Museum Pergerakan Wanita Indonesia terletak di Jl. Laksda Adisucipto no. 88 Yogyakarta, tepat berada di sebelah barat Rektorat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Itu artinya letaknya sangatlah dekat dengan kost Ane dan sudah bolak - balik Ane melewatinya. Walaupun begitu sebelumnya Ane belum pernah mengunjunginya, barulah pada tanggal 25 Februari 2016 Ane mengunjungi tempat ini. Eits, jangan salahkan Ane dulu ya sob, soalnya bila dilihat sekilas dari Jl. Raya yang menghubungkan Kota Jogja dengan jalan menuju ke arah Solo museum ini tidaklah terlihat, sebab museum ini menempati Gedung Mandala Bhakti Wanitatama yang mana tempat tersebut lebih terkenal dengan gedung pertemuan, tempat berbagai acara digelar, dan tempat pameran buku dibandingkan dengan museumnya.
Sebenarnya Ane ragu - ragu sob mau masuk apa tidak. La secara museum ini kan museum tentang pergerakan wanita Indonesia, jadi yang sebaiknya datang kesini kan kaum wanita, ya kan?. Tapi dengan berbagai pertimbangan akhirnya masuklah Ane kedalam museum ini. Misalnya ada orang yang bertanya kenapa Ane kok berkunjung kesini? maka ada satu jawaban pamungkas Ane sob, yaitu ingin mengetahui perjalanan para pahlawan nasional kita khusus dari kalangan kaum wanita seperti R.A. Kartini, Raden Dewi Sartika, Martha Khristina Tiyahahu, dan lain sebagainya. Keren kan? hehehe.
Jaraknya yang sangat dekat dengan kost Ane membuat Ane cepat sampai disini. Gedungnya sangat mudah diketemukan dan dikenali karena di bagian depan museum terpajang dengan rapi berbagai foto tokoh wanita yang ada di Indonesia. Sebelum memasuki kedalam, Ane sempatkan membaca dahulu apa - apa yang terdapat di bagian depan. Disitu tertulis berbagai deskripsi tentang Inspirator Pendidikan Wanita Indonesia diantaranya:
Raden Ajoe Lasminingrat (Garut, 1843 - 1948), beliau berperan menerjemahkan beberapa buku cerita berbahasa Belanda ke dalam Bahasa Sunda agar dapat mudah dipelajari oleh anak - anak pribumi. Selain itu beliau juga berperan dalam mendirikan sekolah khusus perempuan yang bernama Sakola Kautaman Istri pada tahun 1909.
Maria Walanda Maramis (Manado, 1872 - 1924), beliau lah yang membentuk organisasi bernama Percintaan Ibu Kepada Anak dan Temurunnya (PIKAT) pada tanggal 8 Juli 1918 di Manado. Dia juga merupakan salah satu Pahlawan Nasional.
Siti Walidah (Yogyakarta, 1872 - 1946), melalui Aisyiyah, Nyai Haji Ahmad Dahlan bersama suaminya yaitu K.H.A Dahlan berjuang untuk memajukan pendidikan wanita yang diwujudkan dengan cara membuka pondok (internaat) di rumahnya sendiri karena saat itu pendidikan pondok hanya tersedia untuk kaum laki - laki.
R.A. Kartini (Jepara, 1879 - 1904), beliau adalah anak dari Bupati Jepara. Melalui pemikirannya dalam dunia pendidikan, beliau tuangkan dalam korespondensinya kepada teman - temannya dari Belanda. Beliau juga membuka sekolah untuk para gadis di Jepara dan Rembang.
Dewi Sartika (Sunda, 1884 - 1947), beliau juga berperan mengembangkan pendidikan wanita di wilayah Pasundan dengan cara mendirikan Sakola Istri (Sekolah perempuan).
Rahmah El Yunusiyah (Padang Panjang, Sumatera Barat, 1900 - 1969), beliau pendiri Al Madrasah ad Diniyah li Banat (Sekolah Khusus Anak Putri) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Perguruan Diniyah Putri di Padang Panjang.
Memasuki ruangannya, lagi - lagi Foto wajah R.A. Kartini terpampang dengan jelas di tengah museum. Nampaknya beliau menjadi tokoh di museum ini, pasalnya kebanyakan koleksi yang dipamerkan disini banyak yang berkaitan dengan beliau. Salah satunya Foto Srikandi Pejuang Indonesia. Srikandi - srikandi lain seperti Hj. Rasuna Said, Cut Meutia, Dewi Sartika, dan lain sebagainya.
