Beda tujuan beda cerita, itulah yang Ane alami ketika berkunjung kesini sob yakni di Museum RS Mata Dr. Yap. Apa yang Ane rencanakan tak berjalan sesuai dengan yang diharapan, pasalnya Ane kesini tidak cukup 1 kali, tetapi dua kali. Ketika itu hari senin, tanggal 24 Februari 2016 Ane datang kesini, tetapi apa boleh buat museumnya tutup. Okelah berangkat dengan penuh rasa penasaran lusa akhirnya Ane datang kesini lagi, lagi - lagi tutup lagi. Tak mau langsung pulang, Ane cari informasi terlebih dahulu kenapa kok museum ini selalu saja tutup, apakah memang tidak di buka untuk umum? ataukah memang museumnya sudah lama di tutup?
Hmmm, Penantian Ane ternyata tidak sia - sia, setelah tanya sana - tanya sini ternyata petugas museumnya sedang keluar sebentar dan menemui tetangganya yang kebetulan sedang di rawat di Rumah Sakit Mata Dr. Yap ini. Benar, tak lama kemudian muncullah beliau dari lorong - lorong rumah sakit dimana beliau seorang wanita paruh baya yang memakai baju batik nan rapi. Dia adalah Bu Ana salah seorang petugas Museum Mata Dr. Yap.
Bu Ana : Mau masuk mas? (sambil membuka pintu museum yang sebelumnya
terkunci)
Ane : Iya bu (sambil berada di belakangnya)
Bu Ana : Darimana masnya?
Ane : Dari Bantul Bu
Bu Ana : Ngisi buku tamu dulu ya mas!
Ane : Baik Bu.
Sambil mengisi buku tamu Ane pun menanyakan kepada beliau kenapa kok hari senin kemarin tutup.
Ane : Saya kesini sudah dua kali ini lho Bu, kemarin Senin dan
hari ini. Senin kemarin kok tutup Bu? memang tutup atau
gimana?
Bu Ana : Iya mas, kemarin senin memang tutup. Soalnya saya sedang
ada keperluan.
Ane : Eow.
Selesai mengisi buku tamu, kini saatnya Ane mengeksplorer isi dalam museumnya. Secara garis besar, Museum RS Mata Dr. Yap ini terdiri dari 2 buah ruangan yang dapat Ane masuki. Pada ruangan pertama adalah Ruang peralatan kedokteran dan ruangan yang kedua adalah ruang tidur. Satu demi satu Ane pandangi setiap benda yang ada.
Di bagian paling depan Ane disuguhkan dengan berbagai macam peralatan kedokteran berupa kaca mata dan lensanya, Opthalmoscope (alat yang digunakan untuk melihat media dan fundus mata), mikroskop, gelas piala, dll.
Bergerak ke arah barat, benda - benda selanjutnya yang Ane temui adalah mesin ketik braile (alat yang digunakan oleh orang tuna netra untuk mengetik huruf Braille), lensometer (alat yang digunakan untuk menentukan power lensa baik minus, plus atau cylinder dan menentukan posisi titik fokus suatu lensa), micro refraktometer (alat untuk memeriksa minus mata pasien), timbangan obat, dll.
Semua peralatan kedokteran yang dipamerkan disini memang berkaitan dengan mata sob. Koleksi ini diperoleh dari peralatan praktik Dr. Yap Hong Tjoen (Dr. Yap) dan Dr. Yap Kie Tiong. Berbagai peralatan lainnya diantaranya Javal 5792 (alat untuk melihat kelengkungan kornea mata seseorang), slit lamp (alat untuk memeriksa mata sampai dengan lensa bagian dalam), perimeter (mengukur daya lihat tepi), alat lapang pandang (alat untuk mengetahui jangkauan pandang seseorang),
opthalmometer (alat periksa mata yang digunakan untuk melihat kornea mata sampai dengan kedalaman bola mata), inkubator (alat pembiak kuman yang digunakan untuk mengetahui jenis - jenis kuman atau jamur yang ada), bak sterilisasi (untuk mensterilkan pakaian dll dari dokter yang akan melakukan operasi), solux (alat untuk menghilangkan pendarahan pada mata pasien), sinoptospor, dan masih banyak lagi lainnya.
