Hari minggu sudah tiba, Ane yang masih saja ingin berburu kuliner di Kota Gudeg ini masih berlanjut. Kali ini Ane ditemani oleh seorang sahabat Ane Hanna dan tujuan kita adalah Brongkos Warung Ijo Bu Padmo. Berawal dari pesanan sahabat Ane ini kalau Ane mau wiskul lagi, dia mau ikut.
Okelah akhirnya pada hari minggu 10 Januari 2016 pagi, Ane menghubungi dia melalui via sms yang isinya apakah dia mau ikut kulineran bareng Ane di Warung Ijo Bu Padmo ini atau tidak, tapi sekarang. Eow iyaw sob, sahabat Ane ini orangnya easy going lah, nggak ribet ini itu ini itu dan lain sebagainya jadi dengan ajakan yang mendadak pun asal dia nggak ada acara dia oke - oke aja. Benar saja kebetulan dia nggak ada acara jadi dia memastikan untuk ikut.
Bangun tidur, mandi, sikat gigi dan langsung berangkat. Tepat pukul 10.10 pagi berangkatlah kita menuju sana dengan perkiraan pukul 10.45 kita sudah sampai di sana. Maklum sob, jarak kost kita dengan Warung Ijo Bu Padmo ini lumayan cukup jauh karena warung ini berada di dekat Pasar Tempel dan juga dekat dengan Kali Krasak yang merupakan perbatasan antar provinsi yaitu Yogyakarta dengan Jawa Tengah. Benar saja jam 11 kurang seperempat jam sampailah kita disana.
Daripada Ane bercerita bagaimana cara kita menuju kesini, lebih baik Ane memberikan arahan/petunjuk kepada sobat aja bagaimana caranya kesini, iya kan sob?
Jadi begini dari Tugu Jogja, bergeraklah ke arah barat melalui Jl. P. Diponegoro hingga menemukan perempatan lampu merah. Kemudian beloklah ke arah kanan (utara) melalui Jl. Magelang lurus terus hingga menemukan perempatan di Jl. Lingkar Utara (Ringroad). Nah dari sini masih lurus lagi ke arah utara terus aja ikuti Jl. magelang ini yaw sob sampai menemukan sebuah pasar yang berada sebelum Kali Krasak. Mungkin sobat pertama akan menemukan Warung Ijo Bu Padmo yang berada di sebelah kiri jalan sebelum jembatan dan pasar. Tapi ini cabangnya yaw sob, nah untuk sampai di pusatnya masuklah sobat ke jalan sebelum jembatan yang ada di sebelah kiri jalan memasuki pasar. Nah ikutilah jalan yang masuk ke pasar tersebut hingga mentok. Dari sini beloklah ke kanan melewati jalan di bawah jembatan dan kemudian beloklah ke kanan bila menemui pertigaan jalan lagi. Dari sini sudah ada papan petunjuknya kok sob untuk sampai di Warung Ijo Bu Padmo. Tak jauh dari papan petunjuk tersebut kurang lebih 200 meter sampailah sobat di tempat dimana yang sobat maksud.
Warungnya cukup sederhana bercat hijau semua. Yaiyalah namanya aja Warung Ijo, jadi yaw di cat hijau semua. Mungkin kalau di cat merah jadinya warung merah kali yaw sob?. Ada yang menarik sob di penamaan warung ini, selain berkaitan dengan warna hijau juga ada kata Brongkos Mak Nyuuss. Kalau sobat pecinta kuliner tentu tahu donk seseorang yang sering mengatakan kata "mak nyuuss" tersebut ketika mencicipi kuliner nusantara? siapa lagi kalau bukan Bondan Winarno. Apakah kata Mak Nyuuss ini ada kaitannya dengan Pak Bondan? ntahlah, mungkin nanti akan Ane tanyakan langsung kepada pegawainya.
Memasuki warungnya, hanya terdapat tiga buah tempat duduk saja dengan meja dan kursinya yang disusun memanjang. Di setiap mejanya sudah tersedia berbagai macam lauk seperti peyek, kerupuk, daging ayam dan sebagainya. Hanya ada beberapa pengunjung saja yang datang kesini saat itu, jadi Ane tak malu - malu untuk mengambil gambar.
Mendekati pelayannya, tentulah Ane memesan brongkosnya yaitu brongkos daging sapi yang menjadi menu utama dan andalannya. Sebagai tambahannya ada tahu, telur, krecek dan lainnya. Disini kita dapat melihat secara langsung menu apa saja yang tersedia karena menu - menu tersebut diletakkan di meja tersendiri di bagian depan.
