Apa yang terlintas pertama kali di benak sobat ketika mendengar kata Kotagede? tempatnya pembuatan kerajinan perak, tempatnya Raja - Raja Mataram dimakamkan, atau malah ada yang sudah tahu kalau di Kotagede ini punya makanan khas yang bernama Kipo? (bukan kepo lho ya). Nah, anggapan tersebut memang benar adanya, tapi tahu tidak sob kalau di Kotagede ini juga punya makanan khas kelas dunia yang patut untuk di coba lho, apa itu? Cokelat Monggo yang terletak di Jl. Dalem KG III/978, RT. 043, RW. 10, Kelurahan Purbayan, Kotagede, Yogyakarta.
Dari namanya saja sudah kelihatan ya sob, kalau cokelat ini berasal dari daerah jawa. "Monggo" sendiri adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa jawa dan mempunyai makna "silahkan". Misalnya nieh ya sobat kedatangan tamu dari luar, nah ketika sang tamu tersebut sudah berada di depan rumah kita maka kita akan mengatakan kepada sang tamu tersebut dengan kata "Monggo, mang lenggah rumiyen". Kata Monggo disini adalah kata yang mempunyai makna "silahkan".
Ane sendiri tahu tempat ini sudah lama sob, tapi baru 2 bulan kemarin tanggal 28 Maret 2016 Ane mengunjunginya. Memasuki Kawasan Kotagede, di sepanjang jalan Ane melihat berbagai macam toko kerajinan perak yang sedang menjajakan hasil kerajinannya. Jalan tampak ramai ketika memasuki Kawasan Pasar Kotagede. Untuk menemukan lokasi pabrik Cokelat Monggonya, ada dua buah jalan yang dapat Ane lalui dari sini yakni di sebelah kiri (timur) pasar dan sebelah kanan (barat) pasar. Keduanya sama saja, nanti akan bertemu di sebuah persimpangan yang sama. Ane lebih memilih jalan yang sebelah timur saja dan mengikuti jalan ini hingga melewati Kompleks Makam Raja - Raja Mataram Kotagede dan tak lama lagi sampailah Ane di lokasi.
Setelah Ane memakirkan kuda hijau Ane, selanjutnya Ane masuk kedalam. Sudah ada tiga orang pelayan dengan ramah menyambut kedatangan Ane.
Mbaknya : Monggo mas silahkan, mau cari cokelat apa?
Ini ada tasternya mas, kalau mau mencobanya. (sambil
mengulungkan berbagai macam sampel yang siap Ane coba).
Ane : Ma'af mbak, saya mau beli cokelat. Tapi mau lihat proses
produksinya dahulu. Apakah saya bisa memasukinya?
Mbaknya : Eow, mari mas silahkan. Tapi hanya boleh melihat dari luar
sini saja mas. Soalnya kan tempat produksinya agar tetap
terjaga kebersihannya dan tetap steril.
Ane : Eow, gitu tow mbak. Okelah kalau begitu, nggak apa - apa.
Nah inilah sob, sensasi yang berbeda ditawarkan disini. Selain kita membelinya juga bisa melihat proses produksinya secara langsung walaupun hanya dapat menyaksikannya dari luar. Mbaknya dengan ramah menjelaskan kepada Ane proses produksinya dari A sampai z.
Beliau menjelaskan secara garis besar proses produksi cokelat dimulai dari pemilihan biji kakao. Kemudian digiling, di campurkan bahan lain, di giling lagi dan proses selanjutnya di lakukan proses conching dan tempering. Dari sekian proses yang ada, Ane tertarik pada proses temperingnya sob, kenapa cokelat dilakukan proses tempering pada suhu antara 29,5 derajat celcius sampai 43,8 derajat celcius? ternyata setelah Ane bertanya kepada beliau, beliau menjawab kalau cokelat haruslah dilakukan proses tempering pada suhu tersebut supaya didapatkan hasil cokelat yang optimal mempunyai cita rasa dan tekstur yang dapat tahan lama.
