Selepas dari Warung Soto Tan Proyek perjalanan kita lanjutkan kembali menuju kesini sob. Jarak antar kedua tempat tersebut tidaklah terlalu jauh sehingga membuat perjalanan kita tak memerlukan banyak waktu. Tapi kita sempat salah jalan, merasa kurang yakin dengan apa yang kita lalui bertanyalah kita pada seorang bapak - bapak yang sedang mencari rumput.
Ane : Nuwun sewu pak, ajeng badhe tanglet," bilih Museum Kayu
Wanagama niku nopo leres nggeh lewat mergi niki?
Permisi Pak, mau tanya," Museum Kayu Wanagama itu apa
benar ya lewat jalan ini?
Bapaknya : Eow salah mas, mase kelewatan. Museum Kayu Wanagama niko
wonten cerak Rest Area (nek teko Jogja setelah jembatan
cerak Rest Area). Nek saking mriki pas sebelum jembatan
mas. Mengke lak wonten dalan ke kiri nah mlebet mawon,
Boten tebih kok saking belokan niku.
Eow salah mas, masnya kelewatan. Museum Kayu Wanagama itu
ada dekat Rest Area (jika datang dari Kota Jogja setelah
jembatan dekat Rest Area). Jika dari sini pas sebelum
jembatan mas. Nanti kan ada jalan ke kiri nah masuk aja,
tidak jauh kok dari belokan itu.
Ane : Berarti mergi nipun mergi tanah nggeh sanes aspal?
Berarti jalannya jalan tanah ya bukan aspal?
Berarti jalannya jalan tanah ya bukan aspal?
Bapaknya : Nggeh leres mas, riyen niko aspal. Nanging sakniki
sampun risak.
Iya benar mas, dahulu itu aspal. Tapi sekarang sudah
rusak.
Iya benar mas, dahulu itu aspal. Tapi sekarang sudah
rusak.
Ane : Eow
Eow
Eow
Bapaknya : Mase saking pundi?
Masnya dari mana?
Masnya dari mana?
Ane : Kulo saking Bantul Pak, celak kaleh Samas
Saya dari Bantul Pak, dekat dengan Samas
Saya dari Bantul Pak, dekat dengan Samas
Bapaknya : Eow, Bantul tow
Eow, Bantul tow
Eow, Bantul tow
Ane : Nggeh mpun Pak. Matur nuwun nggeh!
Ya sudah Pak. Terima kasih ya!
Ya sudah Pak. Terima kasih ya!
Bapaknya : Nggeh mas, sami - sami.
Iya mas, sama - sama.
Iya mas, sama - sama.
Gimana, sudah ganteng kan? |
Monggo pinarak, silahkan duduk |
Tanpa membuang - buang waktu lagi, bergegaslah kita menuju ke museum tersebut. Benar saja kita tak mengetahuinya dengan pasti. La gimana ndak tersesat lawong papan petunjuk saja tak ada dan jalannya ituloh sob bila dilihat dari Jalan Raya Yogyakarta - Wonosari, tak meyakinkan kalau didalam sana ada sebuah bangunan museum. Jalannya berupa jalan tanah dengan sedikit bebatuan yang sudah tak halus lagi. Di samping kanan dan kiri banyak ditumbuhi berbagai macam jenis pepohonan sehingga suasana menjadi sangat sejuk.
Tak ada bangunan apapun disini yang ada hanyalah sebuah bangunan rumah panggung yang Ane kira awalnya bukanlah sebuah museum. Dengan rasa tidak percaya Hanna pun bertanya kepada Ane,"apakah mungkin bangunan tersebut adalah museumnya?". Dengan rasa percaya diri Ane pun memberi jawaban kalau rumah tersebut memang bangunan museum yang daritadi kita cari. Ane sebelumnya cari - cari di internet tentang museum ini dan bangunan rumah tersebut persis dengan apa yang Ane lihat di internet.