Sepotong tahu lah sebagai pilihan Ane untuk menu tambahannya, sementara si Hanna memilih sebuah telur. Untuk minumannya Ane memilih sebotol teh dingin aja dan Sahabat Ane memilih es jeruk. tak lama menunggu dan terbilang singkat jadilah pesanan kita yang kita pesan.
Secara visual seporsi brongkos ini berwarna hitam dan memiliki sedikit kuah serta dihidangkan dengan sedikit nasi. Di sela - sela sayurnya terdapat lombok kletus sehingga kita bisa mengkletusnya ketika makan dan sensasi rasa pedas akan timbul. Ada yang unik sob dengan brongkosnya, biasanya kan yang namanya brongkos itu menggunakan kacang tolo sebagai olahannya tetapi disini Ane tidak menemukan sama sekali kacang tolo dan yang ada hanyalah potongan daging sapi saja. Sobat tahu kan kacang tolo itu seperti apa?
Lalu bagaimanakah dengan rasanya? eitz, tunggu dulu sob Ane mau melakukan ritual bernarsis ria dulu biar afdol. Sudah jauh - jauh dari Kota Jogja masa tidak narsis, kan rugi.
Sekarang gantian sobat Ane yang mau bernarsis ria. Ini dia orangnya sahabat Ane yang bernama Hana itu.
sekaranglah saatnya Ane mengeksekusinya. Menurut Ane memang wuenak tenan sob, manis? nggak. Rasa cenderung pas di lidah, kalau kata Pak Bondan rasanya "Mak Nyuuss" bener - bener mak nyuuss. Dah, nggak banyak komentar ah tentang brongkos ini. Saatnya Ane berfokus untuk menghabiskannya dan dalam waktu yang singkat, habis sudah semuanya.
Untuk harga cukup bersahabat kok sob, seporsi brongkos daging sapi dan di tambah dengan tahu serta sebotol teh dingin dihargai sebesar 27k. Sedangkan si Hanna seporsi brongkos daging sapi dan di tambah dengan telor serta segelas es jeruk dihargai lebih tinggi daripada Ane yakni 29k.
Apakah habis ini lalau kita pulang? tidak. Di dorong oleh rasa penasaran tentang warung ini, berbincang - bincanglah Ane bersama salah satu pelayannya yang kebetulan Ane lupa siapa namanya dengan menggunakan bahasa jawa. Kenapa kok dengan pelayannya Ane berbincang - bincang, karena setelah Ane bayar tak tahu dimana ibu pemilik warungnya pergi.
Ane : Bu, mulai taun pinten nggeh warung niki wonten?
Bu, mulai tahun berapa yaw bu warung ini ada (berdiri)?
Pelayan : Taun 1950 mas
Tahun 1950 mas.
Ane : Wah sampun dangu nggeh. Lajeng wau kan kulo kepanggeh
kaliyan salah satunggaling warung nggeh sami asmonipun
kaleh mriki ten kiwo mergi. Niku cabang ipun saking mriki
nopo pripun bu? Nopo benten tiang ipun?
Wah sudah lama ya. Kemudian tadi kan saya bertemu dengan
salah satu warung yang sama namanya dengan ini di kiri
jalan. Itu cabangnya dari sini atau bagaimana bu? apa beda
orangnya?
Pelayan : Eow, sami mas. Ha nggeh warung niko ki sami kaleh mriki.
Brongkos ipun riko nggeh sami kaliyan mriki, masake dados
setunggal.
Eow, sama mas. Ya iya warung itu ya sama dengan ini.
Brongkosnya disana ya sama dengan sini, memasaknya jadi
satu.
Ane : Eow sami tow buk?
Eow sama tow bu?
Pelayan : nggeh mas
Iya mas
Ane : La ingkang gadhah sinten nggeh bu sakniki? nopo taseh Bu
Padmo ipun piyambak nopo sampun diturunaken marang putra
ipun bu?
La yang punya siapa bu sekarang? Apa masih bu Padmonya
sendiri apa sudah diturunkan kepada anaknya bu?
Pelayan : sampun Generasi ke kaleh mas, dados nggeh anake.
Sudah generasi kedua mas, jadi ya anaknya.
Ane : Asmonipun bu?
Namanya bu?
Pelayan : Bu Eni
Ane : Bu, Kulo angsal boten mendet foto ing dalem pawon?
