Mungkin sebagian orang belum banyak yang tahu akan keberadaan tempat ini, maklum tempat ini terbilang cukup jauh dari pusat kota dan sedikit tersembunyi. Ane sendiri yang sudah lama tinggal di Bantul belum lama ini mengetahuinya. Awalnya Ane kira museum ini berada dekat dengan Pantai Parangtritis, tapi bolak - balik lewat Pantai Parangtritis tak sekalipun Ane melihatnya. Lama - lama Ane menjadi penasaran, sebenarnya dimanakah letak keberadaan dari museum ini. Usut - punya usut setelah makan Sate Kambing Sor Talok dan mencarinya serta tanya sana - tanya sini akhirnya ketemu juga tempat yang Ane maksud dan tahukah sobat dimanakah gerangan berada? yakni terletak dekat dengan Pantai Depok. Tepatnya di Dusun Depok, Kelurahan Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Alamak, kalau gini caranya kenapa nggak dari dulu Ane berkunjungnya. Ane sendiri selain bolak - balik lewat Pantai Parangtritis juga sering berkunjung kesini buat beli ikan segar di Pantai Depok. Oke, back to tpic, ngomong - ngomong soal museum ini Ane sendiri lebih suka menyebutnya dengan Museum Gumuk Pasir lho sob dibandingkan dengan nama aslinya yakni Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP). Lidahnya aja lidah Indonesia, jawa pula jadi lebih nyaman menyebutnya demikian. Kesan pertama Ane ketika melihat museum ini adalah museumnya cukup unik, luas dan bersih. Sesuai dengan namanya di area sekitar museum banyak terdapat pasir. Namun sayang tak ada tanda - tanda kalau museum tersebut buka.
Ane tak nyerah berbalik arah begitu saja sob, Anepun tetap masuk kedalam area dan bertanya kepada penjaga keamanannya apakah museum ini buka atau tidak. Dari pernyataan beliau cukup membuat Ane lega kalau museum ini buka. Cuman dia bilang kalau Ane harus menunggunya sebentar. Oke, Ane yang tak keberatan pun menunggunya. Dari gelagatnya Pak Satpam tersebut sedang menelpon seseorang. Benar saja setelah di telpon, muncullah seorang pria laki - laki yang tampak masih muda dari salah satu gedung. Gedung tersebut tak lain dan tak bukan adalah sebuah kantor. "Mas Yopi", begitulah dia memperkenalkan namanya kepada Ane. Orangnya ramah dan dengan sabarnya beliau menjawab setiap pertanyaan yang Ane ajukan.
Sebelumnya dia minta ma'af kalau museum ini dalam keadaan tertutup. Dia menjelaskan kenapa museum ini selalu dalam keadaan tertutup. Pertama karena pengunjungnya masih sepi paling yang berkunjung perharinya tak sampai 10 pengunjung. Jadi begitu tiba disini, pengunjung bisa menghubungi beliau secara langsung. Alasan kedua adalah museum ini dekat dengan air laut sehingga angin yang berhembus adalah angin laut sehingga angin ini bisa menimbulkan dampak yang buruk bagi museumnya salah satu contohnya bisa membuat karat besi dengan cepat. Eow iya sob, museum ini terdiri dari 4 lantai dengan setiap lantainya dihubungkan dengan tangga yang memiliki pegangan berupa bijih besi. Begitupula dengan koleksinya yang kebanyakan berasal dari bahan besi. Dari kesemuanya itu point yang terakhir inilah menurut Ane yang paling masuk akal.
"Sambil berkeliling sambil ngobrol", itulah yang kita lakukan. Begitu menaiki tangga, kita langsung berjumpa dengan lantai dua. Koleksi yang pertama kali Ane lihat adalah alat untuk mengambil gambar dari udara. Begitu banyak proses yang dilakukan untuk mengambil gambar dari udara sehingga menghasilkan hasil yang optimal. Disini Ane langsung teringat akan keberadaan google map, Anepun menanyakan hal ini kepadanya. Ternyata alat yang digunakan berbeda. Kalau dulu untuk menggambar sebuah peta masih menggunakan cara yang manual menggunakan alat ini, tapi kalau sekarang seperti google maps sudah menggunakan cara digital.
Banyak koleksi yang ada disini berkenaan dengan kegiatan pembuatan peta sob sehingga menghasilkan gambar yang bagus. Lalu dimanakah tempat yang menerangkan gumuk pasirnya? ternyata ada di tempat lain. Ane kira awalnya museum ini memiliki jembatan penyeberangan antara gedung yang satu dengan yang lainnya, tapi dugaan Ane salah. Jembatan yang Ane duga tersebutlah lorong pengetahuan tentang gumuk pasir berada. Lorong ini juga ada kaitannya dengan konsep bangunan museumnya itu sendiri lho sob.