Wajar aja sob bila sahabat Ane ini ragu - ragu. Pasalnya bangunan ini terlihat tak seperti bangunan museum pada umumnya yang terbilang bersih, rapi dan terawat dengan baik. Bangunan ini justru tak terlihat secara jelas dari jalan dan terkesan horor seperti bangunan rumah kosong yang sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya. Serem? iya sieh sob cuman kesan berbeda ketika sampai di rumah panggungnya yang terasa nyaman, sejuk, segar dan jauh dari kata serem.
Berdasarkan buku yang Ane dapatkan dari salah satu petugas Museum RS. Mata dr. Yap yang berjudul "Museum di Yogyakarta Jendela Memaknai Peradaban Zaman" bahwa rumah panggung ini awalnya merupakan bekas kantor Ajun Semarang Timur yang dibuat pada tahun 1806 di Kedungjati. Baru pada tahun 1994 bangunan tersebut di pindah ke Wanagama.
Bentuk bangunannya simetris dengan lantai yang terbuat dari kayu, berteras memanjang di sisi depan dan belakang. Namanya saja museum kayu ya sob, di setiap sisinya itu terdapat berbagai macam kayu dengan berbagai bentuk. Ane menduga bahwa kayu - kayu yang ada disini bukanlah kayu yang berumur masih muda, tetapi kayu yang lumayan sudah cukup berumur.
Sudah ada 2 edukator yang berjaga disini yang terdiri dari seorang laki - laki dan perempuan. Beliau dengan ramah menjawab setiap pertanyaan yang kita ajukan, bahkan kita sempat ngobrol dalam waktu yang sangat lama. Belakangan baru Ane ketahui namanya Mas Udin dan Mbak Mega.
Mbak Mega : Mau masuk mas?
Ane : Iya mbak
Mbak Mega : Silahkan mengisi buku tamu dulu ya mas.
Ane : Baik mbak. Mbaknya sendirian?
Mbak Mega : Nggak mas, berdua ama masnya yang ada di dalam.
Ane : Eow
Berdasarkan keterangan dari mereka bahwa koleksi Museum Kayu Wanagama Yogyakarta yang paling tua umurnya adalah dua buah fosil kayu dimana sebuah kayu berjenis kayu ulin dari Riau dan sebuah jenis lainnya berjenis kayu jati dari Imogiri. Fosilnya tampak membatu seperti batu karang. Kedua benda ini menghiasi ruang museum bagian depan.
Masih di bagian depan, disini terdapat sebuah patung berdiri kokoh yang sepertinya menjadi sebuah simbol keberadaan akan Museum Wanagama ini. Patung tersebut adalah Patung Gupala yang terbuat dari kayu sengon berumur kurang lebih 50 tahun. Sedangkan di atas meja terdapat berbagai jenis patung sepasang patung Roro Blonyo dan Jaka Blonyo (dari kayu sawo berasal dari Gunungkidul dan Boyolali). Patung - patung tersebut terpahat dengan indah.
Kita perhatikan satu persatu koleksi yang ada sambil apalagi kalau bukan narsis abisss, :-). Di bagian lain kita menjumpai koleksi berupa kayu - kayu dengan berbagai bentuk. Ada beraneka macam set meja kursi, tempat tidur khas Madura, dan bahkan ada juga kayu yang tidak dibentuk alias di pajang sesuai dengan aslinya. Kayu - kayu yang di pajang disini sepertinya memang sudah berumur cukup lama. Hal ini terlihat dari tampilannya yang sebagian telah di makan oleh hewan kecil pemakan kayu. Sungguh sangat disayangkan!
Selain itu, adapula berbagai perlatan dapur dan pertanian yang di pajang seperti caping gunung, tampah, centong, keranjang, dan lain sebagainya. Khusus caping gunungnya Ane pernah memakainya lho sob, di Museum Tani Jawa Indonesia.
