Apa yang terlintas pertama kali di benak sobat bila mendengar kata baceman? Mungkin sobat langsung menjust kalau namanya baceman ya baceman tempe atau tahu. Eh ternyata baceman itu tak melulu berkaitan dengan tempe atau tahu saja lho sob, ada sebuah menu yang menurut Ane unik dan masih berkaitan dengan kata "baceman", yapz baceman itu adalah Baceman Kepala Kambing H. Sukirman yang terletak di Jl. Kenanga No.7, Babadan baru. Hah dimana itu? oke gampangnya gini aja, di Jl. Kaliurang Km. 7 (belakang Pasar Kolombo). Pasti penasaran kan rasanya gimana? yuk kita ikuti ceritanya!
Awalnya Ane ragu - ragu sieh sob jadi kesini atau tidak. Soalnya sore itu habis maghrib langit tampak mendung dan sudah mulai gerimis pula, jadi ya sempat menyiutkan nyali Ane. Tapi saking ingin tahunya baceman ini seperti apa, akhirnya berangkat juga Ane menuju kesini. Letaknya sieh nggak jauh - jauh amat dari kost Ane, ya sekitar 8 Km an lah. Tapi dengan jarak segitu, akhirnya berkembang menjadi 9 Km an, lawong pakai nyasar segala. Tempat yang menjadi patokan pertama Ane adalah Pasar Kolombo Kaliurang, eh nggak tahunya pasarnya malah kelewatan dan jadi deh Ane mengendarai kuda hijau Ane sampai di Km. 8 an. Otomatis Ane putar balik, sambil melambatkan kendaraan kuda hijau Ane, Ane mencermati setiap tempat yang ada dan hasilnya cukup menggembirakan, ternyata ketemu juga pasarnya. Nah kalau dari Jalan Kaliurang arah dari UGM, beloklah Ane ke arah kanan (timur). Sekitar 150 meteran sampailah Ane di lokasi yang Ane maksud.
Warungnya tampak berantakan karena selain sebagai warung juga sebagai ruang tamu. Tak heran bila selama Ane makan disini, Ane bakalan ditemani oleh anggota keluarga dari pemiliknya itu sendiri. Selain itu ada beberapa barang milik penjual yang semestinya tidak berada disini itu ada disini diantaranya ada sepeda, sangkar burung, bahkan ada beberapa barang lainnya. Sebenarnya sieh nggak apa - apa sob semua barang yang semestinya nggak berada di warung itu ada di warung. Contohnya saja di Warung Bakmi Jawa Mbah Gito yang sangat bisa memanjakan mata Ane, ada caping lah, parang lah, bahkan gong sekalipun. Contoh lainnya ada Warung Soto Djiancuk yang bangunan jendelanya agak miring, disitu ada kendaraan vespa tua lah, ban bekas, dan lain sebagainya. Kedua warung tersebut kelihatan nyeni dan jauh dari kesan jorok, tidak rapi dan semacamnya. Lah ini, menurut Ane sieh bukan nyeni lagi tapi malah terkesan kurang rapi. Tapi yaudahlah tujuan Ane kesini kan bukan ingin membahas masalah tempatnya tapi makanannya jadi ya segera deh Ane mendekati seorang pelayannya yang tak lain adalah Sang Pemiliknya itu sendiri. sambil melihat daftar menu yang ada Ane berbincang - bincang dengan Sang Pemilik tersebut.
Ane : Baceman kepala kambingnya masih ada Bu?
Ibunya : Masih mas, di makan disini atau di bawa pulang?
Bu Yuni : Di makan disini aja Bu.
Ibunya : Satu atau dua?
Ane : Satu aja. Memangnya seperti apa sieh Bu baceman kepala
kambing itu?
Ibunya : Ya ntar masnya lihat dan rasakan sendiri, rasanya seperti
apa.
Ane : Hehehe, iya Bu. Ow iya Cungur itu bagian apa dari kepala
Bu?
Ibunya : Hidung mas. Kalau masnya akan saya buatkan dari pipi saja
supaya nggak kebanyakan! (sambil mengiris - iris bagian
kepala yang hendak akan diolah untuk Ane).
Ane : Baiklah Bu, nggak apa - apa. Ma'af, kalau boleh tahu ini
dengan ibu siapa ya?
Ibunya : Saya Ibu Yuni mas, anak dari bapak (H. Sukirman)
Ane : Eow. Pak Kirmannya sendiri masih ada Bu?
Bu Yuni : Masih mas, bapak taseh wilujeng (tak sengaja terceplos
dengan bahasa jawa). Sekarang masih ada di masjid mas.
Ane : Eow
Sehabis mengiris - iris, masuklah Bu Yuni tersebut kedalam buat memasak pesanan yang Ane pesan.
Nieh sob kalau mau lihat bahan utamnya dari kepala itu seperti apa!
Ternyata untuk memasaknya tak membutuhkan waktu yang lama, ya sekitar 10 menitan. Kini pesanan yang Ane pesan sudah berada di hadapan mata Ane. Sepiring baceman kepala kambing yang disajikan dengan sepiring nasi putih, acar buah mentimun, dan sambal yang cukup membuat Ane wuha, wuha (pedesnya sob minta ampun). Tak ketinggalan juga air minumnya, disini Ane pesan segelas air es aja biar tetap sehat dan segar di tubuh.