Bu, saya boleh tidak ambil foto di dalam dapur?
Pelayan : Eow monggo mas, boten nopo - nopo
Eow silahkan mas, tidak apa - apa
Inilah dua buah foto yang berhasil Ane abadikan.
Benar saja enak, lawong pengolahannya saja masih menggunakan cara tradisional yakni menggunakan tungku sebagai kompornya dan kayu bakar sebagai bahan bakarnya. Eow iya, kok menurut Ane dapur untuk memasak dengan ruangan untuk makan kok malah besaran dapurnya yaw. Bisa di bilang dapurnya itu 2,5 kali dari ruang makan.
Setelah Ane mengambil gambar, Ane pun kembali bertanya kepada pelayan yang kebetulan seorang wanita tersebut.
Ane : Kenopo sieh bu warung niki diparingi asma warung ijo?
Nopo amargi waune warung ipun di cat ijo nopo pripun?
Kenapa sieh bu warung ini diberi nama warung Ijo?
Apa karena tadinya warungnya di cat hijau apa gimana?
Pelayan : Nggeh mas, leres. Waune nggeh niku warunge di cat ijo,
dados dugi sakniki nggeh di sebut warung ijo.
Iya mas, benar. Tadinya ya itu warungnya di cat hijau,
jadi sampai sekarang ya di sebut warung Ijo.
Ane : Eow. Lajeng sanjange waunipun warung niki bikak ten
ngandap jembatan lepen Krasak nggeh bu?
Eow. Kemudian katanya tadinya warung ini buka di bawah
jembatan Kali Krasak ya bu?
Pelayan : Nggeh mas leres, lajeng sakniki nggeh ten riki pindah
ipun.
Iya mas benar, kemudian sekarang ya di sini pindahnya
Ane : Eow nggeh Bu, warung niki kan wonten kata "Mak nyuuss",
nah niku sampun tenar ingkang ngucapke niku Pak Bondan.
Nopo wonten hubungane nggeh bu warung niki kaleh Pak
Bondan?
Eow iya bu, warung ini kan ada kata "Mak Nyuuss", nah itu
sudah terkenal yang mengucapkan itu Pak Bondan. Apa ada
hubungannya ya bu warung ini dengan Pak Bondan?
Pelayan : Wonten mas, Pak Bondan nate sowan mriki. Sanjange nggeh
Mak Nyuuss, Dados nggeh niku warung niki wonten "kata mak
nyuuss" ipun.
Ada mas, Pak Bondan pernah datang kesini. Katanya ya Mak
nyuuss, jadi ya itu warung ini ada kata "mak nyuuss" nya.
Ane : Bikak ipun jam pinten nggeh bu? saking jam pinten dugi
jam pinten?
Buka nya jam berapa ya bu? dari jam berapa sampai jam
berapa?
Pelayan : Jam 7 enjang dugi jam 6 sonten mas
Jam 7 pagi sampai jam 6 sore mas
Ane : Eow, nggeh mpun bu. Matur nuwun nggeh bu ingkang wekdal
menika ingkang sampun di parengke kulo
Eow, ya sudah bu. Terima kasih ya bu atas waktu yang sudah
diberikan kepada saya
Pelayan : Nggeh mas, matur nuwun.
Iya mas, terima kasih.
Nah itulah sob, beberapa pertanyaan yang Ane lontarkan kepada salah satu pelayannya tentang warung ini dan beliau cukup mengerti tentang warung ini. Ingat yaw sob, bila sobat ingin datang kesini, warung ini buka setiap hari dari jam 7 pagi hingga 6 sore. Konon kata pelayannya tersebut warung ini libur jika waktu lebaran sudah tiba.
Memasuki warungnya, hanya terdapat tiga buah tempat duduk saja dengan meja dan kursinya yang disusun memanjang. Di setiap mejanya sudah tersedia berbagai macam lauk seperti peyek, kerupuk, daging ayam dan sebagainya. Hanya ada beberapa pengunjung saja yang datang kesini saat itu, jadi Ane tak malu - malu untuk mengambil gambar.
Sepotong tahu lah sebagai pilihan Ane untuk menu tambahannya, sementara si Hanna memilih sebuah telur. Untuk minumannya Ane memilih sebotol teh dingin aja dan Sahabat Ane memilih es jeruk. tak lama menunggu dan terbilang singkat jadilah pesanan kita yang kita pesan.