Dengan langkah berhati - hati Ane menuju ke koleksi berikutya, jangan bayangkan lantai ini bisa untuk enjlog - enjlogan ya sob apalagi untuk konser (mustahil), lawong dengan langkah biasa saja kita harus berhati - hati. Maklum lantai yang terbuat dari kayu ini usianya sudah sangat tua apalagi kondisi atap museum yang dalam keadaan bocor tentulah air hujan akan mengikisnya.
Koleksi - koleksi yang ada disini sungguh beragam dan komplit sob. Dari berbagai macam koleksi yang ada, Ane tertarik pada patung - patung binatang yang mirip dengan aslinya. Sebut saja patung sapi dan patung naga. Yang menjadi pertanyaan Ane adalah,"Apakah benar patung - patung tersebut terbuat dari kayu?", pasalnya setelah Ane menyentuhnya, patung - patung tersebut terasa keras dan cenderung sekeras batu.
Fasilitas yang ada disini terbilang cukup minim, selain tak ada penjelasan secara singkat di setiap obyeknya, juga tak ada larangan atau himbauan untuk tidak menyentuhnya. Ane sempat berfikir,"kira - kira apasaja ya yang bisa dilakukan pengunjung terhadap obyek - obyek ini bila berkunjung kesini? Lawong ditulisi peringatan saja masih tetap melanggarnya, apalagi tidak ditulisi seperti ini? Hmmm, salah satu contohnya deh sob seperti yang Ane lakukan berikut ini.
Sesudah mengeksplorer bagian dalam museum, Ane sempatkan berbincang - bincang dengan para edukatornya. Dari sini dapat Ane ketahui bahwa museum ini memang dibiarkan secara natural. Banyak pengunjung yang bertanya mengenai museum ini dan prihatin dengan kedaan museum yang seperti sekarang ini mulai dari lantainya, gentengnya dan fasilitas pendukungnya. Mas Udin mengatakan bahwa Mengenai lantai dan gentengnya, sebenarnya sudah ada niatan untuk memperbaikinya. Sudah ada beberapa perusahaan yang mencoba menawarkan bantuannya, namun sampai sekarang bantuan - batuan tersebut belum juga datang, maka sementara dibiarkan dulu begitu saja.
Beliau juga mengatakan kalau Kedepannya museum ini akan berbenah dan dirancang layaknya sebuah museum. Jalan masuk diperbaiki dan akan di pasang sebuah plank yang menunjukkan ke arah museum tersebut. Anepun ikut medoakannya dan berharap semoga rencana ini cepat terlaksana dan bukan hanya sebatas wacana saja.
Disela - sela kita berbincang - bincang, datanglah tiga pengunjung yang sepertinya seusia dengan kita. Dua orang laki - laki dan seorang perempuan. Dari penampilannya anak - anak muda tersebut bukanlah mau mempelajari sesuatu dari museum ini, melainkan hanya numpang foto - foto saja. Pasalnya berbagai peralatan kamera mereka bawa mulai dari tas kamera, lensa, tripod dan kamera itu sendiri. Dugaan Ane tidak melesat, mereka hanya masuk sebentar untuk mengambil foto, setelah itu keluar dan menghabiskan waktunya jepret - jepret di luar museum.
Langit mulai menghitam, sepertinya akan segera turun hujan. Agar tak kehujanan di jalan, kitapun segera berpamitan dengan para edukatornya Mas Udin dan Mbak Mega, mengucap rasa terima kasih karena sudah bersedia bincang - bincang dengan kita dan sekaligus pamit untuk melanjutkan perjalanan lagi.
Setelah kita dari sini masih ada beberapa destinasi lagi yang akan kita kunjungi salah satunya Embung Nglanggeran. Disini Ane sempat ragu - ragu apakah jadi kesana atau tidak. Namun karena ada dorongan kuat dari sahabat Ane jadilah kita pergi kesana. Bagaimanakah lanjutan ceritanya? tunggu cerita Ane selanjutnya ya sob.
Cara menuju Museum Kayu Wanagama Yogyakarta:
Museum Kayu Wanagama ini letaknya sangat dekat dengan Jl. Raya Yogyakarta - Wonosari. Dari Kota Jogja bergeraklah melalui Jl. Wonosari -) Bukit Bintang (bukit Pathuk) -) Pertigaan Sambipitu -) masih lurus lagi hingga bertemu jembatan yang di samping kirinya terdapat Rest Area. Lurus sedikit kira - kira kurang lebih 45 meter dan lihatlah di sebelah kanan jalan sobat akan menjumpai belokan ke kanan. Walaupun jalannya tak begitu lebar dan berupa jalan tanah, jangan ragu - ragu masuklah kedalam belokan tersebut. Tak lama kemudian sampailah sobat di Museum Kayu Wanagama ini. Letak museumnya berada di sebelah kiri jalan dan menjorok kedalam hutan sejauh 50 meter.
Akan lebih mudah lagi bila sobat datang dari arah Kota Wonosari. Dari Bundaran Siyono bergeraklah ke arah utara melewati sebuah pertigaan lampu merah dan perempatan lampu merah. Lurus lagi hingga sobat menemukan sebuah jembatan yang di samping kanannya terdapat Rest Area. Lihatlah ke kiri, sebelum jembatan ini ada sebuah jalan masuk ke arah kiri. Masuklah kedalam jalan tersebut dan tak lama lagi sampailah sobat di tempat yang sobat maksud.
Berdasarkan informasi yang Ane dapatkan dari para edukatornya, bahwa Jam Buka Museum:
Senin - Kamis: 08.00 - 14.00 WIB
Jum'at : 08.00 - 12.00 WIB
Sabtu : 08.00 - 13.00 WIB
Minggu : Tutup/Libur
Tak ada bangunan apapun disini yang ada hanyalah sebuah bangunan rumah panggung yang Ane kira awalnya bukanlah sebuah museum. Dengan rasa tidak percaya Hanna pun bertanya kepada Ane,"apakah mungkin bangunan tersebut adalah museumnya?". Dengan rasa percaya diri Ane pun memberi jawaban kalau rumah tersebut memang bangunan museum yang daritadi kita cari. Ane sebelumnya cari - cari di internet tentang museum ini dan bangunan rumah tersebut persis dengan apa yang Ane lihat di internet.
Wajar aja sob bila sahabat Ane ini ragu - ragu. Pasalnya bangunan ini terlihat tak seperti bangunan museum pada umumnya yang terbilang bersih, rapi dan terawat dengan baik. Bangunan ini justru tak terlihat secara jelas dari jalan dan terkesan horor seperti bangunan rumah kosong yang sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya. Serem? iya sieh sob cuman kesan berbeda ketika sampai di rumah panggungnya yang terasa nyaman, sejuk, segar dan jauh dari kata serem.
Hijaunya Keadaan pemandangan alam sekitar |
Pahatan yang sempat membuat Ane heran dan sekaligus terkagum - kagum |
Bentuk bangunannya simetris dengan lantai yang terbuat dari kayu, berteras memanjang di sisi depan dan belakang. Namanya saja museum kayu ya sob, di setiap sisinya itu terdapat berbagai macam kayu dengan berbagai bentuk. Ane menduga bahwa kayu - kayu yang ada disini bukanlah kayu yang berumur masih muda, tetapi kayu yang lumayan sudah cukup berumur.
Teras di sisi depan |
Teras di samping sisi kiri |
Teras di samping sisi kanan |
Teras di sisi belakang |
Sudah ada 2 edukator yang berjaga disini yang terdiri dari seorang laki - laki dan perempuan. Beliau dengan ramah menjawab setiap pertanyaan yang kita ajukan, bahkan kita sempat ngobrol dalam waktu yang sangat lama. Belakangan baru Ane ketahui namanya Mas Udin dan Mbak Mega.
Mbak Mega : Mau masuk mas?