Setelah semua proses dilakukan, proses selanjutnya adalah di cetak dan kemudian di kemas dan kini Cokelat Monggo siap di distribusikan ke berbagai tempat di Indonesia.
Dari keterangan beliau juga dapat Ane informasikan kalau Pabrik Cokelat Monggo ini berdiri pada tahun 2005 yang didirikan oleh pria berkebangsaan Belgia. Ketika itu pria ini kecewa dengan kualitas cokelat yang tersedia di toko - toko di Indonesia yang notabene sebagai negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia. Beliau akhirnya memutuskan untuk membuat cokelat dengan cita rasa Belgia walaupun dengan sumber daya yang terbatas. "Lho kok bukan putra daerah ya sob yang mempunyai gagasan seperti itu?", Ah ntahlah.
Tahap demi tahap akhirnya berdirilah sebuah pabrik yang dapat kita saksikan seperti sekarang ini.
Puas melihat - lihat proses produksinya dan sekaligus foto - foto, selanjutnya pandangan Ane tertuju pada semua cokelat yang di pajang di gerai outletnya. Cokelat ini benar - benar cokelat yang mengusung tema jawa lho sob, soalnya tuh ya di setiap bungkusnya tergambar dengan jelas tokoh - tokoh pewayangan seperti Semar, Petruk, Bagong, ataupun gambar khas jawa lainnya seperti Candi Borobudur dan becak.
Eh, ada lagi nieh sob keunikan yang terjadi pada cokelat ini yakni pada bentuknya. Kalau bentuk cokelat yang kita kenal kebanyakan di toko - toko kan bentuknya kotak, atau nggak setengah lingkaran memanjang. Nah, disini tuh ada berbagai macam bentuk cokelat yang di pajang, ada yang bentuknya menyerupai buah kakao yang masih belum diolah, ada yang bentuknya seperti sepatu yang dipakai bak seorang puteri, dan bahkan ada juga cokelat yang menyerupai tas wanita. Ane awalnya nggak percaya sob kalau berbagai bentuk tersebut adalah cokelat, setelah tak perhatikan dengan seksama ternyata benar kalau berbagai macam bentuk tersebut adalah cokelat. Keren!
Hmmm, benar - benar unik bukan?
Di penghujung akhir kunjungan Ane, Ane ditawari untuk merasakan tasternya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk beli cokelat seperti apa yang hendak akan Ane bawa pulang. Rasanya sieh agak pahitan dikit sob, tapi lebih nikmat bila dibandingkan dengan cokelat - cokelat yang ada di toko - toko lainnya. Cukup satu saja Ane merasakannya, tapi mbaknya dengan ramah menawarinya kalau Ane bisa merasakan lagi tasternya. Anepun menolaknya, sebenarnya Ane pun masih mau sob, cuman malu masa makan banyak kok gratisan, hahaha.
Berbagai pilihan cokelat kini ada di depan mata Ane. Ada cokelat Greentea, Orange Peel, Nutmeg, Ginger, Milk, Red Chili, Cocoa Nils, dan dark cocoa dengan kemasan tablet 80 gram. Sementara cokelat yang lain ada rasa durian, strawberry, Caramello, Paraline, dark 58% kakao dengan kemasan 40 gram.
Mbaknya menjelaskan kalau di setiap bungkus tertera kandungan persen cokelat yang berbeda - beda ada yang 33%, 58%, 41%, dan adapula yang 69%. Semakin tinggi persennya, maka semakin tinggi pula cokelat yang terkandung di dalamnya dan tentu dengan begitu akan semakin lezat donk cokelat tersebut.
Semuanya sungguh menarik dan cukup menggoda Ane untuk membelinya. Tapi sadar diri donk Ane, sebagai anak kost tentu tidak mungkin kan kalau semuanya Ane beli. Secara, harga cokelat kan bukanlah seharga kita membeli kerupuk ataupun tempe walaupun beratnya kurang lebih sama. Maka dari itu dengan menimbang - nimbang cokelat mana yang akan Ane beli akhirnya pilihan Ane jatuh pada kedua macam cokelat yaitu Red Chili 80 gram seharga 35k dan dark 58% cocoa 40 gram seharga 18k.