Dalam mengeksplorernya, Ane ditemani oleh seorang petugas yang kebetulan seorang perempuan yang sedang berjaga. Ane menanyakan apakah ane diharuskan mengisi buku tamu terlebih dahulu atau tidak, tetapi sang petugas tersebut menganjurkan Ane untuk berkeliling dahulu. Baiklah kalau begitu.
Dia menjelaskan secara jelas satu persatu koleksi yang ada. Berdasarkan keterangan dari beliau bahwa museum ini berdiri di halaman kompleks Gedung Mandala Bhakti Wanitatama. Gedung ini sendiri dibangun pada tanggal 22 Desember 1953 dan diresmikan pada tanggal 22 Desember 1983 oleh Presiden Soeharto.
Museum ini didirikan dengan maksud mengenang kembali perjuangan wanita dari masa ke masa. Berbagai macam benda koleksi yang dipamerkan disini adalah berupa benda - benda bersejarah, ilustrasi foto peranan wanita pada masa itu, diorama, dll.
Berbicara mengenai diorama - diorama yang ada disini, setidaknya ada 4 diorama yang menggambarkan tentang peranan wanita pada masa dulu hingga sekarang, diorama - diorama tersebut diantaranya:
Diorama peranan wanita dalam bidang pendidikan karena wanita merupakan pendidik pertama dan utama dalam keluarga;
Diorama suasana kongres perempuan Indonesia I yang diselenggarakan oleh Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia;
Diorama peranan wanita dalam perang kemerdekaan yang digambarkan dengan kegiatan para wanita yang sedang masak - memasak untuk para pejuang kemerdekaan baik itu untuk suami maupun anaknya. Sang pemandu menjelaskan kepada Ane bahwa wanita saat itu lebih baik berada di rumah saja karena dengan menjaga rumah berarti semua aman terkendali salah satu contohnya bagaimana menjaga sumur agar tidak diracuni oleh pihak penjajah atau musuh; kalau dipikir - pikir benar juga ya sob. Dan yang terakhir adalah
Diorama Peran wanita dalam mengisi kemerdekaan yang digambarkan dengan suasana saat pemilu. Tak hanya laki - laki saja yang mempunyai hak politik untuk memilih dan dipilih tetapi juga wanita mempunyai hak yang sama. Bahkan sobat sudah tahu kan kalau pada saat pemilu kemarin wanita mempunyai kans panggung politiknya sendiri sekitar 30% di Parlemen?
Sementara mengenai benda - benda bersejarah, ada sebuah koleksi yang menarik perhatian Ane sob karena letaknya yang menyendiri. Koleksi tersebut adalah sebuah mesin ketik kuno bermerk Remington Portable Model 5. Mesin ketik ini pernah digunakan oleh Ibu Sri Mangunsarkoro sewaktu menjadi ketua Panitia Pusat Peringatan Seperempat Abad Konggres Perempuan Indonesia Pertama.
Koleksi - koleksi lainnya ada replika perhiasan emas, kain hias bergambar pagoda, patrem (keris kecil) yang pernah dipakai oleh Ibu Tien Soeharto pada upacara peresmian Gedung Mandala Bhakti Wanitatama pada tanggal 22 Desember 1983, dan berbagai peralatan dapur salah satunya dandang bahan tembaga yang pernah digunakan sewaktu kursus kader wanita pembangunan desa tahun 1958.
Kata siapa ketika dalam masa perang kemerdekaan Indonesia, wanita itu hanya diam saja di rumah. Ada sebagian wanita Indonesia yang tidak mau ketinggalan dalam bela negara, hal ini ditunjukkan pada beberapa foto yang terpajang disini.
Nah itulah sob cerita Ane mengenai Museum Pergerakan Wanita Indonesia ini. Pada intinya wanita itu tidak ingin dipandang sebelah mata oleh kaum lelaki dan juga menunjukkan bahwa mereka juga bisa bergerak sehingga kaum wanita sama kedudukannya dengan kaum lelaki. So, saatnyalah wanita Indonesia bergerak.