Seusai melihat - lihat peralatan kedokteran yang ada, kini Ane terpancing untuk mengetahui lebih jauh tentang museum ini termasuk Dr. Yap itu sendiri. Berdasarkan keterangan dari Bu Ana bahwa Dr. Yap Hong Tjoen berasal dari Cina dan mempunyai 2 orang isteri serta 5 orang anak. Beliau mendirikan Rumah Sakit Mata ini pada tahun 1923 dan ketika itu yang berobat kesini tidak di pungut biaya sama sekali, bahkan ketika pasien pulang pun masih di oleh - olehi kaca mata atau apa yang pasien butuhkan dalam memulihkan penyakit matanya. Beliau memegang rumah sakit ini hingga tahun 1948 dan kekuasaannya diserahkan kepada putera beliau bernama Dr. Yap Kie Tiong.
Sedangkan museumnya sendiri berdiri pada tahun 1997 yang diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X. Tak hanya berupa peralatan kedokteran saja yang dipamerkan, tetapi juga museum ini memamerkan berbagai peralatan pribadi seperti peralatan makan, peralatan yang berkenaan dengan hobi Dr. Yap, dan bahkan Ruang Tidur yang berisi barang - barang antik dan foto - foto keluarga Dr. Yap Hong Tjoen.
Masih dalam ruangan yang sama, di bagian paling belakang terdapat berbagai macam peralatan makan seperti cobek, piring, sendok, stoples, berbagai macam buku, patung, kamera kuno dan lensanya, teropong, ceret, cangkir, dan lain sebagainya. Semua barang - barang tersebut masih terawat dengan apik dan rapi.
Konon katanya museum ini juga mempunyai ruang tidur. Lalu dimanakah ruangannya? bertanyalah Ane kepada Bu Ana,
Ane : Disini kalau tidak salah juga terdapat ruang tidur ya Bu?,
yang pernah digunakan oleh Dr. Yap!
Bu Ana : Iya mas, tapi ruangannya bukan di ruangan yang pernah Ia
tempati. Hanya peralatannya saja yang pernah beliau
gunakan.
Ane : Lalu ruangannya dimana Bu?
Bu Ana : Disana mas, tapi kalau mau kesana tunggu dua orang ibu -
ibu itu dulu ya mas (kebetulan disini ada 2 orang
pengunjung yang sedang berkunjung)
Ane : Baik Bu
Di tengah - tengah waktu Ane menunggu, Ane berbincang - bincang banyak dengan beliau. Tak disangka dan dinyana di tengah - tengah perbincangan kita beliau memberikan sebuah buku yang selama ini Ane cari - cari. Ya, judul buku itu adalah," Museum di Yogyakarta Jendela Memaknai Peradaban Zaman". Cocok, dan tak lupa Ane mengucapkan rasa terima kasih kepada beliau.
Cukup lama juga Ane menunggunya. Ya, sekitar 15 menitan lah. Tapi apa yang terjadi sob? ternyata kedua ibu itu yang awalnya kita duga akan ikut tapi malah tidak ikut. Yasudah, dengan mengunci ruang peralatan ini, selanjutnya kita menuju ke ruang tidur. Ruang Tidur Dr. Yap ini berada terpisah dengan Ruang Peralatan Dokter, di ruangan ini terdapat berbagai macam barang - barang pribadi milik beliau seperti ranjang tidur, cermin, meja dan kursi, radio kuno, dan sederetan foto Keluarga Dr. Yap Hong Tjoen.
Kesan beliau memang keturunan dari China tampak sekali disini, di bagian cerminnya tertulis dengan jelas tulisan mandarin yang ntah Ane tidak mengetahuinya. Gimana mau tahu, lawong belajar tentang tulisan ini saja tidak.
Hmmm, Penantian Ane ternyata tidak sia - sia, setelah tanya sana - tanya sini ternyata petugas museumnya sedang keluar sebentar dan menemui tetangganya yang kebetulan sedang di rawat di Rumah Sakit Mata Dr. Yap ini. Benar, tak lama kemudian muncullah beliau dari lorong - lorong rumah sakit dimana beliau seorang wanita paruh baya yang memakai baju batik nan rapi. Dia adalah Bu Ana salah seorang petugas Museum Mata Dr. Yap.
Bu Ana : Mau masuk mas? (sambil membuka pintu museum yang sebelumnya
terkunci)
Ane : Iya bu (sambil berada di belakangnya)
Bu Ana : Darimana masnya?