Sederhananya begini, bentuk bangunan museum ini mempunyai filosofi seperti terjadinya gumuk pasir. Museumnya diibaratkan sebagai gunung Merapi, nah lorong pengetahuannya diibaratkan dengan sungainya. Sedangkan bangunan paling belakang diibaratkan muaranya. Jadilah bangunan tersebut mempunyai bentuk yang unik sekaligus mengandung filosofi yang unik pula.
Mungkin dalam hati sobat bertanya - tanya, "bagaimanakah terjadinya gumuk pasir yang selama ini kita dengar?" sebagai contoh Gumuk Pasir yang terhampar di sepanjang Pantai Parangtritis hingga Pantai Depok
.
Jadi begini sob, berdasarkan penjelasan yang Ane baca dari lorong pengetahuan bahwa proses terbentuknya gumuk pasir di Parangtritis berawal dari Gunung Merapi yang mengalami erupsi atau mengeluarkan material vulkanik. Material tersebut dapat berupa awan panas beserta debu, pasir, lahar panas, lahar dingin dan batu - batuan yang mengalir ke sungai - sungai yang berhulu di Merapi seperti sungai Bedok, Boyong, Opak, Gendol, dll. Sungai - sungai yang membawa material vulkanik berkumpul membentuk suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) dan menuju ke muara opak.
Sesampainya di muara, material - material vulkanik tersebut dihantam oleh ombak laut selatan yang menggerus pasir menjadi butiran pasir halus. Deburan ombak ini dapat mengubah pasir menjadi butiran sangat halus berukuran 0,02 mikron sehingga mampu di terbangkan oleh angin dengan kecepatan 2 m/s.
Aktivitas ombak dalam pembentukan gumuk pasir tidak terhenti sampai disini saja. Pasir halus yang sudah terbentuk tadi kemudian diendapkan menuju ke tepi pantai. Sesampainya di tepi pantai, pasir yang basah tersebut mengalami pengeringan secara terus - menerus oleh matahari. Pasir yang kering terbawa tiupan angin menuju daratan.
Pasir yang terbawa angin mengendap di daratan secara terus - menerus. Endapan semakin banyak dan berkembang menjadi gundukan - gundukan pasir. Gundukan inilah yang kemudian disebut sebagai gumuk pasir (bukit pasir). Gumuk pasir yang terbentuk memiliki ciri khas sesuai arah hembusan angin. Adanya bukit karst yang terletak di sebelah timur Parangtritis menyebabkan hembusan angin dari arah tenggara lebih kuat, sehingga pola gumuk pasir menghadap ke arah tenggara.
Lalu apakah setiap gundukan pasir dapat disebut dengan gumuk pasir? oh ternyata tidak sob, berikut syarat pembentukan gumuk pasir:
1. Pantai landai
2. Tersedia pasir sebagai pemasok material
3. Gelombang mampu menghempaskan pasir ke darat
4. Arus sepanjang pantai kuat, beda air pasang dan surut cukup besar
5. Ada perbedaan tegas antara musim kemarau dengan musim hujan.
Sekarang sudah tahu kan sob mengenai gumuk pasir?
Seusai membaca - baca tentang gumuk pasir, Ane balik badan menuju lokasi museumnya kembali. Masih di lantai 2, disini ada beberapa alat yang ditampilkan salah satu yang masih Ane ingat adalah B8S yang mempunyai fungsi untuk flotting secara fotogrametris dari hasil pengamatan menggunakan PUG. Hasil dari proses ini berupa peta manuskrip.
Berbeda dengan lantai 2 yang banyak menampilkan peralatan berkenaan dengan peta, di lantai 1 ini justru menampilkan tentang keadaan alam pesisir Bantul. satu persatu Pantai yang ada di Kabupaten Bantul dijelaskan secara terperinci. Di setiap pantainya ditampilkan tumbuhan apa saja yang mayoritas hidup di situ.
Di tengah - tengah perjalanan, Mas Yopi bilang kalau isi yang ada museum ini nantinya akan di ubah. Contohnya saja di lantai 1 ini dimana tak hanya menampilkan keadaan pesisir Bantul saja, tetapi juga lebih luas keadaan alam pesisir Indonesia atau bahkan dunia. Ane sebagai pengunjung hanya berharap semoga rencana itu terlaksana dengan baik dan bukan hanya sebatas wacana saja.
