Beberapa bulan lalu ada seorang nenek - nenek yang cukup tenar di kota ini sob, siapakah dia? Mbah Lindu lah namanya, seorang penjual gudeg sebelum Proklamasi kemerdekaan negara kita. waow sudah lama sekali ya! jadi ini simbah sudah hampir berumur 1 abad sob, tapi masih saja konsisten menjajakan barang dagangannya hingga sampai sekarang ini. Semisal kita asumsikan mbah ini jualan tepat tahun proklamasi 45, berarti kan udah sekitar 70 tahunan. Bukan waktu yang sebentar bukan? memang ya sob, bila ingin sukses butuh perjuangan dan kesabaran, buktinya simbah ini dia tidak berfikir untuk gudegnya cepat terkenal mungkin yang ada di fikiran dia jualan dan teruslah jualan sehingga sedemikian lamanya akhirnya simbah ini memetik hasilnya, gudegnya sudah terkenal dan kini sudah dikenal oleh penduduk Kota Jogja bahkan luar daerah Jogja.
Nah, kali ini giliran Ane yang mau menyambangi Gudeg Mbah Lindu ini sob letaknya ada di Jl. Sosrowijayan, Sosromenduran, Yogyakarta. Letaknya yang hanya berada di Kawasan Maliboro ini membuat tempat ini mudah untuk ditemukan. Tapi begitu memasuki Jalan Maliboro kuda hijau Ane mendadak tak bisa melaju kencang karena pas pagi itu jam 9 ada demo Buruh yang di gelar disini, maklum saat itu pas buruh merayakan Hari Buruhnya tanggal 1 Mei 2016.
Semeter demi semeter jalan yang Ane tempuh, untung saja Jl. Sosrowijayan ini masih berada di gang pertama ke arah barat dari Jl. Malioboro sehingga tak perlu menunggu kemacetan ini mereda. Sesudah ketemu gangnya, Ane belok kedalam gang tersebut. Sambil melaju dengan kecepatan rendah, Ane tengok ke kanan, tengok ke kiri ternyata Warung Gudeg Mbah Lindu ini menempati sebuah pos ronda dan tentunya bangunannya cukup kecil.
Dengan bahasa jawa Ane bercakap - cakap dengan beliau.
Ane : Taseh tow mbah gudeg ipun?
Masih kan mbah gudegnya?
Mbah Lindu : Taseh mas, Ajeng ngangge nopo, telur, ayam, nopo tahu?
Masih mas, mau pakai apa, telur, ayam, apa tahu?
Ane : Nasi gudeg ngagem telur mawon.
Nasi gudeg pakai telur saja.
Untuk minumannya ada sebotol teh tapi apa boleh buat sob Ane nggak jadi ambil soalnya sedotannya tak tersedia. Ane di suruh cari sendiri sedotannya di tenggok, tapi tetap saja setelah tak cari - cari nggak nemu - nemu juga. Yasudah nggak apa - apa.
Mbah Lindu ini sudah berusia cukup tua dengan tangannya yang sudah tidak cepat lagi melayani para pembelinya, tapi beliau cukup terampil dalam meracik dagangannya. Gudeg di racik menggunakan tangan telanjang tanpa menggunakan alat bantu seperti centong, sendok atau sejenisnya. Mungkin sebagian orang akan sangat risih atau jijik melihat cara Mbah Lindu ini meracik gudegnya, tapi disinilah letak keunikannya.
Tapi sob, Ane sangat heran dengan Mbah ini, walaupun dia sudah cukup tua tetapi pendengarannya masih cukup bagus. Beberapa kali Ane mengobrol dengan beliau dengan nada yang sangat rendah sekalipun beliau masih tajam pendengarannya. Wah keren! So, jangan berbicara sembarangan ya sob bila kesini, apalagi yang menyinggung beliau. Bisa - bisa mbahnya ngambek, terus nggak mau ngelayani dan sobat di usir dari tempatnya,"Kono lungo (sana pergi), kono (sana) (hehehe, just kidding).
Hasil racikan beliau sudah jadi dan kini sudah ada dihadapan Ane. Memakan gudeg hasil racikan beliau ini benar - benar bisa membawa suasana tempo doeloe lho sob, bagaimana tidak gudeg ini disajikan menggunakan wadah pincuk daun pisang tanpa lapis wadah apapaun seperti piring dan sejenisnya. Nggak percaya? nieh buktinya
Sepincuk nasi gudeg ini berisikan nasi putih, gudeg, krecek, suwiran tahu, areh, dan telur. Lalu bagaimanakah dengan rasanya? ternyata rasanya sudah tidak perlu diragukan lagi sob, secara jualannya aja sudah lebih dari 70 tahun jadi ya enak. Rasa gudegnya cukup khas manis, gurih nan lezat, begitu pula dengan arehnya yang berwarna cokelat kehitaman. Ini dia yang Ane suka dari gudeg Mbah Lindu ini yakni ada petainya, selain membawa suasana tempo doeloe juga mengingatkanku pada saat di kampung halaman. Petai banyak apalagi jengkol, hehehe. Dua kata untuk ini deh sob,"Wuenak tenan, Le leduk".