Ane : Iya mbak
Mbak Mega : Silahkan mengisi buku tamu dulu ya mas.
Ane : Baik mbak. Mbaknya sendirian?
Mbak Mega : Nggak mas, berdua ama masnya yang ada di dalam.
Ane : Eow
Berdasarkan keterangan dari mereka bahwa koleksi Museum Kayu Wanagama Yogyakarta yang paling tua umurnya adalah dua buah fosil kayu dimana sebuah kayu berjenis kayu ulin dari Riau dan sebuah jenis lainnya berjenis kayu jati dari Imogiri. Fosilnya tampak membatu seperti batu karang. Kedua benda ini menghiasi ruang museum bagian depan.
Ini nieh sob fosil kayu yang Ane maksud |
Kita perhatikan satu persatu koleksi yang ada sambil apalagi kalau bukan narsis abisss, :-). Di bagian lain kita menjumpai koleksi berupa kayu - kayu dengan berbagai bentuk. Ada beraneka macam set meja kursi, tempat tidur khas Madura, dan bahkan ada juga kayu yang tidak dibentuk alias di pajang sesuai dengan aslinya. Kayu - kayu yang di pajang disini sepertinya memang sudah berumur cukup lama. Hal ini terlihat dari tampilannya yang sebagian telah di makan oleh hewan kecil pemakan kayu. Sungguh sangat disayangkan!
Meja dan kursi |
Ranjang tempat tidur |
Tanpa bentuk, di pajang sesuai aslinya |
Caping gunungnya Pak Tani |
Dengan langkah berhati - hati Ane menuju ke koleksi berikutya, jangan bayangkan lantai ini bisa untuk enjlog - enjlogan ya sob apalagi untuk konser (mustahil), lawong dengan langkah biasa saja kita harus berhati - hati. Maklum lantai yang terbuat dari kayu ini usianya sudah sangat tua apalagi kondisi atap museum yang dalam keadaan bocor tentulah air hujan akan mengikisnya.
Tuh atapnya pada bolong, pada percaya kan sob? |
Jadi ini patung terbuat dar kayu apa batu ya? Hmmm |
Cilup ba, ciluuup baaa |
Jangan ditiru, contoh yang tidak baik |
Eh yang moto kelihatan! |
Disela - sela kita berbincang - bincang, datanglah tiga pengunjung yang sepertinya seusia dengan kita. Dua orang laki - laki dan seorang perempuan. Dari penampilannya anak - anak muda tersebut bukanlah mau mempelajari sesuatu dari museum ini, melainkan hanya numpang foto - foto saja. Pasalnya berbagai peralatan kamera mereka bawa mulai dari tas kamera, lensa, tripod dan kamera itu sendiri. Dugaan Ane tidak melesat, mereka hanya masuk sebentar untuk mengambil foto, setelah itu keluar dan menghabiskan waktunya jepret - jepret di luar museum.
Ukirannya bagus - bagus kan sob? |
Ini juga? |
Setelah kita dari sini masih ada beberapa destinasi lagi yang akan kita kunjungi salah satunya Embung Nglanggeran. Disini Ane sempat ragu - ragu apakah jadi kesana atau tidak. Namun karena ada dorongan kuat dari sahabat Ane jadilah kita pergi kesana. Bagaimanakah lanjutan ceritanya? tunggu cerita Ane selanjutnya ya sob.
Cara menuju Museum Kayu Wanagama Yogyakarta:
Museum Kayu Wanagama ini letaknya sangat dekat dengan Jl. Raya Yogyakarta - Wonosari. Dari Kota Jogja bergeraklah melalui Jl. Wonosari -) Bukit Bintang (bukit Pathuk) -) Pertigaan Sambipitu -) masih lurus lagi hingga bertemu jembatan yang di samping kirinya terdapat Rest Area. Lurus sedikit kira - kira kurang lebih 45 meter dan lihatlah di sebelah kanan jalan sobat akan menjumpai belokan ke kanan. Walaupun jalannya tak begitu lebar dan berupa jalan tanah, jangan ragu - ragu masuklah kedalam belokan tersebut. Tak lama kemudian sampailah sobat di Museum Kayu Wanagama ini. Letak museumnya berada di sebelah kiri jalan dan menjorok kedalam hutan sejauh 50 meter.