Secara visual seporsi brongkos ini berwarna hitam dan memiliki sedikit kuah serta dihidangkan dengan sedikit nasi. Di sela - sela sayurnya terdapat lombok kletus sehingga kita bisa mengkletusnya ketika makan dan sensasi rasa pedas akan timbul. Ada yang unik sob dengan brongkosnya, biasanya kan yang namanya brongkos itu menggunakan kacang tolo sebagai olahannya tetapi disini Ane tidak menemukan sama sekali kacang tolo dan yang ada hanyalah potongan daging sapi saja. Sobat tahu kan kacang tolo itu seperti apa?
Lalu bagaimanakah dengan rasanya? eitz, tunggu dulu sob Ane mau melakukan ritual bernarsis ria dulu biar afdol. Sudah jauh - jauh dari Kota Jogja masa tidak narsis, kan rugi.
Jempol |
sekaranglah saatnya Ane mengeksekusinya. Menurut Ane memang wuenak tenan sob, manis? nggak. Rasa cenderung pas di lidah, kalau kata Pak Bondan rasanya "Mak Nyuuss" bener - bener mak nyuuss. Dah, nggak banyak komentar ah tentang brongkos ini. Saatnya Ane berfokus untuk menghabiskannya dan dalam waktu yang singkat, habis sudah semuanya.
Fokus makan |
Habis sudah |
Apakah habis ini lalau kita pulang? tidak. Di dorong oleh rasa penasaran tentang warung ini, berbincang - bincanglah Ane bersama salah satu pelayannya yang kebetulan Ane lupa siapa namanya dengan menggunakan bahasa jawa. Kenapa kok dengan pelayannya Ane berbincang - bincang, karena setelah Ane bayar tak tahu dimana ibu pemilik warungnya pergi.
Ane : Bu, mulai taun pinten nggeh warung niki wonten?
Bu, mulai tahun berapa yaw bu warung ini ada (berdiri)?
Pelayan : Taun 1950 mas
Tahun 1950 mas.
Ane : Wah sampun dangu nggeh. Lajeng wau kan kulo kepanggeh
kaliyan salah satunggaling warung nggeh sami asmonipun
kaleh mriki ten kiwo mergi. Niku cabang ipun saking mriki
nopo pripun bu? Nopo benten tiang ipun?
Wah sudah lama ya. Kemudian tadi kan saya bertemu dengan
salah satu warung yang sama namanya dengan ini di kiri
jalan. Itu cabangnya dari sini atau bagaimana bu? apa beda
orangnya?
Pelayan : Eow, sami mas. Ha nggeh warung niko ki sami kaleh mriki.
Brongkos ipun riko nggeh sami kaliyan mriki, masake dados
setunggal.
Eow, sama mas. Ya iya warung itu ya sama dengan ini.
Brongkosnya disana ya sama dengan sini, memasaknya jadi
satu.
Ane : Eow sami tow buk?
Eow sama tow bu?
Pelayan : nggeh mas
Iya mas
Ane : La ingkang gadhah sinten nggeh bu sakniki? nopo taseh Bu
Padmo ipun piyambak nopo sampun diturunaken marang putra
ipun bu?
La yang punya siapa bu sekarang? Apa masih bu Padmonya
sendiri apa sudah diturunkan kepada anaknya bu?
Pelayan : sampun Generasi ke kaleh mas, dados nggeh anake.
Sudah generasi kedua mas, jadi ya anaknya.
Ane : Asmonipun bu?
Namanya bu?
Pelayan : Bu Eni
Ane : Bu, Kulo angsal boten mendet foto ing dalem pawon?
Bu, saya boleh tidak ambil foto di dalam dapur?
Pelayan : Eow monggo mas, boten nopo - nopo
Eow silahkan mas, tidak apa - apa
Inilah dua buah foto yang berhasil Ane abadikan.
Benar saja enak, lawong pengolahannya saja masih menggunakan cara tradisional yakni menggunakan tungku sebagai kompornya dan kayu bakar sebagai bahan bakarnya. Eow iya, kok menurut Ane dapur untuk memasak dengan ruangan untuk makan kok malah besaran dapurnya yaw. Bisa di bilang dapurnya itu 2,5 kali dari ruang makan.
Setelah Ane mengambil gambar, Ane pun kembali bertanya kepada pelayan yang kebetulan seorang wanita tersebut.
Ane : Kenopo sieh bu warung niki diparingi asma warung ijo?