Masih ada dua lantai lagi yang belum Ane datangi. Mas Yopi mengatakan kalau di lantai 3 khusus menampilkan tentang batu - batuan dan lantai 4 bisa melihat birunya air laut. Jadi di lantai 4 ini berfungsi layaknya sebuah menara pandang. Dengan dikatakannya demikian membuat Ane mearasa cukup dan cukup sudah perjalanan Ane di Museum Gumuk Pasir ini. Ane sudah memberitahukan koleksi - koleksi yang ada di Lantai 1 dan 2, sekarang giliran sobat buat mengeksplorer lantai 3 dan 4. Gimana, penasarankah?
Bagi sobat yang masih penasaran dan belum tahu lokasi persisnya, berikut gambaran rute menuju lokasi museumnya:
Dari Kota Yogyakarta tepatnya di perempatan lampu merah Pojok Beteng Wetan, bergeraklah ke arah selatan melalui Jl. Parangtritis hingga bertemu perempatan jalan antara Jl. Parangtritis dengan Jl. Ringroad Selatan. Dari sini masih lurus lagi ke arah selatan melalui Jl. Parangtritis dan melewati sebuah pertigaan lampu merah dan tiga buah perempatan lampu merah hingga Gerbang masuk (TPR) Kawasan Pantai Parangtritis. Tepat di depan TPR ini ada sebuah belokan yang mengarah ke arah kanan (barat) searah menuju Pantai Depok. Belok ke jalan tersebut hingga Gerbang masuk (TPR) Kawasan Pantai Depok. Tepat di depan TPR ini ada sebuah jalan yang mengarah ke kiri (timur). Nah, beloklah ke jalan tersebut dan tak lama lagi sampailah sobat di tempat yang sobat maksud.
Sebenarnya ada jalan lain menuju kesini sob, dari TPR Pantai Parangtritis masuk aja ke arah Pantai Parangtritis. Sebelum menemukan tikungan, sobat akan melihat sebuah masjid di kanan (barat) jalan. Tepat di samping kiri (selatan) masjid ada belokan jalan yang mengarah ke barat. Beloklah kedalam jalan tersebut, walaupun jalannya cukup kecil namun sudah beraspal. Ikutilah jalan ini dan sekitar kurang lebih 7 menit sampailah sobat di tempat yang sobat maksud.
Jam buka museum:
Senin - Jumat : 8 pagi - 4 sore
Sabtu dan minggu : libur
Eow iya sob, Museum Gumuk Pasir ini sangat dekat lho dengan Pantai Depok. So, bila sobat berkunjung ke Pantai Depok bisa langsung tuh berkunjung kesini.
Alamak, kalau gini caranya kenapa nggak dari dulu Ane berkunjungnya. Ane sendiri selain bolak - balik lewat Pantai Parangtritis juga sering berkunjung kesini buat beli ikan segar di Pantai Depok. Oke, back to tpic, ngomong - ngomong soal museum ini Ane sendiri lebih suka menyebutnya dengan Museum Gumuk Pasir lho sob dibandingkan dengan nama aslinya yakni Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP). Lidahnya aja lidah Indonesia, jawa pula jadi lebih nyaman menyebutnya demikian. Kesan pertama Ane ketika melihat museum ini adalah museumnya cukup unik, luas dan bersih. Sesuai dengan namanya di area sekitar museum banyak terdapat pasir. Namun sayang tak ada tanda - tanda kalau museum tersebut buka.
Ane tak nyerah berbalik arah begitu saja sob, Anepun tetap masuk kedalam area dan bertanya kepada penjaga keamanannya apakah museum ini buka atau tidak. Dari pernyataan beliau cukup membuat Ane lega kalau museum ini buka. Cuman dia bilang kalau Ane harus menunggunya sebentar. Oke, Ane yang tak keberatan pun menunggunya. Dari gelagatnya Pak Satpam tersebut sedang menelpon seseorang. Benar saja setelah di telpon, muncullah seorang pria laki - laki yang tampak masih muda dari salah satu gedung. Gedung tersebut tak lain dan tak bukan adalah sebuah kantor. "Mas Yopi", begitulah dia memperkenalkan namanya kepada Ane. Orangnya ramah dan dengan sabarnya beliau menjawab setiap pertanyaan yang Ane ajukan.
