Selepas mengunjungi Museum Gempa Prof. Dr. Sarwidi, Ane arahkan kuda hijau Ane menuju kesini. Ya, museum yang Ane maksud disini adalah Museum Ullen Sentalu yang terletak di Jl. Boyong Km. 25, Kaliurang Barat, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sesampainya disini rupanya sudah ada banyak pengunjung yang datang. Tampak banyak kendaraan yang terparkir di halaman bagian depan mulai dari kendaraan motor, mobil pribadi hingga bus. Sebenarnya selain museum ini berada di Kaliurang yang mempunyai cuaca yang sejuk, ada sebuah alasan kuat sob mengapa Ane kepingin sekali untuk pergi kesini. Ya, Museum Ullen Sentalu ini pernah masuk kedalam 10 besar museum terbaik di Indonesia.
setelah memarkirkan kuda hijau Ane selanjutnya Ane langkahkan kaki menuju ke sebuah loket dimana tiket masuk di jual.
Untuk Wisatawan domestik (dewasa) : 30k, sedangkan untuk anak - anak ( 5 - 16 tahun): 15k. Harga yang berbeda diterapkan untuk wisatawan mancanegara yang harus membayar 50k untuk dewasa dan 30k untuk anak - anak (5 - 16 tahun).
"Ma'af mas, bisa minta tiketnya?", terdengar suara dari sang penjaga pintu masuk saat Ane sedang asyik mengabadikan moment yang penting ini (narsis sob).
Ane tahu nama beliau, Mbak Rina lah namanya. Ane tahu dari sebuah identitas yang beliau kenakan di bagian atas dadanya.
"eow, silahkan mbak", balas Ane sambil memberikan tiket Ane yang baru Ane beli dari loketnya.
"Silahkan tunggu 10 menit lagi ya mas?", jawab beliau sambil menyobek bagian pinggir dari tiket tersebut.
"Baik mbak, ndak masalah", balas Ane sambil mengatur - atur mode yang ada di kamera Ane.
Cukup lama juga Ane menunggunya. Eh tak lama sesaat Ane duduk di bagian belakang meja tempat dimana Mbak Rina duduk, datanglah sebuah rombongan yang Ane perkirakan sekitar 28 orang. Dari pembicaraannya Ane duga rombongan ini adalah rombongan wisatawan yang berasal dari luar Jogja, mereka semua bermuka ala chinese, kulit putih dan terkadang pembicaraannya menggunakan bahasa inggris. Tentu 28 orang ini tidak dipandui oleh seorang pemandu, tetapi rombongan tersebut harus di bagi menjadi 2 kelompok, 1 kelompok berjumlah 15 orang masuk duluan, dan 1 bagian lagi berjumlah 13 orang.
Mbak Rina pun memberitahukan kepada Ane kalau Ane harus ikut ke rombongan yang ini saja. Tanpa fikir panjang Ane pun mengiyakan suruhan tersebut.
Dari sekian banyak museum yang telah Ane datangi di Yogyakarta, barulah kali ini sob Ane tak mengabadikan gambar sedikitpun bersama koleksi yang ada di dalam museum tersebut. Lagi males soalnya, eh bukan dink tapi memang disini peraturannya begitu. Terpampang dengan jelas sebuah backdrop yang melarang bagi siapa saja yang berkunjung untuk memotret/merekam, menyentuh koleksi, dan merokok, makan, serta minum.
Tiket yang Ane beli ini sudah termasuk, tour, pemandu museum, minuman jamu ratu mas, dan parkir gratis. Pantas saja Ane di suruh menunggu ternyata harus di pandu tow untuk memasuki museumnya.
Memasuki pintu masuk museum, Ane bersama 13 orang lainnya dipandu oleh seorang pemandu menyusuri jalan setapak bebatuan menuju ke ruang yang pertama yaitu Goa Selo Giri. Sebelum memasukinya, sang pemandu memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada kita semua. Ingat sieh ama mukanya, tapi lupa sob siapa namanya yang jelas seorang wanita, masih muda dan cantik pula, hehehe. Mau minta no.Hp nya tapi lupa.