Nopo amargi waune warung ipun di cat ijo nopo pripun?
Kenapa sieh bu warung ini diberi nama warung Ijo?
Apa karena tadinya warungnya di cat hijau apa gimana?
Pelayan : Nggeh mas, leres. Waune nggeh niku warunge di cat ijo,
dados dugi sakniki nggeh di sebut warung ijo.
Iya mas, benar. Tadinya ya itu warungnya di cat hijau,
jadi sampai sekarang ya di sebut warung Ijo.
Ane : Eow. Lajeng sanjange waunipun warung niki bikak ten
ngandap jembatan lepen Krasak nggeh bu?
Eow. Kemudian katanya tadinya warung ini buka di bawah
jembatan Kali Krasak ya bu?
Pelayan : Nggeh mas leres, lajeng sakniki nggeh ten riki pindah
ipun.
Iya mas benar, kemudian sekarang ya di sini pindahnya
Ane : Eow nggeh Bu, warung niki kan wonten kata "Mak nyuuss",
nah niku sampun tenar ingkang ngucapke niku Pak Bondan.
Nopo wonten hubungane nggeh bu warung niki kaleh Pak
Bondan?
Eow iya bu, warung ini kan ada kata "Mak Nyuuss", nah itu
sudah terkenal yang mengucapkan itu Pak Bondan. Apa ada
hubungannya ya bu warung ini dengan Pak Bondan?
Pelayan : Wonten mas, Pak Bondan nate sowan mriki. Sanjange nggeh
Mak Nyuuss, Dados nggeh niku warung niki wonten "kata mak
nyuuss" ipun.
Ada mas, Pak Bondan pernah datang kesini. Katanya ya Mak
nyuuss, jadi ya itu warung ini ada kata "mak nyuuss" nya.
Ane : Bikak ipun jam pinten nggeh bu? saking jam pinten dugi
jam pinten?
Buka nya jam berapa ya bu? dari jam berapa sampai jam
berapa?
Pelayan : Jam 7 enjang dugi jam 6 sonten mas
Jam 7 pagi sampai jam 6 sore mas
Ane : Eow, nggeh mpun bu. Matur nuwun nggeh bu ingkang wekdal
menika ingkang sampun di parengke kulo
Eow, ya sudah bu. Terima kasih ya bu atas waktu yang sudah
diberikan kepada saya
Pelayan : Nggeh mas, matur nuwun.
Iya mas, terima kasih.
Nah itulah sob, beberapa pertanyaan yang Ane lontarkan kepada salah satu pelayannya tentang warung ini dan beliau cukup mengerti tentang warung ini. Ingat yaw sob, bila sobat ingin datang kesini, warung ini buka setiap hari dari jam 7 pagi hingga 6 sore. Konon kata pelayannya tersebut warung ini libur jika waktu lebaran sudah tiba.
Brongkos, nyam2...enak kayaknya mas...aku belum pernah makan tapi dari dulu pengen buat sendiri tapi tertunda saja...
BalasHapuswuih pagi2 liat ginian ngiler tenan...salam buat mba Hanna ya mas Anis...
Hmmm, bener mbak Monic, enak banget rasanya itu sesuatu. Gek cepetan buat mbak, cari bahan di warung terus buat.... Okelah tak salamkan kepada dia,,, waalaikumsalam :-)
Hapusrasanya kayak gimana ya brongkos? mirip2 semur gitu kah..
BalasHapusBukan mbak, beda banget,,, kayak apa ya rasanya, bingung juga sieh. Pokoknya khas mbak, beda bangetlah pokoknya dibandingkan dengan masakan yang lain
Hapusoalahhhh begini toh tampilan bronkos.. aku prnh baca novel tentang budaya jawa gitu, lupa judulnya, dan di sana ada disebut2 tentang brongkos ;p.. udh penasaran dari situ pgn icip rasanya... kyknya enak ya mas... mirip ama rawon? beda ya
BalasHapusKalau kuahnya sieh agak sama mbak, sama - sama warna hitam. Cuman biasanya kalau rawon kan ada taugenya,, nah kalau di brongkos ada kacang tolonya. Yaw mungkin kandungan bahan - bahannya kali yang agak beda.
HapusMonica rampo: waalaikumsalam mbak... 😍😘 gampang koq buatnya mbak... Gak jauh beda koq rawon sama brongkos kalo menurut saya sih bahannya sama tapi isinya (campuran selain daging) yang beda mbak...😁
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus