian Ane. Tapi sobat jangan berfikiran untuk memainkannya ya sob ya, soalnya terlalu besar ukurannya dan bila sobat ingin bermain disini tinggal bawa papan catur aja dari rumah. Wokey?
Layaknya sebuah lapangan yang biasanya terletak di tempat yang sangat setrategis, Lapangan Puputan Badung ini pun juga letaknya sangat strategis di jantung kota. Sebelah timur lapangan terdapat Museum Bali dan Pura Agung Jagatnatha, sebelah barat lapangan terdapat Kantor Walikota Denpasar, dan di sebelah barat laut berdiri kokoh Patung Catur Muka Denpasar. Tak heran bila disinilah terdapatnya tapal batas kota yang bertanda nol kilometer Denpasar.
Melihat sebuah Patung Catur Muka, Ane sempat teringat dengan beberapa bacaan yang telah Ane baca waktu lalu. Diberi nama Patung Catur Muka karena patung ini memiliki empat wajah yang menggambarkan Dewa Brahma yang dipercaya sebagai Sang Pencipta. Posisinya sendiri menghadap ke empat penjuru mata angin yakni timur, selatan, barat, dan utara. Ada filosofi yang tersemat didalamnya. Empat muka disimbolkan sebagai kekuasaan Tuhan, wajah pertama menyimbolkan bahwa Tuhan itu Maha Besar. Wajah kedua menyimbolkan bahwa Tuhan itu adalah Raja dari raja-raja yang ada di dunia ini. Wajah ketiga menyimbolkan bahwa Tuhan itu sampai kapanpun bekerja, dan Wajah Keempat menyimbolkan bahwa Tuhan itu Maha menciptakan.
Dibagian agak tengah lapangan terdapat sebuah monumen dengan tiga buah patung yang berdiri membawa senjata terdiri dari sebuah patung laki-laki membawa keris dan tombak, sebuah patung perempuan membawa keris, dan sebuah patung anak-anak membawa tombak. Mungkin inilah sob mengapa monumen ini dibuat, kata puputan sendiri mempunyai arti habis-habisan. Jadi monumen ini dibuat sebagai bentuk peringatan dan penghormatan terhadap rakyat bali yang telah habis-habisan perang melawan penjajah demi membela kehormatan dan harga diri.
Berdasarkan informasi yang Ane kutip dari situs denpasarkota.go.id, bahwa perang ini terjadi pada tahun 1906 dan saat itu tak kurang dari 4 ribu orang termasuk keluarga raja Denpasar tewas. Sedangkan pemberian nama "Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung", karena saat itu I Gusti Ngurah Made Agung merupakan tokoh sentral dalam perang.
Sebenaranya ada sebuah patung lagi yang ada disini sob, yakni patung sebuah pohon yang digelayuti oleh beberapa ekor kera. Sepertinya patung ini hanya sebagai hiasan saja mempercantik lapangan dan tak ada filosofi yang tersemat didalamnya. Maklum di Bali, jadi hewan kera kerap Ane temui disini.
Dahulu digunakan sebagai tempat untuk berperang, kini tempat ini dijadikan sebagai tempat untuk berekreasi menikmati sejuknya udara Badung, bermain bola, jogging mengelilingi lapangan, atau bahkan sekedar duduk-duduk saja sambil bercengkrama dengan sahabat, saudara maupun keluarga.
Bagi sobat yang ingin kesini tenang saja sob nggak perlu bayar tiket masuk, cuman sobat akan dikenai uang parkir saja bila sobat membawa kendaraan bermotor. Ane sendiri hanya dikenai 2k saja sob untuk parkir kuda hijau Ane.
Habis mengeksplorer lapangan ini, perjalanan Ane lanjutkan kembali memasuki sebuah museum yang sangat terkenal di Bali yaitu Museum Bali. Bagaimanakah lanjutan ceritanya? tunggu saja ya sob cerita Ane selanjutnya disini. Sampai jumpa!
Saat Ane mengendarai kuda hijau Ane, Ane sempat dibingungkan dengan jalan-jalan yang ada di Kota Denpasar ini, soalnya banyak jalan searah yang terdapat disini. Ntah bagaimana caranya tiba-tiba Ane bertemu dengan sebuah lapangan yang cukup hijau nan tenang. Lapangan tersebut bernama Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung.
Tanpa berfikir panjang langsung saja Ane parkirkan kuda hijau Ane di pinggir jalan. Kesan pertama saat Ane menginjakkan kaki disini adalah tempat yang sangat tenang, bersih dan sejuk. Nampaknya lapangan ini sudah terkelola dengan baik, bagaimana tidak di pinggir lapangan sudah dibuat jalan setapak yang terbuat dari semen dengan disamping kanan dan kirinya berdiri dengan kokoh pohon-pohon besar yang cukup rimbun.
Selain itu banyak terdapat kursi-kursi yang terbuat dari kayu maupun semen berjajar dengan rapi memanjakan pengunjung. Dibagian sisi barat terdapat areal bermain anak-anak lengkap dengan fasilitasnya, ada permainan ayunan, prosotan, dan lain sebagainya. Bahkan saking seriusnya dikelola, dibagian sisi timur lapangan ada sebuah papan catur raksasa yang cukup menarik perhatian Ane. Tapi sobat jangan berfikiran untuk memainkannya ya sob ya, soalnya terlalu besar ukurannya dan bila sobat ingin bermain disini tinggal bawa papan catur aja dari rumah. Wokey?
Kursi-kursi yang terbuat dari kayu |
Kursi-kursi yang terbuat dari semen |
Areal bermain anak-anak |
Di jalan ini terdapat Museum Bali dan Pura Agung Jagatnatha |
Kantor Walikota Denpasar |
Patung Catur Muka Denpasar |
Dibagian agak tengah lapangan terdapat sebuah monumen dengan tiga buah patung yang berdiri membawa senjata terdiri dari sebuah patung laki-laki membawa keris dan tombak, sebuah patung perempuan membawa keris, dan sebuah patung anak-anak membawa tombak. Mungkin inilah sob mengapa monumen ini dibuat, kata puputan sendiri mempunyai arti habis-habisan. Jadi monumen ini dibuat sebagai bentuk peringatan dan penghormatan terhadap rakyat bali yang telah habis-habisan perang melawan penjajah demi membela kehormatan dan harga diri.
Berdasarkan informasi yang Ane kutip dari situs denpasarkota.go.id, bahwa perang ini terjadi pada tahun 1906 dan saat itu tak kurang dari 4 ribu orang termasuk keluarga raja Denpasar tewas. Sedangkan pemberian nama "Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung", karena saat itu I Gusti Ngurah Made Agung merupakan tokoh sentral dalam perang.
Sebenaranya ada sebuah patung lagi yang ada disini sob, yakni patung sebuah pohon yang digelayuti oleh beberapa ekor kera. Sepertinya patung ini hanya sebagai hiasan saja mempercantik lapangan dan tak ada filosofi yang tersemat didalamnya. Maklum di Bali, jadi hewan kera kerap Ane temui disini.
Dahulu digunakan sebagai tempat untuk berperang, kini tempat ini dijadikan sebagai tempat untuk berekreasi menikmati sejuknya udara Badung, bermain bola, jogging mengelilingi lapangan, atau bahkan sekedar duduk-duduk saja sambil bercengkrama dengan sahabat, saudara maupun keluarga.
Bagi sobat yang ingin kesini tenang saja sob nggak perlu bayar tiket masuk, cuman sobat akan dikenai uang parkir saja bila sobat membawa kendaraan bermotor. Ane sendiri hanya dikenai 2k saja sob untuk parkir kuda hijau Ane.
Habis mengeksplorer lapangan ini, perjalanan Ane lanjutkan kembali memasuki sebuah museum yang sangat terkenal di Bali yaitu Museum Bali. Bagaimanakah lanjutan ceritanya? tunggu saja ya sob cerita Ane selanjutnya disini. Sampai jumpa!
adem banget tempatnya, ya. Enak kayaknya ajak keluarga main ke sana :)
BalasHapusYo'i, bener banget mbak Myra, sampai-sampai males untuk beranjak dari tempat ini, :-)
Hapus