Yogyakarta memang layak dijuluki sebagai Kota Gudeg. Pasalnya banyak para penjual gudeg yang menjajakan gudegnya hampir tersebar di sudut kota ini. Sudah tak asing lagi tentunya di telinga kita kalau gudeg itu mempunyai rasa manis dan pastilah terbuat dari nangka muda. Tapi bagaimana jika sobat mendengar kata "Gudeg Mercon?", apa yang terlintas di benak sobat? Kalau sobat pecinta kuliner udah biasa mungkin mendengar kata mercon dan mengidentikkan dengan kata "pedas". Yapz, memang benar sob begitu juga dengan gudeg yang akan Ane sambangi malam ini (tanggal 12 Januari) yakni Gudeg Mercon IBu Tinah yang konon katanya gudeg ini berbeda dengan yang lainnya yang mempunyai rasa pedas.
Gudeg Ibu Tinah ini sudahlah sangat populer di kalangan para pecinta kuliner. Sudah lama Ane ingin kesini tetapi selalu saja gagal selain karena masih menyambangi tempat lain, juga banyak yang beredar bahwa warung gudeg ini buka mulai tengah malam jam 11. Nah, kalau jam segitu Ane biasanya malas untuk keluar malam tuh sob (maklum anak rumahan). Ada juga yang mengatakan kalau Gudeg Mercon Ibu Tinah ini buka lebih awal sekitar Jam 9 malam. Tak hanya itu banyak kabar yang beredar kalau harga gudeg ini terbilang mahal. Lama kelamaan Ane merasa penasaran saja untuk membuktikan itu semua, apakah Gudeg Mercon ini sekarang memang buka lebih awal atau malam dan apakah harga gudeg nya memang bisa di bilang mahal? Berangkatlah Ane menuju ke Jl. Asem Gede 14 Yogyakarta, tepatnya sebelah utara Warung Gudeg Bu Djuminten.
Ane berangkat dari kost jam 9 kurang seperempat malam. Bergerak menyusuri Jl. Urip Sumoharjo dan berlanjut ke Jl. Jenderal Sudirman hingga Tugu Jogja. Dari sini beloklah Ane ke kanan melalui Jl. A. Moh. Sangaji. Karena Ane hanya tahu bahwa lokasi Gudeg Mercon Ibu Tinah ini terletak di Jl. Asem Gede saja dan belum tahu tempat persisnya maka Ane sengaja belok di belokan ketiga sebelah kiri jalan dari Tugu Jogja yakni melalui Jl. Pakuningratan. Nah, setelah itu Ane menemukan sebuah Pertigaan yang bila terus saja maka akan sampai di Jl. Magelang dan bila belok kiri (selatan) maka akan melewati Jl. Asem Gede. Beloklah Ane ke kiri (selatan) dan tak lama kemudian sampailah Ane di Gudeg Mercon Ibu Tinah ini. Ternyata sob, warung Gudeg ini terletak di sebelah utara perempatan jalan antara Jl. Asem Gede dengan Jl. Kranggan, tak jauh dari lokasi Gudeg Bu Djuminten sekitar 20 meteran saja. Benar saja tepat pukul 9 malam warung ini sudah buka dan sudah banyak yang mengantri untuk membeli gudegnya.
Lalu bagaimanakah dengan sobat yang ingin menuju kesini?
Oke kita mulai yaw. Bila sobat berjalan kaki, dari Jalan Malioboro bergeraklah ke arah utara menuju Tugu Jogja. Dari sini masih lurus lagi dan pada belokan yang kedua sebelah kiri (barat) dari Tugu Jogja, beloklah ke kiri (barat) tersebut hingga menemukan perempatan. Nah dari sini beloklah sobat ke arah kanan (utara). Tak jauh dari perempatan ini sekitar 15 meteran saja sampailah sobat di Warung Gudeg Mercon Ibu Tinah yang sobat maksud.