Soal harga untuk sekelas gudeg telur cukup mahal sieh sob. Biasanya nasi gudeg krecek telur harganya 12 - 16k saja itupun sudah dengan minuman teh, sebagai Contoh Gudeg Bu Niek. Eh disini dibanderol dengan harga 20k, tanpa air minum pula. Sambil membayar Ane sambil berbincang - bincang dengan simbahnya. Konon katanya, beliau banyak didatangi para turis yang mampir ke lapaknya dan minta dibungkuskan untuk di bawa pulang, tak terkecuali dengan host di salah satu acara televisi "Hitam Putih". Lalu Ane pun langsung bertanya,"niku (itu) Deddy Corbuzier mbah?", dan mbahnya hanya bilang,"Yo kui seng dadi host nang Hitam Putih tiap sore tampil kae mas (Ya itu yang jadi host di Hitam Putih tiap sore tampil itu mas)".
Yaudah deh sob, bila sobat penasaran dengan gudeg Mbah Lindu ini atau malah penasaran dengan Mbah Lindunya?
Langsung saja menuju ke TeKaPe. Berikut tak kasih gambaran rutenya bila sobat belum tahu lokasi persisnya.
Dari perempatan dekat Stasiun Tugu Jogja (yang ada tulisannya "Jl. Malioboro" dan sering digunakan untuk foto - foto oleh wisatawan), bergeraklah ke arah selatan melalui Jl. Malioboro searah menuju ke Titik Nol Kilometer Jogja, Lihatlah ke arah kanan (barat), bila sobat menemukan jalan masuk pertama ke arah tersebut, masuklah. Nah, Gudeg Mbah Lindu ini terletak di sebelah kiri (selatan) jalan tepatnya di depan Hotel Grage Ramayana.
Jam buka: Pukul 05.00 WIB - 10.00 WIB
Sebaiknya bawa minum sendiri deh sob kalau mau makan disini, soalnya tuh ya simbahnya tidak melayani pembelian es teh, es jeruk atau es - es yang lainnya.
Semeter demi semeter jalan yang Ane tempuh, untung saja Jl. Sosrowijayan ini masih berada di gang pertama ke arah barat dari Jl. Malioboro sehingga tak perlu menunggu kemacetan ini mereda. Sesudah ketemu gangnya, Ane belok kedalam gang tersebut. Sambil melaju dengan kecepatan rendah, Ane tengok ke kanan, tengok ke kiri ternyata Warung Gudeg Mbah Lindu ini menempati sebuah pos ronda dan tentunya bangunannya cukup kecil.
Dengan bahasa jawa Ane bercakap - cakap dengan beliau.
Ane : Taseh tow mbah gudeg ipun?
Masih kan mbah gudegnya?
Mbah Lindu : Taseh mas, Ajeng ngangge nopo, telur, ayam, nopo tahu?
Masih mas, mau pakai apa, telur, ayam, apa tahu?
Ane : Nasi gudeg ngagem telur mawon.
Nasi gudeg pakai telur saja.
Untuk minumannya ada sebotol teh tapi apa boleh buat sob Ane nggak jadi ambil soalnya sedotannya tak tersedia. Ane di suruh cari sendiri sedotannya di tenggok, tapi tetap saja setelah tak cari - cari nggak nemu - nemu juga. Yasudah nggak apa - apa.
|
|
|
|
Tapi sob, Ane sangat heran dengan Mbah ini, walaupun dia sudah cukup tua tetapi pendengarannya masih cukup bagus. Beberapa kali Ane mengobrol dengan beliau dengan nada yang sangat rendah sekalipun beliau masih tajam pendengarannya. Wah keren! So, jangan berbicara sembarangan ya sob bila kesini, apalagi yang menyinggung beliau. Bisa - bisa mbahnya ngambek, terus nggak mau ngelayani dan sobat di usir dari tempatnya,"Kono lungo (sana pergi), kono (sana) (hehehe, just kidding).
