Apa yang terlintas di benak sobat ketika mendengar kata Djiancuk? Pastilah langsung berbagai macam stigma disematkan padanya. Yapz, benar memang kata "Djiancuk" sendiri dalam bahasa jawa digunakan sebagai umpatan yang mempunyai makna kasar (tidak pantas di ungkapkan oleh seseorang). Tapi bagaimana bila kata ini digunakan untuk sebuah warung? Hmmm, penasaran kan pastinya.
Kata apa itu? |
Mikir dulu ah |
Nah, di Yogyakarta ada loh sob nama sebuah warung yang menggunakan kata "Djiancuk". Warung ini terletak di Jalan PGRI II No. 59, Kecamatan Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Rasa penasaran Ane tiba - tiba muncul saat tak sengaja membaca artikel tentang soto ini. Konon katanya sieh soto disini memang Djiancuk (enak) dan wuenak tenan.
Tanpa ba bi bu lagi, berangkatlah Ane menuju ke lokasi. Lokasinya yang berada cukup jauh dari kost Ane membuat perjalanan Ane lumayan cukup lama, ya kurang lebih sekitar 25 an menit. Seharusnya bisa lebih singkat, namun apa mau dikata lawong pagi itu Jogja lumayan agak macet sehingga perjalanan pun harus merambat bagaikan langkah siput. 25 menit berlalu dan kini sampailah Ane di lokasi warung yang Ane maksud.
Djiancuk, hih |
Kondisi dalam ruangan |
Ini juga |
Sesampainya disini, namun apa yang terjadi sob? warungnya belum buka. Konon menurut berbagai informasi yang ada warung ini buka dari jam 8 pagi hingga jam 6 sore. Benar saja, lawong Ane sampai situ jam 7 lebih seperempat jam. Bertanyalah Ane kepada salah seorang pegawainya yang kebetulan seorang perempuan yang tampak masih muda.
Ane : Sudah buka mbak warungnya?
Pelayannya : Sudah mas! bentar ya mas, sudah matang apa belum kuah
sotonya.
masuklah seorang wanita tersebut kedalam dan tak lama kemudian keluarlah Ia kembali sambil membawa sapu karena di sela - sela Ane tanya beliau sedang menyapu.
Pelayannya : Belum matang ew mas, mungkin sekitar setengah jam lagi.
Gimana?
Ane : Eow nggak apa - apa mbak, hanya setengah jam lagi tow
mbak (dalam hati berkata,"iyes kalau begitu foto - foto
mbak (dalam hati berkata,"iyes kalau begitu foto - foto
dahulu. Kan nggak lumayan malu bila ditanya, lawong
sotonya aja belum matang).
Saya pengunjung pertama ya mbak hari ini?
Saya pengunjung pertama ya mbak hari ini?
Pelayannya : Iya mas
Benar saja, tampak di dalamnya belum ada pengunjung yang datang sama sekali. Hanya ada banyak meja dan kursi dengan di samping kanan dan kirinya tampak barang - barang yang berhiaskan seni.
Ada yang menarik lho sob mengenai warung soto ini, terutama pada bangunannya. Bangunannya itu memang kelihatannya di sengaja di desain sedemikian rupa sehingga warungnya tampak nyeni. Lihat saja ruangannya berikut ini.
Dindingnya di buat jebol |
Ini itu gambar opo? |
Mungkin ada beberapa gambar yang bisa membuat sobat bertanya - tanya,"Loh kok ada yang saru?" Nah itu dia sob, kalau misal Ane ditanya yang begituan Ane malah bingung jawabnya, sekarang Ane balik bertanya kepada sobat? "memang bedanya saru dengan seni ada yaw?" hayo, apa? Okelah kalau sama - sama bingung kita lupakan saja.