Bila sobat menggunakan kendaraan pribadi, tentu beda dong jalannya karena dari malioboro ke arah Tugu Jogja adalah jalan searah yang mengarah ke selatan, berikut rutenya. Dari Nol Kilometer bergeraklah ke arah barat sampai bertemu pertigaan lampu merah yang di pojoknya terdapat RSU PKU MUhammadiyah Yogyakarta. Beloklah ke kanan (utara) melewati Jl. Bhayangkara lurus terus hingga mentok di pertigaan lampu merah. Dari sini beloklah ke kiri (barat) melalui Jl. Jlagran Lor hingga menemukan perempatan lampu merah. Kemudian beloklah ke kanan (utara) melewati jalan di bawah rel kereta api hingga menemukan bundaran depan Samsat Kota Jogja. Dari bundaran ini ambillah jalan ke arah utara melalui Jl. Tentara Pelajar hingga bertemu perempatan lampu merah. Kemudian beloklah ke kanan (timur) melalui Jl. Diponegoro hingga bertemu Tugu Jogja. Kemudian beloklah ke kiri (utara) hingga menemukan belokan ke kiri yang kedua. Beloklah ke jalan masuk tersebut hingga menemukan perempatan jalan. Nah dari sini beloklah ke arah kanan (utara), dan tak jauh dari perempatan ini sekitar 15 meteran saja sampailah sobat di warung yang sobat maksud.
Warungnya cukup sederhana bahkan bisa di bilang pedagang kaki lima, hanya beberapa meter saja luasnya. Walaupun warung ini sangatlah sederhana, tetapi sob pengunjung yang datang itu banyak yang bermobil semua sehingga memenuhi badan jalan. Mungkin karena penasaran akan cita rasa gudeg yang ditawarkan akhirnya datanglah mereka semua kesini. Berbagai menu makanan dan lauk pauk tersedia disini mulai dari daging ayam berupa kepala, paha, sayap, sate dan suwiran ayam, selain itu juga terdapat pula telor sebagai temannya dari gudeg itu sendiri. Tentu sebagai menu utamanya adalah gudeg merconnya yang sudah populer dengan kepedasannya, apakah benar begitu? ntahlah, nanti baru Ane mau merasakannya sendiri. Sedangkan minumannya saat itu hanya ada segelas teh hangat aja, yawsudah teh hangat aja sebagai pilihan minumana Ane.
Disini pesanan yang kita pesan tidaklah di antar seperti pada warung pada umumnya melainkan kita harus mengantri terlebih dahulu dan membawanya sendiri ke tempat dimana sobat akan menikmati gudegnya. Bisa langsung di depan warungnya, bisa juga di tempat lesehan di pinggir jalan yang di beri alas berupa tikar. Ane mah ingin nyantai aja sambil menikmati suasana malam, tempat lesehanlah akhirnya yang Ane pilih. Setelah lumayan lama mengantri, kini sepiring gudeg mercon dan segelas teh hangat sudah di depan mata.
Porsinya terbilang sedikit dan untuk ukuran perut Ane tidaklah terlalu kenyang, tapi tidak apa - apa yang penting kan rasa gudegnya itu sendiri seperti apa, ya nggak sob?. Sebenarnya disini Ane bisa memilih mau makan apa saja yang diinginkan, nah kali ini Ane makan Gudeg Mercon dengan tambahan krecek, telur, dan setusuk sate. Di sela - sela gudegnya ada biji lombok yang siap menggoyang lidah Ane. Di benak Ane timbul fikiran,"apakah karena lombok ini yaw dimana gudeg ini dinamakan Gudeg Mercon?". ternyata tidak, dinamakan demikian karena dimana ada potongan cabainya di salah satu bahan makanannya, ntah apa namanya kok Ane lupa. Krecek? bukan, ah ntahlah.
Sekarang saatnya Ane menyantap gudegnya, yang Ane rasakan apa sob? ternyata tidaklah terlalu pedas seperti apa yang banyak dibicarakan. Disitu fikiran Ane timbul, apakah jumlah cabainya dikurangi?, apakah memang pas kebetulan lombok yang digunakan tidak menimbulkan rasa pedas nah ini nieh yang terkesan Ane sombong, apakah karena Ane pecinta rasa pedas seperti makan Ayam Geprek Mas Kobis dengan jumlah cabai 30 dan akhirnya habis, walaupun dengan jumlah 31 cabai di Ayam Geprek Preksu tidaklah habis, hehehe. Ah ntahlah yang jelas sieh menurut Ane gudeg ini tidaklah manis seperti yang ada pada gudeg pada umumnya.
