Tak berlebihan jika Ane katakan demikian sob, soalnya memang untuk mendapatkannya sendiri para pengunjung termasuk Ane harus rela mengantri hingga berpuluh - puluh menit bahkan bisa saja 1 sampai 2 jam. Cilok Gajahan ini terletak di salah satu sudut Kawasan Alun - alun Selatan Yogyakarta.
Jangan bayangkan kalau Cilok ini di jual oleh sang penjualnya semacam di warung, restoran, atau bahkan di cafe ya sob tetapi Sang Penjual hanya menjualnya menggunakan gerobak dorong. Beruntung Ane tak perlu mengantri dalam waktu yang cukup lama karena sebelum penjualnya datang, Ane pun sudah datang duluan. Sobat sangka berarti Ane langsung dapat antrian pertama? Eits, no no no, karena sebelum Ane datang sudah ada beberapa calon pembeli yang sedang menunggu.
Antrian seperti ini mengingatkanku ketika Ane membeli Gudeg Permata Bu Pujo. Bedanya, kalau di Gudeg Permata Bu Pujo di kasih nomor antrian, disini tidak. Secara penampilan bentuk ciloknya sama seperti cilok pada umumnya. Bentuknya bulat - bulat menyerupai bentuk bakso namun lebih kecil. Cilok di bungkus satu - persatu menggunakan plastik sesuai dengan permintaan para pembelinya, ada yang minta 5 ribuan adapula yang minta 10 ribuan.
Awalnya yang mengantri cuman sedikit, tapi lama - kelamaan banyak juga. Sebenarnya antrian yang panjang tak masalah bila setiap orangnya beli satu atau dua bungkus. Tapi yang menjadi masalah adalah per orangnya tak hanya beli satu atau dua bungkus saja namun lebih dari itu bahkan ada yang pesan sampai 7 bungkus, Gilaaakkk. Ane sendiri hanya beli 3 bungkus saja, dan setiap bungkusnya di hargai 5k saja.
Ada sebuah cerita nieh sob, cerita lucu sekaligus menjengkelkan bagi kita sebagai pembeli yang sudah lama nunggu antrian. Ada seorang ibu - ibu yang langsung aja "ngesuk - ngesuk" di tengah - tengah kerumunan para pengunjung yang lain. Ibu ini bawa seorang anak yang masih kecil, ew dengan PeDenya minta didahulukan daripada pengunjung yang lainnya. Alasannya tahu tidak sob, apa? karena anaknya menangis. Lho setahu kita sebelum datang tuh anak sudah menangis, lakok disini dijadikan modus. Ah nggak bener ini, tapi bapaknya cukup adil dengan entengnya bapaknya bilang kalau kita yang sedang mengantri juga inginnya cepat - cepat dan minta didahulukan. Ane salut dengan bapaknya, prinsipnya siapa yang datang duluan, dialah yang akan segera mendapatkannya. Ane mah hanya tersenyum kecil saja, soalnya tuh pengunjung ibu - ibu reseh sieh, hahaha.
Awalnya yang mengantri cuman sedikit, tapi lama - kelamaan banyak juga. Sebenarnya antrian yang panjang tak masalah bila setiap orangnya beli satu atau dua bungkus. Tapi yang menjadi masalah adalah per orangnya tak hanya beli satu atau dua bungkus saja namun lebih dari itu bahkan ada yang pesan sampai 7 bungkus, Gilaaakkk. Ane sendiri hanya beli 3 bungkus saja, dan setiap bungkusnya di hargai 5k saja.
Ada sebuah cerita nieh sob, cerita lucu sekaligus menjengkelkan bagi kita sebagai pembeli yang sudah lama nunggu antrian. Ada seorang ibu - ibu yang langsung aja "ngesuk - ngesuk" di tengah - tengah kerumunan para pengunjung yang lain. Ibu ini bawa seorang anak yang masih kecil, ew dengan PeDenya minta didahulukan daripada pengunjung yang lainnya. Alasannya tahu tidak sob, apa? karena anaknya menangis. Lho setahu kita sebelum datang tuh anak sudah menangis, lakok disini dijadikan modus. Ah nggak bener ini, tapi bapaknya cukup adil dengan entengnya bapaknya bilang kalau kita yang sedang mengantri juga inginnya cepat - cepat dan minta didahulukan. Ane salut dengan bapaknya, prinsipnya siapa yang datang duluan, dialah yang akan segera mendapatkannya. Ane mah hanya tersenyum kecil saja, soalnya tuh pengunjung ibu - ibu reseh sieh, hahaha.
Walaupun pembelinya banyak, hanya seorang dirilah bapaknya melayani para pembelinya. Tampak cucuran keringat membasahi wajahnya. Dengan lihainya beliau membungkusnya satu - persatu, Sebelum dimasukkan kedalam plastik, cilok yang ada di wadah direbus dulu sekitar 5 menit. Bangga rasanya bisa mendapatkan cilok yang Ane inginkan, seperti menjadi pemenang. bagaimana tidak bangga, lawong diantara berpuluh - puluh orang, Ane termasuk salah satu yang mendapatkannya dan tak perlu mengantri lama pula hanya sekitar 30 menitan saja.
Kayak antri sembako |
Setelah mendapatkannya, selanjutnya Ane rasakan donk. Bagaimanakah dengan rasanya? hmmm, menurut Ane biasa aja sob sama seperti rasa cilok kebanyakan. Tapi ada rasa yang membuat Ane berbeda yakni rasa pedas sambalnya yang cukup mantab. Mungkin bumbu dari cilok inilah para pembeli rela untuk mengantri.
Jam buka Cilok Gajahan ini dari jam 3 hingga 6 sore. Tutupnya bukan karena apa - apa ya sob, tetapi karena dalam waktu 3 jam biasanya cilok ini sudah ludes habis terjual, padahal bapaknya bawa banyak. Bila sobat penasaran dengan cilok ini, sobat bisa langsung menuju ke Alun - alun Selatan Kota Jogja dan biasanya cilok ini mangkal di salah satu sudut kawasan Alun - alun dekat dengan gapura. Saking enaknya untuk menemukan cilok ini, untuk kali ini Ane tak menyertakan gambaran rutenya ya sob.
Kalau sudah ketemu, selamat mengantri. Sampai jumpa!
Ada yang mau? |
Kalau sudah ketemu, selamat mengantri. Sampai jumpa!
edan mas...segitu lamanya ngantri buat cilok aja, beuh...beuh... boleh tahan yang ngantri ya...he he he...
BalasHapusiya mas, di mana2 kalau ada orang yang nyelip antrian itu buat kesal ya... kita sudah ngantri...eh motong antrian
Hahaha,,, iya mbak Monica,,, aku juga awalnya ya sempat heran kok gitu, gitu lho....
HapusMaklum ibu - ibu mbak,,, upzzz. Mbak Monica juga udah ibu - ibu ya? hehehe pizzzzz a
sebenernya aku ga begitu suka cilok :D.. belum ada yg bener2 enak kalo yg aku coba di jkt sini.. tapi nth ya mas, yg di jogja ini mungkin hrs dicoba juga kali;).. biar bisa tau beda rasanya :)
BalasHapusWuh, jangan tanya mbak,,, coba sekali langsung kepingin lagi,,, :-)
Hapus