Ane : Dari Bantul Bu
Bu Ana : Ngisi buku tamu dulu ya mas!
Ane : Baik Bu.
Sambil mengisi buku tamu Ane pun menanyakan kepada beliau kenapa kok hari senin kemarin tutup.
Ane : Saya kesini sudah dua kali ini lho Bu, kemarin Senin dan
hari ini. Senin kemarin kok tutup Bu? memang tutup atau
gimana?
Bu Ana : Iya mas, kemarin senin memang tutup. Soalnya saya sedang
ada keperluan.
Ane : Eow.
Selesai mengisi buku tamu, kini saatnya Ane mengeksplorer isi dalam museumnya. Secara garis besar, Museum RS Mata Dr. Yap ini terdiri dari 2 buah ruangan yang dapat Ane masuki. Pada ruangan pertama adalah Ruang peralatan kedokteran dan ruangan yang kedua adalah ruang tidur. Satu demi satu Ane pandangi setiap benda yang ada.
Di bagian paling depan Ane disuguhkan dengan berbagai macam peralatan kedokteran berupa kaca mata dan lensanya, Opthalmoscope (alat yang digunakan untuk melihat media dan fundus mata), mikroskop, gelas piala, dll.
Bergerak ke arah barat, benda - benda selanjutnya yang Ane temui adalah mesin ketik braile (alat yang digunakan oleh orang tuna netra untuk mengetik huruf Braille), lensometer (alat yang digunakan untuk menentukan power lensa baik minus, plus atau cylinder dan menentukan posisi titik fokus suatu lensa), micro refraktometer (alat untuk memeriksa minus mata pasien), timbangan obat, dll.
|
|
|
Semua peralatan kedokteran yang dipamerkan disini memang berkaitan dengan mata sob. Koleksi ini diperoleh dari peralatan praktik Dr. Yap Hong Tjoen (Dr. Yap) dan Dr. Yap Kie Tiong. Berbagai peralatan lainnya diantaranya Javal 5792 (alat untuk melihat kelengkungan kornea mata seseorang), slit lamp (alat untuk memeriksa mata sampai dengan lensa bagian dalam), perimeter (mengukur daya lihat tepi), alat lapang pandang (alat untuk mengetahui jangkauan pandang seseorang),
|
|
|
|
|
|
Sedangkan museumnya sendiri berdiri pada tahun 1997 yang diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X. Tak hanya berupa peralatan kedokteran saja yang dipamerkan, tetapi juga museum ini memamerkan berbagai peralatan pribadi seperti peralatan makan, peralatan yang berkenaan dengan hobi Dr. Yap, dan bahkan Ruang Tidur yang berisi barang - barang antik dan foto - foto keluarga Dr. Yap Hong Tjoen.
Masih dalam ruangan yang sama, di bagian paling belakang terdapat berbagai macam peralatan makan seperti cobek, piring, sendok, stoples, berbagai macam buku, patung, kamera kuno dan lensanya, teropong, ceret, cangkir, dan lain sebagainya. Semua barang - barang tersebut masih terawat dengan apik dan rapi.
Konon katanya museum ini juga mempunyai ruang tidur. Lalu dimanakah ruangannya? bertanyalah Ane kepada Bu Ana,
Ane : Disini kalau tidak salah juga terdapat ruang tidur ya Bu?,
yang pernah digunakan oleh Dr. Yap!
Bu Ana : Iya mas, tapi ruangannya bukan di ruangan yang pernah Ia
tempati. Hanya peralatannya saja yang pernah beliau
gunakan.
Ane : Lalu ruangannya dimana Bu?
Bu Ana : Disana mas, tapi kalau mau kesana tunggu dua orang ibu -
ibu itu dulu ya mas (kebetulan disini ada 2 orang
pengunjung yang sedang berkunjung)
Ane : Baik Bu
Di tengah - tengah waktu Ane menunggu, Ane berbincang - bincang banyak dengan beliau. Tak disangka dan dinyana di tengah - tengah perbincangan kita beliau memberikan sebuah buku yang selama ini Ane cari - cari. Ya, judul buku itu adalah," Museum di Yogyakarta Jendela Memaknai Peradaban Zaman". Cocok, dan tak lupa Ane mengucapkan rasa terima kasih kepada beliau.