Back to topic, memasuki ruangan yang pertama ini kesan pertama yang Ane rasakan adalah suasanya begitu nyaman, sejuk, dan adem karena selama kita mengeksplorernya kita melewati jalan berupa lorong - lorong yang nampak bersih dan jauh dari kata lembab. Di dalam ruangan Goa Selo Giri ini pertama yang Ane lihat adalah sebuah tulisan yang menjelaskan mengenai sejarah dari Museum Ullen Sentalu itu sendiri. Selanjutnya ada seperangkat gamelan, lukisan - lukisan, serta foto - foto keluarga dari keluarga kerajaan Mataram. Tak hanya itu saja, disini juga terdapat silsilah dari kerajaan mataram yang kini pecah menjadi 4 kerajaan diantaranya Kesultanan Yogyakarta, Kasunan Surakarta, Pakualaman, dan Mangkunegaran.
Ada 2 hal yang Ane ingat dari ruangan ini sob, yang pertama mengenai permaisuri raja. Raja pada umumnya mempunyai isteri banyak (termasuk selir). Toh misalkan nggak punya permaisuri, tetapi mempunyai selir yang banyak. Kedua mengenai lukisan yang dimiliki oleh keraton, ada sebuah lukisan yang berupa tiga dimensi dimana pada bagian mata jika kita amati seolah - olah mengikuti gerak - gerik kita.
Keluar dari ruang Goa Selo Giri, selanjutnya kita menuju ke Ruang Kampung Kambang. Antara ruang Goa Selo Giri dengan Kampung Kambang ini dipisahkan oleh ruangan terbuka. Jadi begitu kita keluar dari Ruang Goa Selo Giri, kita melewati ruangan terbuka terlebih dahulu dan kemudian masuk lagi ke Ruang Kampung Kambang.
Sang Pemandu tersebut dengan lincah menjelaskan semua apa - apa yang ada di museum ini sob. Beliau mengatakan kalau yang dimaksud dengan Kampung Kambang adalah tempat yang mengapung. Memang benar, setelah Ane perhatikan dengan seksama tempat - tempat yang ada di ruangan ini seperti mengambang karena di kanan dan kiri ruangan terdapat sebuah got yang cukup lebar dan terlihat cukup menarik.
Di Kampung Kambang sendiri ruangan yang pertama kita datangi adalah Ruang Tineke. Disini isinya ada syair, sajak, dan beberapa surat lainnya. Sementara di ruangan selanjutnya ada Ruang batik. Disini berbagai macam batik di simpan baik corak batik yang berasal dari Kasultanan Yogyakarta maupun Surakarta. Berkunjung ke ruang batik ini mengingatkanku pada beberapa waktu lalu saat Ane mengunjungi Museum Batik, ada sebuah kata dari Sang Pemandu yang sama dengan apa yang dikatakan oleh Sang Pemandu dari Museum Batik Yogyakarta yaitu masalah warna pada batik. perbedaan mendasar pada Batik gaya Yogyakarta dengan gaya surakarta adalah pada warnanya. Pada batik gaya Yogyakarta mempunyai warna latar putih, sedangkan pada batik gaya Surakarta yang cenderung mempunyai warna cokelat keemasan. Selain itu kesan batik gaya Yogyakarta itu terkesan lebih gagah dibandingkan dengan batik gaya Surakarta.
Memasuki ruangan selanjutnya yaitu ruang khusus Gusti Nurul. Gusti Nurul merupakan salah satu puteri keraton yang mempunyai paras yang paling cantik di kerajaan Mataram. saking cantiknya beberapa orang penting di Negeri ini pun tertarik padanya seperti Ir. Soekarno, Sutan Sjahrir dan Sri Sultan HB IX. Tapi Gusti Nurul pun menolaknya, lalu apa alasan beliau kok sampai bertindak seperti itu? ternyata oh ternyata ada sebuah alasan yang kuat mengapa beliau tidak menerima cintanya sob karena beliau tidak ingin di madu. Dia berfikiran kalau seorang pemimpin mempunyai isteri lebih dari satu itu sudah biasa, maka beliau tidak mau hal itu terjadi. Sebagai komitmennya akhirnya beliau menikah dengan seorang tentara bernama Soerjosoejarso. Kan kalau tentara nggak boleh beristri lebih dari satu ya sob? benar juga dia setelah Ane fikir - fikir. Di ruangan ini ada berbagai macam koleksi yang berkaitan dengan beliau sob seperti foto - foto dari dia ketika masih kecil hingga sudah berumur.