Akan lebih mudah lagi bila sobat datang dari arah Kota Wonosari. Dari Bundaran Siyono bergeraklah ke arah utara melewati sebuah pertigaan lampu merah dan perempatan lampu merah. Lurus lagi hingga sobat menemukan sebuah jembatan yang di samping kanannya terdapat Rest Area. Lihatlah ke kiri, sebelum jembatan ini ada sebuah jalan masuk ke arah kiri. Masuklah kedalam jalan tersebut dan tak lama lagi sampailah sobat di tempat yang sobat maksud.
Woke? |
Senin - Kamis: 08.00 - 14.00 WIB
Jum'at : 08.00 - 12.00 WIB
Sabtu : 08.00 - 13.00 WIB
Minggu : Tutup/Libur
sayang banget gak terawat begitu. Padahal barang dari kayu bisa mahal. Tapi kalau gak terawat jadinya lapuk
BalasHapusIya mbak, bener banget,,,
Hapusciieeehhhhh foto terkahir pree wedd hehehe pizz eh atau jng" sudah sah ya mas.. asekkkk... oia mas itu serem juga yah museumnya banyak jinnya hehe dijadikan paketan wisata misteri serem juga nih bisa"... mas peta sampeyan kie aku padamu wkwkw... khas jng sampai hilang mas petanya... dikala googlemaps tiada petamu terlalu mahal dan berharga utk disave as mas hehe pizzz thx mas msih diijinkan save as..... bisa" pnya album foto peta mas anis kie aku hehe...
BalasHapusHahaha,,,
HapusSemacam uji nyali gitu ya mas ya?
Silahkan mas kalau mau dijadikan koleksi, hehehe
Sami - sami,,, terima kasih kembali, :-)
*Mas Angki ki bisa aja*
Walah baru tahu kalau ada musium gini di Yogya...sepi banget ya mas? apa setiap hari memang begitu? bisa jdi buat list destinasi kalau ke jogja nih.
BalasHapusIya mas, sepi banget...
HapusPaling kalau ada pengunjung, cuman satu dua aja mas....
Katanya sieh begitu setiap hari,,,,
Silahkan dimasukkan di list destinasi mas, :-)
Museumnya masih terawat ya mas, terhindar dari serangan rayap :o
BalasHapusIya gan,,, Kondisi dan fasilitasnya aja yang kurang
HapusMesti kalo foto ku cuma 1 aja... Sedih deh...😰😰😰ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
BalasHapusHahaha,,,, di syukuri Han, daripada nggak ada :-)
Hapuswahhh menarik banget yah liat museum masi keliatan asli gitu. btw boleh dong mas sy diantar kesanah...
BalasHapusBisa,,, tapi syaratnya ke Jogja dulu ya mas,,, :-)
HapusWah saya baru tau ternyata museum nya sempat tidak terawat ya..saya kesana terakhir november 2016 dan sudah banyak fasilitas tambahan di sekitar bangunan museum.. ada wanagama 1000 selfie ;) banyak spot spot foto yg bagus dan ada wahana jeep yg bisa disewa utk explore lebih jauh ke kawasan hutannya.
BalasHapusAnyway, postingannya bagus dan mengedukasi!
Syukur deh mbak kalau begitu, berarti tujuan saya menulis tercapai, :-)
HapusSupaya saya bercerita seperti ini ya, agar pihak yang terkait peka dan tanggap. Keren, kapan-kapan sepertinya saya harus kesana lagi nieh, :-)
Terimakasih Mbak Arifah Hidayati, sudah berkunjung ke blog ini, :-)