Sebelumnya dia minta ma'af kalau museum ini dalam keadaan tertutup. Dia menjelaskan kenapa museum ini selalu dalam keadaan tertutup. Pertama karena pengunjungnya masih sepi paling yang berkunjung perharinya tak sampai 10 pengunjung. Jadi begitu tiba disini, pengunjung bisa menghubungi beliau secara langsung. Alasan kedua adalah museum ini dekat dengan air laut sehingga angin yang berhembus adalah angin laut sehingga angin ini bisa menimbulkan dampak yang buruk bagi museumnya salah satu contohnya bisa membuat karat besi dengan cepat. Eow iya sob, museum ini terdiri dari 4 lantai dengan setiap lantainya dihubungkan dengan tangga yang memiliki pegangan berupa bijih besi. Begitupula dengan koleksinya yang kebanyakan berasal dari bahan besi. Dari kesemuanya itu point yang terakhir inilah menurut Ane yang paling masuk akal.
|
|
Banyak koleksi yang ada disini berkenaan dengan kegiatan pembuatan peta sob sehingga menghasilkan gambar yang bagus. Lalu dimanakah tempat yang menerangkan gumuk pasirnya? ternyata ada di tempat lain. Ane kira awalnya museum ini memiliki jembatan penyeberangan antara gedung yang satu dengan yang lainnya, tapi dugaan Ane salah. Jembatan yang Ane duga tersebutlah lorong pengetahuan tentang gumuk pasir berada. Lorong ini juga ada kaitannya dengan konsep bangunan museumnya itu sendiri lho sob.
Sederhananya begini, bentuk bangunan museum ini mempunyai filosofi seperti terjadinya gumuk pasir. Museumnya diibaratkan sebagai gunung Merapi, nah lorong pengetahuannya diibaratkan dengan sungainya. Sedangkan bangunan paling belakang diibaratkan muaranya. Jadilah bangunan tersebut mempunyai bentuk yang unik sekaligus mengandung filosofi yang unik pula.
Mungkin dalam hati sobat bertanya - tanya, "bagaimanakah terjadinya gumuk pasir yang selama ini kita dengar?" sebagai contoh Gumuk Pasir yang terhampar di sepanjang Pantai Parangtritis hingga Pantai Depok
.
Jadi begini sob, berdasarkan penjelasan yang Ane baca dari lorong pengetahuan bahwa proses terbentuknya gumuk pasir di Parangtritis berawal dari Gunung Merapi yang mengalami erupsi atau mengeluarkan material vulkanik. Material tersebut dapat berupa awan panas beserta debu, pasir, lahar panas, lahar dingin dan batu - batuan yang mengalir ke sungai - sungai yang berhulu di Merapi seperti sungai Bedok, Boyong, Opak, Gendol, dll. Sungai - sungai yang membawa material vulkanik berkumpul membentuk suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) dan menuju ke muara opak.
Sesampainya di muara, material - material vulkanik tersebut dihantam oleh ombak laut selatan yang menggerus pasir menjadi butiran pasir halus. Deburan ombak ini dapat mengubah pasir menjadi butiran sangat halus berukuran 0,02 mikron sehingga mampu di terbangkan oleh angin dengan kecepatan 2 m/s.
Aktivitas ombak dalam pembentukan gumuk pasir tidak terhenti sampai disini saja. Pasir halus yang sudah terbentuk tadi kemudian diendapkan menuju ke tepi pantai. Sesampainya di tepi pantai, pasir yang basah tersebut mengalami pengeringan secara terus - menerus oleh matahari. Pasir yang kering terbawa tiupan angin menuju daratan.
Pasir yang terbawa angin mengendap di daratan secara terus - menerus. Endapan semakin banyak dan berkembang menjadi gundukan - gundukan pasir. Gundukan inilah yang kemudian disebut sebagai gumuk pasir (bukit pasir). Gumuk pasir yang terbentuk memiliki ciri khas sesuai arah hembusan angin. Adanya bukit karst yang terletak di sebelah timur Parangtritis menyebabkan hembusan angin dari arah tenggara lebih kuat, sehingga pola gumuk pasir menghadap ke arah tenggara.
Lalu apakah setiap gundukan pasir dapat disebut dengan gumuk pasir? oh ternyata tidak sob, berikut syarat pembentukan gumuk pasir:
1. Pantai landai
2. Tersedia pasir sebagai pemasok material
3. Gelombang mampu menghempaskan pasir ke darat
4. Arus sepanjang pantai kuat, beda air pasang dan surut cukup besar
5. Ada perbedaan tegas antara musim kemarau dengan musim hujan.
Sekarang sudah tahu kan sob mengenai gumuk pasir?