Dengan membayarnya seharga 53k, kini Ane dapat menikmati cita rasa cokelat yang ditawarkannya. Setelah tak bawa pulang dan kemudian Ane rasakan cokelat yang Ane beli tersebut, pada cokelat Dark 58% cocoa mempunyai cita rasa yang nikmat seperti yang Ane rasakan pada taster di outletnya. Sedangkan pada red chilinya tak kalah nikmatnya, tapi sob selain pahit juga timbul rasa yang agak pedas,namun tak sepedas kau menolak cintaku atau memutuskanku, tapi cenderung lebih pedas - pedas nikmat. Rasa itu timbul serasa dari bagian butir - butiran kecil yang ada didalamnya. Jadi rasanya itu tidak sehalus cokelat pada umumnya. Pokoknya 2 kata deh sob buat cokelat ini, "wuenak tenan, le leduk". Untuk itu tak kasih
Nah, buat sobat yang penasaran dengan cokelat ini, bisa langsung berkunjung ke tempat ini atau nggak beli di toko - toko terdekat sobat. Yang penting ada merk yang bertuliskan "Cokelat Monggo". Woke, dah sampai sini dulu ya sob cerita Ane mengenai cokelat ini. Dan buat sobat yang ingin pergi kesini namun belum tahu caranya lewat mana, berikut gambaran rutenya.
Cokelat Monggo ini terletak tidak jauh dari Terminal Bus Giwangan. Dari Terminal Bus Giwangan, tinggal lurus saja ke arah utara hingga sobat menemukan pertigaan lampu merah dengan jalan yang cukup besar pertemuan antara Jalan Pramuka dengan Jalan Tegal Gendu. Nah, dari sini beloklah ke arah kanan (timur) melalui Jalan Tegal Gendu hingga menemukan Pasar Kotagede. Sebelum Pasar Kotagede, ada sebuah jalan mengarah ke arah kanan (selatan). Beloklah ke jalan tersebut lurus saja melewati Kompleks Makam Raja - raja Mataram Kotagede dan Masjid Agung Kotagede dan tak lama lagi sobat akan menjumpai outlet Cokelat Monggo ini yang terletak agak masuk di sebelah kiri (timur) jalan.
Jam buka Cokelat Monggo: Setiap hari dari jam 8 pagi sampai 5 sore.
Kalau ingin melihat proses produksinya, berkunjunglah ketika waktu di pagi hari.
Dari namanya saja sudah kelihatan ya sob, kalau cokelat ini berasal dari daerah jawa. "Monggo" sendiri adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa jawa dan mempunyai makna "silahkan". Misalnya nieh ya sobat kedatangan tamu dari luar, nah ketika sang tamu tersebut sudah berada di depan rumah kita maka kita akan mengatakan kepada sang tamu tersebut dengan kata "Monggo, mang lenggah rumiyen". Kata Monggo disini adalah kata yang mempunyai makna "silahkan".
Ane sendiri tahu tempat ini sudah lama sob, tapi baru 2 bulan kemarin tanggal 28 Maret 2016 Ane mengunjunginya. Memasuki Kawasan Kotagede, di sepanjang jalan Ane melihat berbagai macam toko kerajinan perak yang sedang menjajakan hasil kerajinannya. Jalan tampak ramai ketika memasuki Kawasan Pasar Kotagede. Untuk menemukan lokasi pabrik Cokelat Monggonya, ada dua buah jalan yang dapat Ane lalui dari sini yakni di sebelah kiri (timur) pasar dan sebelah kanan (barat) pasar. Keduanya sama saja, nanti akan bertemu di sebuah persimpangan yang sama. Ane lebih memilih jalan yang sebelah timur saja dan mengikuti jalan ini hingga melewati Kompleks Makam Raja - Raja Mataram Kotagede dan tak lama lagi sampailah Ane di lokasi.
Setelah Ane memakirkan kuda hijau Ane, selanjutnya Ane masuk kedalam. Sudah ada tiga orang pelayan dengan ramah menyambut kedatangan Ane.