Puas menikmati Ruang Gusti Nurul ini, selanjutnya kita melangkahkan kaki keluar. Di tengah - tengah perjalanan kita, Sang Pemandu mempersilahkan kita untuk beristirahat sejenak di sebuah ruangan. Ya, ruangan tersebut bernama Bale Nitik Rengganis. Disini kita diperbolehkan untuk mengambil gambar sesukanya.
Tak hanya sekedar istirahat saja sieh sob, tapi kita juga disuguhkan segelas minuman yang bernama jamu ratu mas. Konon katanya minuman ini hanya di buat disini dan tidak akan ditemukan di tempat lain. Bagaimanakah dengan rasanya? menurut Ane sieh seger seperti jamu. Pokoknya enak deh.
Meninggalkan Ruang Bale Nitik Rengganis, perjalanan kita lanjutkan kembali. Kita harus melewati ruangan terbuka lagi dimana pemandangannya sangat menyejukkan mata dan fikiran. Ada sebuah ruangan lagi yang sangat menarik untuk diketahui. Ruangan tersebut bernama Sasana Sekar Buwana. Disini ada beberapa lukisan yang sangat elok nan anggun, salah satunya lukisan tarian Bedhoyo Ketawang. Lukisan ini di anggap sebagai salah satu tarian yang sakral dalam kerajaan Mataram.
Lalu adalagi tarian yang harus dilakukan oleh 9 orang penari, dan penari - penari tersebut haruslah perawan dan sedang tidak haid. Menariknya disini sob, ketika tarian itu sedang berlangsung, eh ada penari yang ke sepuluh yang datang. Dan tahu tidak sob, siapakah seorang penari tersebut? ternyata Nyai Ratu Roro Kidul. Hi Serem. Tapi beliau di lukis secara samar - samar dan tak terlihat secara jelas.
Lalu di antara rombongan kita ada yang bertanya sob, "bagaimanakah dengan Nyi Blorong?" dan jawaban beliau adalah tidak mengetahuinya. Kalau Nyai Ratu Roro Kidul memang ada, tapi untuk Nyi Blorong beliau mengatakan disini tidak dikenal.
Berakhirnya kunjungan kita di ruangan ini maka berakhir pula kunjungan kita di museum ini. Di tengah - tengah perjalanan kita menuju pulang keluar, Ane tak menyia - nyiakan kesempatan begitu saja sob untuk berfoto di ruangan terbuka lagi karena disinilah spot terakhir kita diperbolehkan untuk mengambil gambar sebanyak - banyaknya.
Keluar menuju museum, Ane pacu kuda hijau Ane menuju ke destinasi selanjutnya. Dimanakah gerangan? di Museum Gunung Merapi Indonesia.
Lalu bagaimanakah dengan sobat yang ingin berkunjung kesini? berikut gambaran rutenya:
Dari Tugu Jogja, bergeraklah ke arah utara melalui Jl. A. Moh. Sangaji dan berlanjut ke Jl. Monjali lurus terus hingga sobat menemukan perempatan lampu merah yang di sebelah barat lautnya ada Monumen Jogja Kembali (Monjali) bentuk bangunannya seperti tumpeng. Dari sini, beloklah ke arah kanan (timur) melalui Jl. Ring road Utara hingga sobat menemukan perempatan lampu merah lagi. Kemudian beloklah ke arah kiri (utara) melalui Jl. Kaliurang hingga di Km. 25 sobat akan bertemu dengan perempatan yang di tengah - tengahnya terdapat Patung (Tugu) Udang. Sebelum sampai di Patung (Tugu) Udang ini, sobat akan menjumpai Gerbang Wisata Kaliurang terlebih dahulu. Dari Patung (Tugu) Udang, Beloklah ke arah kiri, ada pertigaan masih lurus lagi ke arah kanan hingga sobat menemukan sebuah gapura seperti ini. Gapura ini terletak tidak jauh dari gereja.