Hasil racikan beliau sudah jadi dan kini sudah ada dihadapan Ane. Memakan gudeg hasil racikan beliau ini benar - benar bisa membawa suasana tempo doeloe lho sob, bagaimana tidak gudeg ini disajikan menggunakan wadah pincuk daun pisang tanpa lapis wadah apapaun seperti piring dan sejenisnya. Nggak percaya? nieh buktinya
Sepincuk nasi gudeg ini berisikan nasi putih, gudeg, krecek, suwiran tahu, areh, dan telur. Lalu bagaimanakah dengan rasanya? ternyata rasanya sudah tidak perlu diragukan lagi sob, secara jualannya aja sudah lebih dari 70 tahun jadi ya enak. Rasa gudegnya cukup khas manis, gurih nan lezat, begitu pula dengan arehnya yang berwarna cokelat kehitaman. Ini dia yang Ane suka dari gudeg Mbah Lindu ini yakni ada petainya, selain membawa suasana tempo doeloe juga mengingatkanku pada saat di kampung halaman. Petai banyak apalagi jengkol, hehehe. Dua kata untuk ini deh sob,"Wuenak tenan, Le leduk".
Soal harga untuk sekelas gudeg telur cukup mahal sieh sob. Biasanya nasi gudeg krecek telur harganya 12 - 16k saja itupun sudah dengan minuman teh, sebagai Contoh Gudeg Bu Niek. Eh disini dibanderol dengan harga 20k, tanpa air minum pula. Sambil membayar Ane sambil berbincang - bincang dengan simbahnya. Konon katanya, beliau banyak didatangi para turis yang mampir ke lapaknya dan minta dibungkuskan untuk di bawa pulang, tak terkecuali dengan host di salah satu acara televisi "Hitam Putih". Lalu Ane pun langsung bertanya,"niku (itu) Deddy Corbuzier mbah?", dan mbahnya hanya bilang,"Yo kui seng dadi host nang Hitam Putih tiap sore tampil kae mas (Ya itu yang jadi host di Hitam Putih tiap sore tampil itu mas)".
Yaudah deh sob, bila sobat penasaran dengan gudeg Mbah Lindu ini atau malah penasaran dengan Mbah Lindunya?
Ingin foto bersamanya |
Dari perempatan dekat Stasiun Tugu Jogja (yang ada tulisannya "Jl. Malioboro" dan sering digunakan untuk foto - foto oleh wisatawan), bergeraklah ke arah selatan melalui Jl. Malioboro searah menuju ke Titik Nol Kilometer Jogja, Lihatlah ke arah kanan (barat), bila sobat menemukan jalan masuk pertama ke arah tersebut, masuklah. Nah, Gudeg Mbah Lindu ini terletak di sebelah kiri (selatan) jalan tepatnya di depan Hotel Grage Ramayana.
Jam buka: Pukul 05.00 WIB - 10.00 WIB
Sebaiknya bawa minum sendiri deh sob kalau mau makan disini, soalnya tuh ya simbahnya tidak melayani pembelian es teh, es jeruk atau es - es yang lainnya.
Waduh di santap sampai tak tersisa sedikitpun gudeg nya :D enak banget ya ? qo enggak bagi-bagi sih ? :D
BalasHapusYo'i mas,,, Silahkan beli sendiri mas, hahaha pizzz
HapusMbahnya jualan sendirian mas? Nggak ada yang bantuin gitu?
BalasHapusIya Mbak Nhe, tapi kalau ngusung barang dagangannya dibantuin sama anaknya kok mbak. Katanya begitu
Hapusasyik carae mbahe menyajikan menu gudegnya, mungkin jadi tambah gurih mas sentuhan mbah lindu :)
BalasHapusklihatan nyemek2... hmmm pasti uenak
Hahaha,,, iya kayaknya mas, alami dapat sentuhan dari mbahnya,
HapusYang Penting enak, :-)
Wah jadi pengen makan gudeg nih kang soalnya sudah lama saya tidak makan gudeg lagi sepertinya enak tuh kang gudegnya aduh jadi ngiler nih lihatnya.
BalasHapusHahaha,,,, silahkan atuh kang cari gudegnya. Kalau mau ngajak yaw ayok, tapi di gratisin yaw Kang Nurul, hahaha pizzzz a
Hapusgudeg buatan orang tempo dulu justru sangat berbeda dengan gudeg hasil racikan restoran besar nan modern, bagi orang yogya dan atau keturunan yogya pasti akan lebih suka makan gudegnya mbah Lindu
BalasHapusIya mas, setuju! benar begitu, rasanya juga khas dan enak
HapusYa ampuuuun mas, sakaw aku liat kreceknya dgn rawit gituuuuu ^o^... bookmark dulu ini ... dr sekian bnyk warung gudeg yg mau aku dtgin kalo k jogja, yg ini lgs bikin kepengin banget.. penasaran hasil racaikan tangan si mbah gmn rasanya :)... salut ama mbah ini.. udh tua, tp semangat kerjanya msh tinggi..
BalasHapusIya mbak, pokoke gudeg racikan simbahnya dijamin bikin nagih deh mbah, asli bener, :-)
Hapus