Seusai membaca - baca tentang gumuk pasir, Ane balik badan menuju lokasi museumnya kembali. Masih di lantai 2, disini ada beberapa alat yang ditampilkan salah satu yang masih Ane ingat adalah B8S yang mempunyai fungsi untuk flotting secara fotogrametris dari hasil pengamatan menggunakan PUG. Hasil dari proses ini berupa peta manuskrip.
B8S |
Di tengah - tengah perjalanan, Mas Yopi bilang kalau isi yang ada museum ini nantinya akan di ubah. Contohnya saja di lantai 1 ini dimana tak hanya menampilkan keadaan pesisir Bantul saja, tetapi juga lebih luas keadaan alam pesisir Indonesia atau bahkan dunia. Ane sebagai pengunjung hanya berharap semoga rencana itu terlaksana dengan baik dan bukan hanya sebatas wacana saja.
Masih ada dua lantai lagi yang belum Ane datangi. Mas Yopi mengatakan kalau di lantai 3 khusus menampilkan tentang batu - batuan dan lantai 4 bisa melihat birunya air laut. Jadi di lantai 4 ini berfungsi layaknya sebuah menara pandang. Dengan dikatakannya demikian membuat Ane mearasa cukup dan cukup sudah perjalanan Ane di Museum Gumuk Pasir ini. Ane sudah memberitahukan koleksi - koleksi yang ada di Lantai 1 dan 2, sekarang giliran sobat buat mengeksplorer lantai 3 dan 4. Gimana, penasarankah?
Bagi sobat yang masih penasaran dan belum tahu lokasi persisnya, berikut gambaran rute menuju lokasi museumnya:
Dari Kota Yogyakarta tepatnya di perempatan lampu merah Pojok Beteng Wetan, bergeraklah ke arah selatan melalui Jl. Parangtritis hingga bertemu perempatan jalan antara Jl. Parangtritis dengan Jl. Ringroad Selatan. Dari sini masih lurus lagi ke arah selatan melalui Jl. Parangtritis dan melewati sebuah pertigaan lampu merah dan tiga buah perempatan lampu merah hingga Gerbang masuk (TPR) Kawasan Pantai Parangtritis. Tepat di depan TPR ini ada sebuah belokan yang mengarah ke arah kanan (barat) searah menuju Pantai Depok. Belok ke jalan tersebut hingga Gerbang masuk (TPR) Kawasan Pantai Depok. Tepat di depan TPR ini ada sebuah jalan yang mengarah ke kiri (timur). Nah, beloklah ke jalan tersebut dan tak lama lagi sampailah sobat di tempat yang sobat maksud.
Sebenarnya ada jalan lain menuju kesini sob, dari TPR Pantai Parangtritis masuk aja ke arah Pantai Parangtritis. Sebelum menemukan tikungan, sobat akan melihat sebuah masjid di kanan (barat) jalan. Tepat di samping kiri (selatan) masjid ada belokan jalan yang mengarah ke barat. Beloklah kedalam jalan tersebut, walaupun jalannya cukup kecil namun sudah beraspal. Ikutilah jalan ini dan sekitar kurang lebih 7 menit sampailah sobat di tempat yang sobat maksud.
Jam buka museum:
Senin - Jumat : 8 pagi - 4 sore
Sabtu dan minggu : libur
Eow iya sob, Museum Gumuk Pasir ini sangat dekat lho dengan Pantai Depok. So, bila sobat berkunjung ke Pantai Depok bisa langsung tuh berkunjung kesini.
Waktu ke Gumuk Pasir aku gak masuk ke museumnya, cuma berpanas-panasan ria di gumuk dan gosong ahah
BalasHapusHahaha,,, kulitnya malah tambah eksotis kok mas,,,
HapusPernah ada rencana ke sini, tp kok ya buka cuma weekday.
BalasHapusBtw, kemarin ada pameran museum di Jogja City Mall lihat gak mas?
Hahaha,,,
HapusWah enggak mbak Nhe,,, Nggak tahu ew informasinya,,, Ketinggalan dah, hehehe
ada lagi museumnya mas..... top dah...
BalasHapusAda nuw mbak,,,
HapusJogja gitu loh, hahaha
aku pernah kesini! :))
BalasHapusSama, :-)
Hapusharusnya di buat semacam mercusuar yang tinggi gitu soh mas di sini, wahhh pasti ramai wkwkwk... pengen lihat dari atas yang tinggi" kan kerennn.... wah saya cuma lewat aja mas kalo ke sini cari gratisan hehe pizzz
BalasHapusIya ya mas ya?
HapusSilahkan mas lihat dari atas,,, Hahaha, hidup gratisan mas Angki, :-)