Cukup lama juga Ane menunggunya. Ya, sekitar 15 menitan lah. Tapi apa yang terjadi sob? ternyata kedua ibu itu yang awalnya kita duga akan ikut tapi malah tidak ikut. Yasudah, dengan mengunci ruang peralatan ini, selanjutnya kita menuju ke ruang tidur. Ruang Tidur Dr. Yap ini berada terpisah dengan Ruang Peralatan Dokter, di ruangan ini terdapat berbagai macam barang - barang pribadi milik beliau seperti ranjang tidur, cermin, meja dan kursi, radio kuno, dan sederetan foto Keluarga Dr. Yap Hong Tjoen.
Kesan beliau memang keturunan dari China tampak sekali disini, di bagian cerminnya tertulis dengan jelas tulisan mandarin yang ntah Ane tidak mengetahuinya. Gimana mau tahu, lawong belajar tentang tulisan ini saja tidak.
ada museum kedokteran mata juga rupanya, baru tau mas, bagus juga klo bisa berkunjung kesana, nambah wawasan
BalasHapusIya mas,,, aku juga baru tahu beberapa bulan sebelum kesini kok mas,, soalnya tempatnya ya agak tersembunyi gitu, :-)
Hapuswalah...ternyata ada juga museum RS mata ini, mantap dah mas...pokoke ulasan mas Anis tentang museum banyak pakai banget....kayaknya ada lagi neh museum-museum yang lain
BalasHapusIya mbak,,,, thanks mbak, :-)
Hapushehehehe,,, tunggu postingan selanjutnya :-)
Wow wow wow keren sekali mbak museumnya memang harus perbanyak nih berkunjung ke museum biar tahu lebih banyak tentang sejarah.
BalasHapusBetul banget mas,,,
Hapusaku tuh trmasuk penyuka museum.. kalo sedang traveling, aku pasti nyari tau ada museum2 unik apa di kota itu.. baru tau ni di indo ada museum kedokteran mata gini.. bgs lagi ;).. 1-1 nya museum yg berhubungan ama kedokteran yg prnh aku dtgin itu di bangkok, museum forensik.. isinya serem.. bayi asli yg diawetkan, bagian2 badan asli yg di awetkan kyk paru2, jantung, mata, dll, jasad pemerkosa anak yg diawetkan, foto2 org yg terkena bom, semuanya asli -__-.. itu trmasuk museum serem yg prnh aku dtgin.. merinding ngeliatnya..
BalasHapusSama mbak kita *tossss*, penyuka museum,,, :-)
HapusWuih itu mah keren banget mbak museumnya yang ada di Bangkok,,, semuanya asli. Tapi misal ya mbak, museum tersebut tidak ada yang jaga dan sekaligus nggak ada teman buat menjelajah museum tersebut,,, ya bisa dibilang uji nyali juga tuh,,, horor jadinya,,,,
Wah itu di Bangkok ya,,, tak hanya terkenal patung Budhanya yang tidur ya, hehehe
oh iyaa, memang serem ;p.. aku g bakal mau sndirian kesana;p.. kmrn itu ama suami.. mana di dalam sepiii bgt. isinya beneran mayat semua -__-.. auranya serem mas.. awalnya aku ga tau kalo itu bnran mayat.. jd aku merhatiinnya dekeeet bgt. pas diksh tau ama petugasnya, wuaahhh lgs ga mau deket2 hihihihi... tapi ttp penasaran ngeliatin semua :D.. Ada kok aku tulis ceritanya di blog
HapusHahaha,,, biasanya orang yang belum tahu itu memang lebih berani mbak daripada orang sudah tahu,,, giliran sudah tahu, hahaha lari menjauh,,, okelah mbak, tak baca lah ntar ke blognya mbak Fanny, :-)
Hapusanis di museum stovia juga masih ada loh peralatan kesehatan dari zaman dulu
BalasHapusIya tow mbak?
Hapushahaha,,, jangankan kesini mbak, ke Monas aja belum pernah,,, di Jakarta cuman numpang lewat aja dikala mudik,,,, pernah sieh main di Kedoya, tapi cuman 2 hari saja, setelah itu pulang ke Jogja,,,,
Okedeh kapan - kapan suatu saat nanti bisa eksplorer Ibukota,,,,
Thanks mbak Winny atas infonya, :-)
wah tempat shootingnya s07 ya mas mantap
BalasHapusIya pow mas? aku malah nggak tahu ew, hehehe
Hapuskeren naknuw,,, :-)