Mbaknya : Monggo mas silahkan, mau cari cokelat apa?
Ini ada tasternya mas, kalau mau mencobanya. (sambil
mengulungkan berbagai macam sampel yang siap Ane coba).
Ane : Ma'af mbak, saya mau beli cokelat. Tapi mau lihat proses
produksinya dahulu. Apakah saya bisa memasukinya?
Mbaknya : Eow, mari mas silahkan. Tapi hanya boleh melihat dari luar
sini saja mas. Soalnya kan tempat produksinya agar tetap
terjaga kebersihannya dan tetap steril.
Ane : Eow, gitu tow mbak. Okelah kalau begitu, nggak apa - apa.
Nah inilah sob, sensasi yang berbeda ditawarkan disini. Selain kita membelinya juga bisa melihat proses produksinya secara langsung walaupun hanya dapat menyaksikannya dari luar. Mbaknya dengan ramah menjelaskan kepada Ane proses produksinya dari A sampai z.
Beliau menjelaskan secara garis besar proses produksi cokelat dimulai dari pemilihan biji kakao. Kemudian digiling, di campurkan bahan lain, di giling lagi dan proses selanjutnya di lakukan proses conching dan tempering. Dari sekian proses yang ada, Ane tertarik pada proses temperingnya sob, kenapa cokelat dilakukan proses tempering pada suhu antara 29,5 derajat celcius sampai 43,8 derajat celcius? ternyata setelah Ane bertanya kepada beliau, beliau menjawab kalau cokelat haruslah dilakukan proses tempering pada suhu tersebut supaya didapatkan hasil cokelat yang optimal mempunyai cita rasa dan tekstur yang dapat tahan lama.
Tuh kan, bener kan sob? |
Bentuk cokelat ketika masih dalam kedaan cair |
Dari keterangan beliau juga dapat Ane informasikan kalau Pabrik Cokelat Monggo ini berdiri pada tahun 2005 yang didirikan oleh pria berkebangsaan Belgia. Ketika itu pria ini kecewa dengan kualitas cokelat yang tersedia di toko - toko di Indonesia yang notabene sebagai negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia. Beliau akhirnya memutuskan untuk membuat cokelat dengan cita rasa Belgia walaupun dengan sumber daya yang terbatas. "Lho kok bukan putra daerah ya sob yang mempunyai gagasan seperti itu?", Ah ntahlah.
Tahap demi tahap akhirnya berdirilah sebuah pabrik yang dapat kita saksikan seperti sekarang ini.
Puas melihat - lihat proses produksinya dan sekaligus foto - foto, selanjutnya pandangan Ane tertuju pada semua cokelat yang di pajang di gerai outletnya. Cokelat ini benar - benar cokelat yang mengusung tema jawa lho sob, soalnya tuh ya di setiap bungkusnya tergambar dengan jelas tokoh - tokoh pewayangan seperti Semar, Petruk, Bagong, ataupun gambar khas jawa lainnya seperti Candi Borobudur dan becak.
Di pilih, di pilih |
Serasa ingin naik, :-) |
Sepatunya terlihat menggoda buat di makan |
Di penghujung akhir kunjungan Ane, Ane ditawari untuk merasakan tasternya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk beli cokelat seperti apa yang hendak akan Ane bawa pulang. Rasanya sieh agak pahitan dikit sob, tapi lebih nikmat bila dibandingkan dengan cokelat - cokelat yang ada di toko - toko lainnya. Cukup satu saja Ane merasakannya, tapi mbaknya dengan ramah menawarinya kalau Ane bisa merasakan lagi tasternya. Anepun menolaknya, sebenarnya Ane pun masih mau sob, cuman malu masa makan banyak kok gratisan, hahaha.
Berbagai pilihan cokelat kini ada di depan mata Ane. Ada cokelat Greentea, Orange Peel, Nutmeg, Ginger, Milk, Red Chili, Cocoa Nils, dan dark cocoa dengan kemasan tablet 80 gram. Sementara cokelat yang lain ada rasa durian, strawberry, Caramello, Paraline, dark 58% kakao dengan kemasan 40 gram.