Beloklah kedalam gapura tersebut dan tak lama lagi sobat akan sampai di Museum Ullen Sentalu ini.
Jam buka Museum Ullen Sentalu berdasarkan papan jadwal yang terpasang di depan loket:
Selasa - Jum'at : 08.30 - 16.00 WIB
Sabtu - Minggu : 08.30 - 17.00 WIB
Senin : Tutup
Tur terakhir : 30 menit sebelum tutup
Sampai jumpa!
setelah memarkirkan kuda hijau Ane selanjutnya Ane langkahkan kaki menuju ke sebuah loket dimana tiket masuk di jual.
Untuk Wisatawan domestik (dewasa) : 30k, sedangkan untuk anak - anak ( 5 - 16 tahun): 15k. Harga yang berbeda diterapkan untuk wisatawan mancanegara yang harus membayar 50k untuk dewasa dan 30k untuk anak - anak (5 - 16 tahun).
Tiket sudah ada di tangan |
Ane tahu nama beliau, Mbak Rina lah namanya. Ane tahu dari sebuah identitas yang beliau kenakan di bagian atas dadanya.
"eow, silahkan mbak", balas Ane sambil memberikan tiket Ane yang baru Ane beli dari loketnya.
"Silahkan tunggu 10 menit lagi ya mas?", jawab beliau sambil menyobek bagian pinggir dari tiket tersebut.
"Baik mbak, ndak masalah", balas Ane sambil mengatur - atur mode yang ada di kamera Ane.
Cukup lama juga Ane menunggunya. Eh tak lama sesaat Ane duduk di bagian belakang meja tempat dimana Mbak Rina duduk, datanglah sebuah rombongan yang Ane perkirakan sekitar 28 orang. Dari pembicaraannya Ane duga rombongan ini adalah rombongan wisatawan yang berasal dari luar Jogja, mereka semua bermuka ala chinese, kulit putih dan terkadang pembicaraannya menggunakan bahasa inggris. Tentu 28 orang ini tidak dipandui oleh seorang pemandu, tetapi rombongan tersebut harus di bagi menjadi 2 kelompok, 1 kelompok berjumlah 15 orang masuk duluan, dan 1 bagian lagi berjumlah 13 orang.
Inilah rombongan yang akan Ane ikuti selama tour sob |
Tiket yang Ane beli ini sudah termasuk, tour, pemandu museum, minuman jamu ratu mas, dan parkir gratis. Pantas saja Ane di suruh menunggu ternyata harus di pandu tow untuk memasuki museumnya.
Memasuki pintu masuk museum, Ane bersama 13 orang lainnya dipandu oleh seorang pemandu menyusuri jalan setapak bebatuan menuju ke ruang yang pertama yaitu Goa Selo Giri. Sebelum memasukinya, sang pemandu memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada kita semua. Ingat sieh ama mukanya, tapi lupa sob siapa namanya yang jelas seorang wanita, masih muda dan cantik pula, hehehe. Mau minta no.Hp nya tapi lupa.
Back to topic, memasuki ruangan yang pertama ini kesan pertama yang Ane rasakan adalah suasanya begitu nyaman, sejuk, dan adem karena selama kita mengeksplorernya kita melewati jalan berupa lorong - lorong yang nampak bersih dan jauh dari kata lembab. Di dalam ruangan Goa Selo Giri ini pertama yang Ane lihat adalah sebuah tulisan yang menjelaskan mengenai sejarah dari Museum Ullen Sentalu itu sendiri. Selanjutnya ada seperangkat gamelan, lukisan - lukisan, serta foto - foto keluarga dari keluarga kerajaan Mataram. Tak hanya itu saja, disini juga terdapat silsilah dari kerajaan mataram yang kini pecah menjadi 4 kerajaan diantaranya Kesultanan Yogyakarta, Kasunan Surakarta, Pakualaman, dan Mangkunegaran.