Untuk harga menurut Ane cukuplah bersahabat, untuk semuanya seporsi gudeg dengan berlaukkan suwiran ayam, sebiji telur, dan setusuk sate serta segelas teh hangat hanya dibanderol dengan harga 22k saja. jadi apakah ini mahal? Ane nggak bisa menjawabnya ya sob, kan persepsi atau anggapan mahal atau tidaknya setiap orang itu kan berbeda - beda.
Bagaimanakah dengan sobat, apakah sudah pernah berkunjung kesini? kalau belum silahkan buktikan sendiri cita rasa gudegnya ya sob dan Ane tunggu ceritanya.
Berdasarkan informasi yang Ane dapatkan dari tukang parkirnya bahwa Warung Gudeg Mercon Ibu Tinah ini buka dari jam 9 malam hingga habis. "Biasanya sieh jam 12 malam sudah habis mas", kata Si Mas Tukang parkir tersebut.
Gudeg Ibu Tinah ini sudahlah sangat populer di kalangan para pecinta kuliner. Sudah lama Ane ingin kesini tetapi selalu saja gagal selain karena masih menyambangi tempat lain, juga banyak yang beredar bahwa warung gudeg ini buka mulai tengah malam jam 11. Nah, kalau jam segitu Ane biasanya malas untuk keluar malam tuh sob (maklum anak rumahan). Ada juga yang mengatakan kalau Gudeg Mercon Ibu Tinah ini buka lebih awal sekitar Jam 9 malam. Tak hanya itu banyak kabar yang beredar kalau harga gudeg ini terbilang mahal. Lama kelamaan Ane merasa penasaran saja untuk membuktikan itu semua, apakah Gudeg Mercon ini sekarang memang buka lebih awal atau malam dan apakah harga gudeg nya memang bisa di bilang mahal? Berangkatlah Ane menuju ke Jl. Asem Gede 14 Yogyakarta, tepatnya sebelah utara Warung Gudeg Bu Djuminten.
Ane berangkat dari kost jam 9 kurang seperempat malam. Bergerak menyusuri Jl. Urip Sumoharjo dan berlanjut ke Jl. Jenderal Sudirman hingga Tugu Jogja. Dari sini beloklah Ane ke kanan melalui Jl. A. Moh. Sangaji. Karena Ane hanya tahu bahwa lokasi Gudeg Mercon Ibu Tinah ini terletak di Jl. Asem Gede saja dan belum tahu tempat persisnya maka Ane sengaja belok di belokan ketiga sebelah kiri jalan dari Tugu Jogja yakni melalui Jl. Pakuningratan. Nah, setelah itu Ane menemukan sebuah Pertigaan yang bila terus saja maka akan sampai di Jl. Magelang dan bila belok kiri (selatan) maka akan melewati Jl. Asem Gede. Beloklah Ane ke kiri (selatan) dan tak lama kemudian sampailah Ane di Gudeg Mercon Ibu Tinah ini. Ternyata sob, warung Gudeg ini terletak di sebelah utara perempatan jalan antara Jl. Asem Gede dengan Jl. Kranggan, tak jauh dari lokasi Gudeg Bu Djuminten sekitar 20 meteran saja. Benar saja tepat pukul 9 malam warung ini sudah buka dan sudah banyak yang mengantri untuk membeli gudegnya.
Lalu bagaimanakah dengan sobat yang ingin menuju kesini?
Oke kita mulai yaw. Bila sobat berjalan kaki, dari Jalan Malioboro bergeraklah ke arah utara menuju Tugu Jogja. Dari sini masih lurus lagi dan pada belokan yang kedua sebelah kiri (barat) dari Tugu Jogja, beloklah ke kiri (barat) tersebut hingga menemukan perempatan. Nah dari sini beloklah sobat ke arah kanan (utara). Tak jauh dari perempatan ini sekitar 15 meteran saja sampailah sobat di Warung Gudeg Mercon Ibu Tinah yang sobat maksud.