Cara menuju kesini:
Dari Tugu Jogja, bergeraklah ke arah timur melalui Jl. Jend. Sudirman hingga perempatan lampu merah yang di pojok sebelah kanannya terdapat Gramedia. Beloklah ke arah kanan (selatan) melalui Jl. Suroto hingga mentok bertemu dengan jalan yang memutar di Stadion Kridosono. Mutarlah sedikit dan begitu ada belokan ke kiri, beloklah ke belokan tersebut dan ikuti jalan tersebut hingga menemukan perempatan lampu merah. Dari sini masih lurus lagi mengikuti jalan satu arah hingga sobat menemukan perempatan lampu merah lagi. Beloklah ke arah kanan (timur) melalui Jl. Laksda Adisucipto dan pelankan laju kendaraan sobat sambil melihat ke arah kanan (selatan) jalan. Tepat sebelum Gedung Rektorat UIN Sunan Kalijaga dan pertigaan lampu merah sampailah sobat di Gedung Mandala Bhakti Wanitatama. Museum Pergerakan Wanita Indonesia terletak di dalam kompleks gedung tersebut.
Jam Buka Museum:
Senin - Jumat : Pukul 8 Pagi - 3 Sore
Sabtu : Pukul 8 Pagi - 2 Siang
Minggu dan libur nasional : Tutup
*Sebagian teks yang Ane tuliskan di atas bersumber pada tulisan yang ada di setiap foto maupun benda koleksi yang terdapat di museum ini*
Sebenarnya Ane ragu - ragu sob mau masuk apa tidak. La secara museum ini kan museum tentang pergerakan wanita Indonesia, jadi yang sebaiknya datang kesini kan kaum wanita, ya kan?. Tapi dengan berbagai pertimbangan akhirnya masuklah Ane kedalam museum ini. Misalnya ada orang yang bertanya kenapa Ane kok berkunjung kesini? maka ada satu jawaban pamungkas Ane sob, yaitu ingin mengetahui perjalanan para pahlawan nasional kita khusus dari kalangan kaum wanita seperti R.A. Kartini, Raden Dewi Sartika, Martha Khristina Tiyahahu, dan lain sebagainya. Keren kan? hehehe.
Jaraknya yang sangat dekat dengan kost Ane membuat Ane cepat sampai disini. Gedungnya sangat mudah diketemukan dan dikenali karena di bagian depan museum terpajang dengan rapi berbagai foto tokoh wanita yang ada di Indonesia. Sebelum memasuki kedalam, Ane sempatkan membaca dahulu apa - apa yang terdapat di bagian depan. Disitu tertulis berbagai deskripsi tentang Inspirator Pendidikan Wanita Indonesia diantaranya:
Raden Ajoe Lasminingrat (Garut, 1843 - 1948), beliau berperan menerjemahkan beberapa buku cerita berbahasa Belanda ke dalam Bahasa Sunda agar dapat mudah dipelajari oleh anak - anak pribumi. Selain itu beliau juga berperan dalam mendirikan sekolah khusus perempuan yang bernama Sakola Kautaman Istri pada tahun 1909.
Maria Walanda Maramis (Manado, 1872 - 1924), beliau lah yang membentuk organisasi bernama Percintaan Ibu Kepada Anak dan Temurunnya (PIKAT) pada tanggal 8 Juli 1918 di Manado. Dia juga merupakan salah satu Pahlawan Nasional.
Siti Walidah (Yogyakarta, 1872 - 1946), melalui Aisyiyah, Nyai Haji Ahmad Dahlan bersama suaminya yaitu K.H.A Dahlan berjuang untuk memajukan pendidikan wanita yang diwujudkan dengan cara membuka pondok (internaat) di rumahnya sendiri karena saat itu pendidikan pondok hanya tersedia untuk kaum laki - laki.
R.A. Kartini (Jepara, 1879 - 1904), beliau adalah anak dari Bupati Jepara. Melalui pemikirannya dalam dunia pendidikan, beliau tuangkan dalam korespondensinya kepada teman - temannya dari Belanda. Beliau juga membuka sekolah untuk para gadis di Jepara dan Rembang.
Dewi Sartika (Sunda, 1884 - 1947), beliau juga berperan mengembangkan pendidikan wanita di wilayah Pasundan dengan cara mendirikan Sakola Istri (Sekolah perempuan).
Rahmah El Yunusiyah (Padang Panjang, Sumatera Barat, 1900 - 1969), beliau pendiri Al Madrasah ad Diniyah li Banat (Sekolah Khusus Anak Putri) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Perguruan Diniyah Putri di Padang Panjang.
Memasuki ruangannya, lagi - lagi Foto wajah R.A. Kartini terpampang dengan jelas di tengah museum. Nampaknya beliau menjadi tokoh di museum ini, pasalnya kebanyakan koleksi yang dipamerkan disini banyak yang berkaitan dengan beliau. Salah satunya Foto Srikandi Pejuang Indonesia. Srikandi - srikandi lain seperti Hj. Rasuna Said, Cut Meutia, Dewi Sartika, dan lain sebagainya.
|
Dia menjelaskan secara jelas satu persatu koleksi yang ada. Berdasarkan keterangan dari beliau bahwa museum ini berdiri di halaman kompleks Gedung Mandala Bhakti Wanitatama. Gedung ini sendiri dibangun pada tanggal 22 Desember 1953 dan diresmikan pada tanggal 22 Desember 1983 oleh Presiden Soeharto.
Museum ini didirikan dengan maksud mengenang kembali perjuangan wanita dari masa ke masa. Berbagai macam benda koleksi yang dipamerkan disini adalah berupa benda - benda bersejarah, ilustrasi foto peranan wanita pada masa itu, diorama, dll.
Berbicara mengenai diorama - diorama yang ada disini, setidaknya ada 4 diorama yang menggambarkan tentang peranan wanita pada masa dulu hingga sekarang, diorama - diorama tersebut diantaranya:
Diorama peranan wanita dalam bidang pendidikan karena wanita merupakan pendidik pertama dan utama dalam keluarga;
Diorama suasana kongres perempuan Indonesia I yang diselenggarakan oleh Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia;
|
|
Diorama Peran wanita dalam mengisi kemerdekaan yang digambarkan dengan suasana saat pemilu. Tak hanya laki - laki saja yang mempunyai hak politik untuk memilih dan dipilih tetapi juga wanita mempunyai hak yang sama. Bahkan sobat sudah tahu kan kalau pada saat pemilu kemarin wanita mempunyai kans panggung politiknya sendiri sekitar 30% di Parlemen?
|
|
Koleksi - koleksi lainnya ada replika perhiasan emas, kain hias bergambar pagoda, patrem (keris kecil) yang pernah dipakai oleh Ibu Tien Soeharto pada upacara peresmian Gedung Mandala Bhakti Wanitatama pada tanggal 22 Desember 1983, dan berbagai peralatan dapur salah satunya dandang bahan tembaga yang pernah digunakan sewaktu kursus kader wanita pembangunan desa tahun 1958.
Kata siapa ketika dalam masa perang kemerdekaan Indonesia, wanita itu hanya diam saja di rumah. Ada sebagian wanita Indonesia yang tidak mau ketinggalan dalam bela negara, hal ini ditunjukkan pada beberapa foto yang terpajang disini.
|
|
Cara menuju kesini:
Dari Tugu Jogja, bergeraklah ke arah timur melalui Jl. Jend. Sudirman hingga perempatan lampu merah yang di pojok sebelah kanannya terdapat Gramedia. Beloklah ke arah kanan (selatan) melalui Jl. Suroto hingga mentok bertemu dengan jalan yang memutar di Stadion Kridosono. Mutarlah sedikit dan begitu ada belokan ke kiri, beloklah ke belokan tersebut dan ikuti jalan tersebut hingga menemukan perempatan lampu merah. Dari sini masih lurus lagi mengikuti jalan satu arah hingga sobat menemukan perempatan lampu merah lagi. Beloklah ke arah kanan (timur) melalui Jl. Laksda Adisucipto dan pelankan laju kendaraan sobat sambil melihat ke arah kanan (selatan) jalan. Tepat sebelum Gedung Rektorat UIN Sunan Kalijaga dan pertigaan lampu merah sampailah sobat di Gedung Mandala Bhakti Wanitatama. Museum Pergerakan Wanita Indonesia terletak di dalam kompleks gedung tersebut.
Jam Buka Museum:
Senin - Jumat : Pukul 8 Pagi - 3 Sore
Sabtu : Pukul 8 Pagi - 2 Siang
Minggu dan libur nasional : Tutup
*Sebagian teks yang Ane tuliskan di atas bersumber pada tulisan yang ada di setiap foto maupun benda koleksi yang terdapat di museum ini*
wanita-wanita tangguh bisa dilihat sejarahnya disini, sangat menarik mas untuk dikunjungi museumnya
BalasHapusIya mas bener banget,,,
HapusTerima kasih, :-)
sya recomended lah untuk para wanita Indonesia, kunjungilah museum ini agar bisa membangkitkan rasa nasionalisme, ini tempatny bagus bngt
BalasHapusIya mbak, bener banget,,, dengan mengunjungi museum secara tak sadar bisa menumbuhkan rasa nasionalisme kita, :-)
HapusTerima kasih sudah mau mampir kesini, :-)
pokoke top banget, ada juga ternyata museum pergerakan wanita Indonesia
BalasHapuslah gpp toh mas masuk museum wanita, asal jangan toilet wanita, ha ha ha piss ah...
btw, bagus neh liputannya mas Anis...jadi nambah wawasan, beberapa inspirator pendidikan Indonesia pernah dengar dulu waktu belajar sejarah, tapi ada yang baru tahu dari artikel mas Anis ini
sukses terus mas liputan museumnya, jadi nambah pengetahuan...bravo mas Anis
Hahaha,,, bener, bener
HapusTerima kasih mbak Monic,,, wah semakin mantab nieh yang ngeliput, bravo :-)
wah, banyak yg aku ga tau nama2nya... palingan cuma yg srg dibaca pas jaman sekolah dulu :D.. itu yg aku suka dr museum.. kita bljr sejarah dgn cara yg ga bosenin di museum :)
BalasHapusHahaha,,, iya mbak bener banget,,, aku dulu ke museum ya pas masih sekolah,,,
Hapusew, sekarang kok malah senang ke museum, habis kalau dari museum pasti ada yang nyanthol di otak walau hanya 1 atau 2 persen,,, lumayanlah, hehehehe
hebat anis penyuka museum juga
BalasHapusHehehe,,,, cuman seneng aja mbak berkunjung ke museum, :-)
HapusWah menarik untuk dikunjungi, sayang minggu & hari libur tutup. Harusnya lebih ramah wisatawan ya? Hehee :D
BalasHapusBtw biaya masuknya berapa?
Iya mbak,,, tapi kalau ada pesanan sebelumnya, bisa kok mbak museumnya di buka. Gitu kata pegawainya,,,
Hapusbiaya masuknya gratis kok mbak,,,
Terima kasih mbak, sudah mau mampir kesini, :-)
Wah ternyata pejuang wanita tangguh indonesia itu banyak sekali ya, ada beberapa yang saya tidak tahu :D tempat yang harus di kunjungi karena banyak sekali sejarah di sini, keren :)
BalasHapusIya mas, memang banyak,,,
HapusBetul sekali, :-)
Terima kasih sudah mau mampir kesini, :-)
Ini kaum adam tetp boleh masuk kan di museum ini ya?
BalasHapuskhawatir pas masuk nanti di teriakiin sama pengunjung lain.. hihihi
Boleh kak, buktinya yang punya rumah (blog), boleh masuk, hehehe,,,
Hapusnggak apa - apa diteriaki asalkan nggak diteriaki karena ngintip mbak, hahaha
wah kira" ada cewek cantik idup di situ g mas?? kwkwkw hadeeehh
BalasHapusAda mas, lha yang jaga,,, hehehe
HapusWahh..keren tulisannya mas Anis. Dengan bahasa sehari-hari yg justru menarik untuk dibaca dan cocok dengan bahasa anak muda ni. Mudah2an dari tulisan ini akan lebih banyak lagi peminat terutama anak muda yang tertarik untuk berkunjung ke museum, bahwa museum adalah tempat yang asyik untuk belajar sejarah dan budaya....
BalasHapusMeski di atas ada beberapa informasi yg kurang pas, tapi skali ini tak apalah. Sekedar saran saja untuk lebih berhati2 ketika menginformasikan ttg sejarah. Gitu mas Anis, terima kasih telah menjadikan museum kami sebagai salah satu tujuan kunjungan ngetrip mas Anis...
Salam sahabat museum...! :)
-siwi-
Baik Bu/Mbak terimakasih atas kunjungan dan masukannya,,,
HapusSalam sahabat museum, :-)