Ada 2 hal yang Ane ingat dari ruangan ini sob, yang pertama mengenai permaisuri raja. Raja pada umumnya mempunyai isteri banyak (termasuk selir). Toh misalkan nggak punya permaisuri, tetapi mempunyai selir yang banyak. Kedua mengenai lukisan yang dimiliki oleh keraton, ada sebuah lukisan yang berupa tiga dimensi dimana pada bagian mata jika kita amati seolah - olah mengikuti gerak - gerik kita.
Keluar dari ruang Goa Selo Giri, selanjutnya kita menuju ke Ruang Kampung Kambang. Antara ruang Goa Selo Giri dengan Kampung Kambang ini dipisahkan oleh ruangan terbuka. Jadi begitu kita keluar dari Ruang Goa Selo Giri, kita melewati ruangan terbuka terlebih dahulu dan kemudian masuk lagi ke Ruang Kampung Kambang.
Sang Pemandu tersebut dengan lincah menjelaskan semua apa - apa yang ada di museum ini sob. Beliau mengatakan kalau yang dimaksud dengan Kampung Kambang adalah tempat yang mengapung. Memang benar, setelah Ane perhatikan dengan seksama tempat - tempat yang ada di ruangan ini seperti mengambang karena di kanan dan kiri ruangan terdapat sebuah got yang cukup lebar dan terlihat cukup menarik.
Di Kampung Kambang sendiri ruangan yang pertama kita datangi adalah Ruang Tineke. Disini isinya ada syair, sajak, dan beberapa surat lainnya. Sementara di ruangan selanjutnya ada Ruang batik. Disini berbagai macam batik di simpan baik corak batik yang berasal dari Kasultanan Yogyakarta maupun Surakarta. Berkunjung ke ruang batik ini mengingatkanku pada beberapa waktu lalu saat Ane mengunjungi Museum Batik, ada sebuah kata dari Sang Pemandu yang sama dengan apa yang dikatakan oleh Sang Pemandu dari Museum Batik Yogyakarta yaitu masalah warna pada batik. perbedaan mendasar pada Batik gaya Yogyakarta dengan gaya surakarta adalah pada warnanya. Pada batik gaya Yogyakarta mempunyai warna latar putih, sedangkan pada batik gaya Surakarta yang cenderung mempunyai warna cokelat keemasan. Selain itu kesan batik gaya Yogyakarta itu terkesan lebih gagah dibandingkan dengan batik gaya Surakarta.
Memasuki ruangan selanjutnya yaitu ruang khusus Gusti Nurul. Gusti Nurul merupakan salah satu puteri keraton yang mempunyai paras yang paling cantik di kerajaan Mataram. saking cantiknya beberapa orang penting di Negeri ini pun tertarik padanya seperti Ir. Soekarno, Sutan Sjahrir dan Sri Sultan HB IX. Tapi Gusti Nurul pun menolaknya, lalu apa alasan beliau kok sampai bertindak seperti itu? ternyata oh ternyata ada sebuah alasan yang kuat mengapa beliau tidak menerima cintanya sob karena beliau tidak ingin di madu. Dia berfikiran kalau seorang pemimpin mempunyai isteri lebih dari satu itu sudah biasa, maka beliau tidak mau hal itu terjadi. Sebagai komitmennya akhirnya beliau menikah dengan seorang tentara bernama Soerjosoejarso. Kan kalau tentara nggak boleh beristri lebih dari satu ya sob? benar juga dia setelah Ane fikir - fikir. Di ruangan ini ada berbagai macam koleksi yang berkaitan dengan beliau sob seperti foto - foto dari dia ketika masih kecil hingga sudah berumur.
Puas menikmati Ruang Gusti Nurul ini, selanjutnya kita melangkahkan kaki keluar. Di tengah - tengah perjalanan kita, Sang Pemandu mempersilahkan kita untuk beristirahat sejenak di sebuah ruangan. Ya, ruangan tersebut bernama Bale Nitik Rengganis. Disini kita diperbolehkan untuk mengambil gambar sesukanya.