Bila sobat menggunakan kendaraan pribadi, tentu beda dong jalannya karena dari malioboro ke arah Tugu Jogja adalah jalan searah yang mengarah ke selatan, berikut rutenya. Dari Nol Kilometer bergeraklah ke arah barat sampai bertemu pertigaan lampu merah yang di pojoknya terdapat RSU PKU MUhammadiyah Yogyakarta. Beloklah ke kanan (utara) melewati Jl. Bhayangkara lurus terus hingga mentok di pertigaan lampu merah. Dari sini beloklah ke kiri (barat) melalui Jl. Jlagran Lor hingga menemukan perempatan lampu merah. Kemudian beloklah ke kanan (utara) melewati jalan di bawah rel kereta api hingga menemukan bundaran depan Samsat Kota Jogja. Dari bundaran ini ambillah jalan ke arah utara melalui Jl. Tentara Pelajar hingga bertemu perempatan lampu merah. Kemudian beloklah ke kanan (timur) melalui Jl. Diponegoro hingga bertemu Tugu Jogja. Kemudian beloklah ke kiri (utara) hingga menemukan belokan ke kiri yang kedua. Beloklah ke jalan masuk tersebut hingga menemukan perempatan jalan. Nah dari sini beloklah ke arah kanan (utara), dan tak jauh dari perempatan ini sekitar 15 meteran saja sampailah sobat di warung yang sobat maksud.
Warungnya cukup sederhana bahkan bisa di bilang pedagang kaki lima, hanya beberapa meter saja luasnya. Walaupun warung ini sangatlah sederhana, tetapi sob pengunjung yang datang itu banyak yang bermobil semua sehingga memenuhi badan jalan. Mungkin karena penasaran akan cita rasa gudeg yang ditawarkan akhirnya datanglah mereka semua kesini. Berbagai menu makanan dan lauk pauk tersedia disini mulai dari daging ayam berupa kepala, paha, sayap, sate dan suwiran ayam, selain itu juga terdapat pula telor sebagai temannya dari gudeg itu sendiri. Tentu sebagai menu utamanya adalah gudeg merconnya yang sudah populer dengan kepedasannya, apakah benar begitu? ntahlah, nanti baru Ane mau merasakannya sendiri. Sedangkan minumannya saat itu hanya ada segelas teh hangat aja, yawsudah teh hangat aja sebagai pilihan minumana Ane.
Disini pesanan yang kita pesan tidaklah di antar seperti pada warung pada umumnya melainkan kita harus mengantri terlebih dahulu dan membawanya sendiri ke tempat dimana sobat akan menikmati gudegnya. Bisa langsung di depan warungnya, bisa juga di tempat lesehan di pinggir jalan yang di beri alas berupa tikar. Ane mah ingin nyantai aja sambil menikmati suasana malam, tempat lesehanlah akhirnya yang Ane pilih. Setelah lumayan lama mengantri, kini sepiring gudeg mercon dan segelas teh hangat sudah di depan mata.
Porsinya terbilang sedikit dan untuk ukuran perut Ane tidaklah terlalu kenyang, tapi tidak apa - apa yang penting kan rasa gudegnya itu sendiri seperti apa, ya nggak sob?. Sebenarnya disini Ane bisa memilih mau makan apa saja yang diinginkan, nah kali ini Ane makan Gudeg Mercon dengan tambahan krecek, telur, dan setusuk sate. Di sela - sela gudegnya ada biji lombok yang siap menggoyang lidah Ane. Di benak Ane timbul fikiran,"apakah karena lombok ini yaw dimana gudeg ini dinamakan Gudeg Mercon?". ternyata tidak, dinamakan demikian karena dimana ada potongan cabainya di salah satu bahan makanannya, ntah apa namanya kok Ane lupa. Krecek? bukan, ah ntahlah.