Secara penampilan, baceman kepala kambing ini tidaklah berbeda jauh warnanya dengan baceman tempe maupun tahu. Ane pun menanyakan hal ini kepada Bu Yuni apakah sama bumbu yang digunakan pada baceman tempe atau tahu dengan baceman ini, dan apa sob jawaban yang Ane dapat? beliau mengatakan bahwa agak berbeda dikit tapi bahan - bahannya ada yang sama juga. Sayangnya, beliau tidak mau menjelaskan bagaimana caranya beliau mengolah baceman ini. Rahasia pabrik mungkin ya? okelah langsung aja Ane mencicipinya.
Struktur dagingnya lembut, tak sedikitpun Ane merasakan alotnya dari daging kambing ini. Agak sedikit prengus sieh sob, tapi menurut Ane cukup enak dan rasanya tak membosankan. Begitu juga dengan sambalnya, sambal yang digunakan disini mirip kuah pada kupat tahu, manis dan terasa asam, hemmm menambah selera makan Ane semakin meningkat. Lengkap sudah dengan hadirnya acar buah mentimun yang tampak masih segar, dua kata untuk semuanya,"wuenak tenan, Le leduk". Saking enaknya tak sungkan - sungkan Ane untuk menambah nasinya dan tak lama kemudian
Habis sudah baceman kepala kambing, nasi putih, acar dan air minumnya! |
Kalau tertarik dan penasaran, sobat bisa langsung nieh berkunjung kesini bila ada di Kota Jogja, berikut gambaran rutenya.
Dari Tugu Jogja, bergeraklah ke arah utara melalui Jl. A. Moh. Sangaji dan berlanjut ke Jl. Monjali lurus terus hingga sobat menemukan perempatan lampu merah yang di sebelah barat lautnya ada Monumen Yogya Kembali (Monjali) bentuk bangunannya seperti tumpeng. Dari sini, beloklah ke arah kanan (timur) melalui Jl. Ringroad Utara hingga sobat menemukan perempatan lampu merah lagi. Kemudian beloklah ke arah kiri (utara) melalui Jl. Kaliurang hingga di Km. 7 sobat akan bertemu dengan Pasar Kolombo yang ada di sebelah kanan (timur) jalan. Nah, di samping kanan (selatan) pasar tersebut ada sebuah jalan yang mengarah kedalam. Masuklah kedalam jalan tersebut dan sekitar 150 meteran sampailah sobat di tempat yang sobat maksud.
Berdasarkan informasi yang Ane dapatkan dari Bu Yuni secara langsung bahwa Warung Baceman Kepala Kambing H. Sukirman ini buka dari jam 3 sore hingga 10 malam. Beliau juga bilang terkadang jam 9 malam pun sudah tutup. So, biar sobat nggak kecewa karena warungnya sudah tutup, sebaiknya berangkatlah di sore hari.
menu kepala kambing saya suka mas, penasaran dengan bacemannya, yo opo rasae.. hmm
BalasHapusEnak kok mas, kapan - kapan perlu di coba deh mas, :-)
Hapusyah kaliurang ini di jogja ya kang? andai saja di malang. soalnya di malang juga ada tuh kaliurang
BalasHapusIya Kang,,, lho ada tow Kaliurang di Malang? baru tahu aku kang....
HapusTerima kasih Kang atas infonya, aku malah jadi tahu nie kalau di Malang juga ada Kaliurangnya juga, hehehe
waduh....bacemannya....kalau aku nyerah makan ginian, asli semua bagian ga suka..he he he...
BalasHapuskembali ke selera asal, tempe n tahu bacem aja deh ha ha ha...
Hahaha,,, padahal enak lho mbak Monic, empuk dagingnya,,,, jian enak tenan lah pokoke, :-)
HapusIya ya mbak ya, tahu dan tempe bacem malah aseli dari Indonesia kok, hehehe,,, setuja
wah kalo liat dagingnya serem ya mas, kalo udha di masakkk aahh laziisss...
BalasHapusmakan, langsung habis deh mas, hahaha
HapusAku nggak berani nyobak, nggak begitu doyan kambing hehehe
BalasHapusYa, sayang,,,, padahal enak lho mas, hahaha
Hapuslucu juga yak. sekarang ada baceman kepala kambing. besok2 ada baceman apa lagi yak? Hehe, bisnis kuliner mesti tetap kreatif ya...
BalasHapusIya mbak,,, kalau nggak kreatif ya akan begitu - begitu saja,,,
HapusApalagi sekarang persaingannya sudah begitu ketat,,, :-)
omg mas, ini sukses bikin ngileer :D.. aku suka bgt kepala kambing, tapi biasanya digulai.. belum pernah coba di bacem nih.. td yg bikin tertarik mau coba pas baca sambelnya peedesss ;p.. wajib coba berarti.. manis dipaduin pedes, biasanya selalu enak ;).. catet dulu, kalo k jogja pasti aku samperin
BalasHapusSip mbak,,, memang enak kok mbak, wajib dah buat di coba,,,,
HapusKalau pulang ke Solo jangan lupa mampir di mari,,, :-)