Tak hanya sekedar istirahat saja sieh sob, tapi kita juga disuguhkan segelas minuman yang bernama jamu ratu mas. Konon katanya minuman ini hanya di buat disini dan tidak akan ditemukan di tempat lain. Bagaimanakah dengan rasanya? menurut Ane sieh seger seperti jamu. Pokoknya enak deh.
Minuman Jamu Ratu Mas |
Bale Nitik Rengganis |
Lalu adalagi tarian yang harus dilakukan oleh 9 orang penari, dan penari - penari tersebut haruslah perawan dan sedang tidak haid. Menariknya disini sob, ketika tarian itu sedang berlangsung, eh ada penari yang ke sepuluh yang datang. Dan tahu tidak sob, siapakah seorang penari tersebut? ternyata Nyai Ratu Roro Kidul. Hi Serem. Tapi beliau di lukis secara samar - samar dan tak terlihat secara jelas.
Lalu di antara rombongan kita ada yang bertanya sob, "bagaimanakah dengan Nyi Blorong?" dan jawaban beliau adalah tidak mengetahuinya. Kalau Nyai Ratu Roro Kidul memang ada, tapi untuk Nyi Blorong beliau mengatakan disini tidak dikenal.
Berakhirnya kunjungan kita di ruangan ini maka berakhir pula kunjungan kita di museum ini. Di tengah - tengah perjalanan kita menuju pulang keluar, Ane tak menyia - nyiakan kesempatan begitu saja sob untuk berfoto di ruangan terbuka lagi karena disinilah spot terakhir kita diperbolehkan untuk mengambil gambar sebanyak - banyaknya.
Cukup satu aja ah |
Lalu bagaimanakah dengan sobat yang ingin berkunjung kesini? berikut gambaran rutenya:
Dari Tugu Jogja, bergeraklah ke arah utara melalui Jl. A. Moh. Sangaji dan berlanjut ke Jl. Monjali lurus terus hingga sobat menemukan perempatan lampu merah yang di sebelah barat lautnya ada Monumen Jogja Kembali (Monjali) bentuk bangunannya seperti tumpeng. Dari sini, beloklah ke arah kanan (timur) melalui Jl. Ring road Utara hingga sobat menemukan perempatan lampu merah lagi. Kemudian beloklah ke arah kiri (utara) melalui Jl. Kaliurang hingga di Km. 25 sobat akan bertemu dengan perempatan yang di tengah - tengahnya terdapat Patung (Tugu) Udang. Sebelum sampai di Patung (Tugu) Udang ini, sobat akan menjumpai Gerbang Wisata Kaliurang terlebih dahulu. Dari Patung (Tugu) Udang, Beloklah ke arah kiri, ada pertigaan masih lurus lagi ke arah kanan hingga sobat menemukan sebuah gapura seperti ini. Gapura ini terletak tidak jauh dari gereja.
Beloklah kedalam gapura tersebut dan tak lama lagi sobat akan sampai di Museum Ullen Sentalu ini.
Jam buka Museum Ullen Sentalu berdasarkan papan jadwal yang terpasang di depan loket:
Selasa - Jum'at : 08.30 - 16.00 WIB
Sabtu - Minggu : 08.30 - 17.00 WIB
Senin : Tutup
Tur terakhir : 30 menit sebelum tutup
Terima kasih sudah berkunjung kesini |
Aku belum pernah ke sini, pengennnnn hahhahahah
BalasHapusLangsung aja ke TeKaPe mas,,, deket ew lo, hehehe
HapusAhai akhirnya ada juga liputan museum ullen sentalu mas Anis, he he he...
BalasHapusbeberapa waktu yang lalu pernah lihat liputan museum ini di tv, ternyata memang tidak boleh foto2 ya...
Hehehe,,,,
HapusIya pow mbak kemarin muncul di TV?, aku malah nggak tahu ew,,,
Iya mbak, di dalam tidak boleh foto,,, jadi nggak bisa ngambil gambar sepusnya, hehehe
wah kalo ke sini emang selalu dapat rombongan yg putih" mulus" wkwkwkw travel agent yg maketin ke sini emang josh mas wkwkwk...
BalasHapusHahaha,,, iya mas, sambil cuci mata yaw? hahaha
Hapus