Sekarang saatnya Ane menyantap gudegnya, yang Ane rasakan apa sob? ternyata tidaklah terlalu pedas seperti apa yang banyak dibicarakan. Disitu fikiran Ane timbul, apakah jumlah cabainya dikurangi?, apakah memang pas kebetulan lombok yang digunakan tidak menimbulkan rasa pedas nah ini nieh yang terkesan Ane sombong, apakah karena Ane pecinta rasa pedas seperti makan Ayam Geprek Mas Kobis dengan jumlah cabai 30 dan akhirnya habis, walaupun dengan jumlah 31 cabai di Ayam Geprek Preksu tidaklah habis, hehehe. Ah ntahlah yang jelas sieh menurut Ane gudeg ini tidaklah manis seperti yang ada pada gudeg pada umumnya.
Untuk harga menurut Ane cukuplah bersahabat, untuk semuanya seporsi gudeg dengan berlaukkan suwiran ayam, sebiji telur, dan setusuk sate serta segelas teh hangat hanya dibanderol dengan harga 22k saja. jadi apakah ini mahal? Ane nggak bisa menjawabnya ya sob, kan persepsi atau anggapan mahal atau tidaknya setiap orang itu kan berbeda - beda.
Bagaimanakah dengan sobat, apakah sudah pernah berkunjung kesini? kalau belum silahkan buktikan sendiri cita rasa gudegnya ya sob dan Ane tunggu ceritanya.
Berdasarkan informasi yang Ane dapatkan dari tukang parkirnya bahwa Warung Gudeg Mercon Ibu Tinah ini buka dari jam 9 malam hingga habis. "Biasanya sieh jam 12 malam sudah habis mas", kata Si Mas Tukang parkir tersebut.
wakakak...mas Anis yang raja pedas, ngerasa ga pedas makan gudeg mercon ini...berarti standar merconnya beda kali mas...mas Anis sudah terbiasa dengan cabe rawit 30 biji sih...ya ga nyampe standar pedesnya mas... pisss ah, tapi tetep kelihatan menggoda gudegnya....
BalasHapusAh nggak juga ah mbak,,, Iya, tapi gudegnya teteup kelihatan menggoda dan enak kok mbak :-)
HapusSuka kalau makan gudeg terus pedes ala mercon gini, soalnya, jujur ya klo makan gudeg tanpa rasa pedes nggak bisa nelen solanya manis. tapi klo ada mercon dan cabe dimasak gini, duh duh duh dua mangkok habis.
BalasHapusNis, perutmu nggak mules ta ? maem e pedessss terus
Eow, berarti nggak suka manis ya mak? :-) ,,, wokelah berarti kalau ke Jogja bisa mampir kesini, langsung aja pesan dua mangkok sikat habis, hahaha.
HapusLa udah terbiasa ew mbak dari kecil dimasakin pedas terus. Eh pas ke Jogja kaget, kok masakannya rata - rata manis semua... gitu ceritanya :-)
Wah ternyat ada ya gudeg versi pedes haha aku baru tau. kapan kapan coba ah
BalasHapusIya mbak, silahkan :-)
Hapusnelan ludah bacanya.... murah bgt itu maahhhh.... Kayaknya ini bakal jd gudeg fav ku kalo ke jogja... ^o^.. aku harus cobain sendiri nih apa bener pedes ato biasa aja :D
BalasHapusHahaha,,, setuju mbak, :-)
HapusDenger kata mercon itu udah pasti pikiran langsung tertuju ke pedas yang super :D
BalasHapusApalagi hargane yg murmer.. Pas banget buat santapan pas lagi turing. Hahahah :D
Iya mas bener,,, Tadinya asing di telinga, sekarang mah udah biasa dengarnya ya mas. Cocok memang sebagai santapan pas lagi turing atau malam hari, hehe
HapusWah gudeg, aku suka makan gudeg. Saking banyaknya gudeg di Jogja sampai lupa yang kumakan gudeg mana saja hehehe.. Entar kalau ke Jogja nyobain mampir dech
BalasHapushehehe,,, namanya aja Kota Gudeg Mbak. Wah keren Mbak, sampai nggak ingat gudeg mana saja yang sudah di makan saking banyaknya. Ntar kalau ke Jogja bisa nyobain yang versi pedasnya :-)
Hapusngeliatnya jadi laper dan pengen nyobaaw wkwk, ini jadi bahan persentasinnya nih
BalasHapusSilahkan dicoba mas, :-)
Hapus