Mbaknya menjelaskan kalau di setiap bungkus tertera kandungan persen cokelat yang berbeda - beda ada yang 33%, 58%, 41%, dan adapula yang 69%. Semakin tinggi persennya, maka semakin tinggi pula cokelat yang terkandung di dalamnya dan tentu dengan begitu akan semakin lezat donk cokelat tersebut.
Semuanya sungguh menarik dan cukup menggoda Ane untuk membelinya. Tapi sadar diri donk Ane, sebagai anak kost tentu tidak mungkin kan kalau semuanya Ane beli. Secara, harga cokelat kan bukanlah seharga kita membeli kerupuk ataupun tempe walaupun beratnya kurang lebih sama. Maka dari itu dengan menimbang - nimbang cokelat mana yang akan Ane beli akhirnya pilihan Ane jatuh pada kedua macam cokelat yaitu Red Chili 80 gram seharga 35k dan dark 58% cocoa 40 gram seharga 18k.
Dengan membayarnya seharga 53k, kini Ane dapat menikmati cita rasa cokelat yang ditawarkannya. Setelah tak bawa pulang dan kemudian Ane rasakan cokelat yang Ane beli tersebut, pada cokelat Dark 58% cocoa mempunyai cita rasa yang nikmat seperti yang Ane rasakan pada taster di outletnya. Sedangkan pada red chilinya tak kalah nikmatnya, tapi sob selain pahit juga timbul rasa yang agak pedas,
Jempol |
Cokelat Monggo ini terletak tidak jauh dari Terminal Bus Giwangan. Dari Terminal Bus Giwangan, tinggal lurus saja ke arah utara hingga sobat menemukan pertigaan lampu merah dengan jalan yang cukup besar pertemuan antara Jalan Pramuka dengan Jalan Tegal Gendu. Nah, dari sini beloklah ke arah kanan (timur) melalui Jalan Tegal Gendu hingga menemukan Pasar Kotagede. Sebelum Pasar Kotagede, ada sebuah jalan mengarah ke arah kanan (selatan). Beloklah ke jalan tersebut lurus saja melewati Kompleks Makam Raja - raja Mataram Kotagede dan Masjid Agung Kotagede dan tak lama lagi sobat akan menjumpai outlet Cokelat Monggo ini yang terletak agak masuk di sebelah kiri (timur) jalan.
Jam buka Cokelat Monggo: Setiap hari dari jam 8 pagi sampai 5 sore.
Kalau ingin melihat proses produksinya, berkunjunglah ketika waktu di pagi hari.
Hmmm, kakao itu tanaman impor yg awalnya diperkenalkan oleh Spanyol di Sulawesi. Kemudian setelah itu Belanda baru mengambil alih. Jadinya, bangsa kita nggak punya budaya lokal yang erat dengan tanaman kakao dan produknya coklat.
BalasHapusEow gituw, terima kasih mas atas pencerahannya,,, :-)
HapusUntung saja disini yang di bahas Cokelat Monggonya, bukan kakaonya,,,
Kalau ngebahas kakaonya bisa di sekak nieh ama mas, hehehe :-)
Waah, ternyata di pabriknya juga jual toh. Baru tau.
BalasHapusSeringnya kalau ke Jogja beli coklat monggo di swalayan. Bisa banget nih ke tempat ini kalau pas main2 ke Jogja lagi. Thank you mas informasinya :D
Iya mbak, ada kok di pabriknya...
HapusSami - sami mbak Nhe, :-)
wah jadi pengen neh nyobain coklat monggo...
BalasHapuseh itu ada juga lemon grass coklat ya mas...wah penasaran dengan coklat rasa sereh..he he he
Hah, kayaknya nggak ada mbak,,, tapi banyak variannya kok disana,,, Mungkin ada kali kalau rasa sereh,,, silahkan di coba mbak, :-)
Hapusdari dulu penasaran dengan coklal monggo, pernah liat liputannya di tv
BalasHapusBisa beli di toko atau minimarket terdekat kok mas, ini sudah di jual dimana - mana, :-)
Hapus