Di ruangan ini tak hanya berupa gambar - gambar Porno aja yang tertempel di dinding, tetapi ada juga berbagai macam perlatan yang tak biasa ada di ruang makan, mulai dari caping Pak Tani yang biasa di pakai di atas kepala, golok, arit, ban bekas, motor vespa dan motor Honda 80 yang ntah produksi tahun berapa, dan sebagainya. Ini itu tempat makan soto apa toko peralatan pertanian dan otomotif ya? kok barang - barangnya seperti itu semua.
Jan Djiancuk tenan (Djiancuk beneran), Ane bingung sob ini itu kantor kejaksaan apa terminal bus yaw? pasalnya, di depan tempat pemesanan atau kasir terdapat sebuah papan nama yang menjelaskan tempat tersebut adalah
Tempatnya Hakim Anggota, wuahahaha |
Bus Kota, weleleleleh |
Tak hanya ruangannya saja yang cukup mengagetkan Ane, penyajian sotonya pun tak kalah mengagetkan. Soto ini disajikan tidak seperti soto kebanyakan, melainkan disajikan di dalam wadah yang cukup kecil. Tampilan sotonya pun terbilang beda dengan yang lainnya, tidak menggunakan mie dan yang ada hanyalah tauge, irisan buah tomat, keripik kentang, potongan telur dan daging sapi, dan ditaburi berambang goreng dan sledri. Tak lupa juga nasi secukupnya dan semua isinya itu ditenggelamkan di dalam kuah yang tampak keruh agak cokelat kekuningan.
Sekarang rasanya bagaimana ya? enakkah atau tidak enak?. Bentar ya sob, sudah jauh - jauh datang kesini kok belum foto bersama Soto Djiancuknya, kan rugi. Dengan sok lugunya, Ane
Cekrek, aduh kok tulisan "Djiancuk" Nya tertutupi |
Cekrek, nah ini dia kata "Djiancuk" Nya sudah kelihatan |
Soal harga, cukup bersahabat kok sob dan tidak akan membuat bolong kantong sobat. Seporsi soto dan segelas lemon tea hanya dibanderol dengan harga 14k saja. Tapi ya sob, kalau orang tidak tahu dan penasaran dengan soto ini, kemudian masuklah Ia kedalam. Eh pas diladeninya, dia baru tahu kalau seporsi sotonya dapatnya cuman sedikit dan harganya segitu, dia bisa beranggapan kalau harga segitu termasuk mahal bila dibandingkan dengan harga soto pada umumnya. Dia bisa saja marah - marah (ngedumel di belakang). Tapi wajar namanya aja Soto Djiancuk, jadi habis makan mau marah - marah atau ngedumel ya monggo silahkan. Gimana, sobat tertarik untuk mencobanya kah? Kalau misal belum tahu cara menuju ke Warung Soto Djiancuk ini, berikut gambaran rutenya.
Perjalanan kita mulai dari Titik Nol Kilometer Jogja, perempatan yang terletak di sebelah utara Alun - alun Utara Kota Jogja ya:
Dari Titik Nol Kilometer Jogja, bergeraklah ke arah barat melalui jalan KHA. Dahlan hingga sobat menemukan perempatan lampu merah. Kemudian beloklah ke arah kiri (selatan) melalui Jl. Wahid Hasyim hingga menemukan perempatan lampu merah lagi. Nah, dari sini beloklah ke arah kanan (barat) lurus terus hingga sobat menemukan perempatan lampu merah sebelah selatan Kampus Universitas PGRI Yogyakarta. Dari sini masih lurus lagi ke arah barat melewati pertigaan lampu merah hingga sobat menemukan Warung Soto Djiancuk ini. Jangan sampai melewati jembatan kecil ya, bila sobat sudah melewati sebuah jembatan kecil, berarti sobat sudah melewati nieh warung. Warungnya terletak di kiri (selatan) jalan.
Gambaran rutenya |
Sudah ketemukah? kalau sudah ketemu tempatnya,"selamat menikmati ya sob". Kalau sobat penasaran dengan nama warung ini dan kemudian bertanya kepada salah satu pegawainya,"Kenapa kok warung ini dinamakan Soto Djiancuk?", lak di jawab,"Nggak tahu mas / mbak, itu dari Pak De kok yang menamainya". Hanya sebatas guyonan saja. Kalau beda ya Ane nggak tahu loh ya, lawong Ane tanya begitu ke salah satu pelayannya dan jawabannya ya seperti itu. Pendiri warung ini berasal dari Blitar dan berdiri tahun 2000. Jadi bisa di bilang Soto Djiancuk ini merupakan soto khas Jawa Timur yang ada di Yogyakarta. Josss!!!
waduh kalau langsung marah-marah, makan lagi aja kali ya mas
BalasHapusHahaha,,, bener juga mbak :-)
Hapuswuih...selain namanya, tempatnya juga unik ini mas dan sotonya juga unik he he he...
BalasHapustapi walaupun posri kecil, kelihatan enak sotonya..
Iya mbak,,, kalau masalah enak, mah enak mbak,,,, ya itu tadi porsinya kecil :-) . tapi kalau 2 porsi kenyang lah, tapi bayarnya ya doble, hehehehe
Hapuskirain ada di suroboyo ... tahunya di jogja toh ... sekarang banyak nama2 makanan pakai nama2 begini ya ... setan-lah .. bengis-lah .. nanti kena KPAI lho ...
BalasHapusbtw .. desainnya rustic ya ... kerenn
Hahaha,,, iya mas, bener. biasa strategi pemasaran. Eh tapi kalau udah biasa gini lama kelamaan jadi nggak unik lagi ya mas? yasudahlah, apapun namanya yang penting enak, :-) ... desain bangunannya memang keren dan nyeni mas
HapusDesain rumah makanya sederhana ya mas :D
BalasHapusIya mas dan cenderung nyeni :-)
HapusAdoh! Urat Suroboyan ku rasane kudu metu kabeh. Tak kiro sing gawe muring muring iku pedes e, ehhh ternyata saking lezate. iku foto opo to Nis ? :)))
BalasHapusHahaha,,, Seng nggawe muring ki lezat ning intoke sethithik mbak, hehe,,, La mboh, aku yo ora ngerti ew mbak, hahaha,,,
HapusApek iki sotone hahahahha, sesuk rep rono :-D
BalasHapusOra apik yo ora popo, sek penting enak mas, hahaha. Monggo mas, langsung sikat habis :-)
HapusBisa aja yach kamu nemu tempat makan unik seperti ini hehehe.. jendelanya asimetris tapi koq tetap lucu yach.
BalasHapusHehehe.... Iya mbak, jendelanya asimetris dan lucu menggemaskan, cuman namanya aja yang bikin orang ngedumel :-)
HapusNamanya agak-agak ngeri gitu ya, bahaya kalau sama pacar kesini pulang-pulang ujug2 berantem *eh gagal fokus hihi :D
BalasHapusIya ya mbak,,,, Hahaha, berarti kalau kesini jangan ajak pacar mbak, biar nggak berantem :-) tempat yang lain aja yang lebih romantis *eh apa?*
HapusSampean pancen ngeten...(y)Raja Kuliner. Lukisane apik mas, kalau menurutku ora saru nemen. Masih pantes lah sebagai pemanis ruangan. Aku penasaran, pasti rasane Djancuk tenan penake!
BalasHapusAh ya nggak lah mas, cuman nyicipin aja, :-) . Sip setuju nggak saru - saru amat ya mas, :-) Ntar kalau jadi ke Jogja bisa mampir kesini mas Inggit :-)
HapusTapi kayaknya kalau buat saya segitu gak cukup porsinya hahaha
BalasHapusHahahaha,,, kurang ya mbak?
Hapuswah jadi nie soto halal ya mas?? kirain itu soto daging anjing hehe
BalasHapusHalal nuw mas,,, kalau nggak halal, aku nggak kesini, :-)
Hapus