Sob, Ane mau tanya nieh apa pendapat sobat bila mendengar kata lethek? Hayo, pastilah beragam stigma disematkan padanya kan? pasti jorok, lusuh, udah harus di cuci, dll. Nah, apakah kalau Mie Lethek ini juga demikian jorok, lusuh, dan lain sebagainya?. Ternyata tidak loh sob, produksinya pun terkesan jauh dari anggapan tersebut. Mie ini dinamakan "Mie Lethek" karena penampakannya saja yang kusam dan kotor, padahal mie tersebut sangat layak dikonsumsi apalagi bila sobat datang ke Bantul atau Jogja rasanya wajib sobat menyantap mie ini. Okelah, untuk meyakinkan sobat bahwa mie ini benar - benar sangat layak di konsumsi kali ini Ane mau mendatangi pabriknya secara langsung seperti apakah produksi dari mie lethek ini.
Nampang dulu ah |
Kenapa sob Ane katakan kalau ke Bantul atau Jogja wajib hukumnya menyantap mie ini? karena mie ini sudah menjadi kuliner khas dari Bantul itu sendiri. Untuk sampai sini Ane tak membutuhkan waktu yang cukup lama dari Warung Makan Gudeg Manggar Bu Jumilan karena memang waktu itu Ane juga menyambangi warung ini, yaw sekitar kurang lebih 15 menitan saja. Dari Warung ini Ane menuju ke arah barat hingga menemukan Bundaran Srandakan dan beloklah Ane ke kanan mengikuti jalan aspal yang tak begitu lebar dan cenderung sempit hingga mentok menemukan sebuah sekolah TK ABA BENDO. Tak jauh dari TK tersebut sampailah Ane disini.
Lalu bagaimanakah dengan sobat yang ingin menuju kesini dan melihat produksinya secara langsung?
Cara menuju Pabrik Produksi Mie Lethek:
Dari Pojok Beteng Kulon bergeraklah ke arah selatan melewati Perempatan Lampu Merah Dongkelan dan Perempatan Lampu Merah Kasongan hingga memasuki Kota Bantul yang disambut dengan sebuah gapura bertuliskan,"Bantul Projo Tamansari". Dari sini masih lurus ke selatan hingga melewati POLRES Bantul dan perempatan Lampu Merah Gose hingga menemukan Perempatan Lampu Merah lagi yaitu Perempatan Lampu Merah Palbapang. Kemudian beloklah ke arah kanan (barat) hingga menemukan Bundaran Srandakan sebelum jembatan Kali Progo yang panjang sekali. Dari bundaran ini beloklah ke kanan.
Secara sekilas jalan ke kanan ini tidaklah terlihat, cobalah masuk saja ke arah barat menyusuri pinggiran jembatan. Jangan ragu itu ada jalannya kok. Lurus ikuti jalan tersebut hingga mentok menemukan lapangan sepak bola di utara jalan.
Beloklah ke kiri (barat) ikuti jalan ini hingga mentok sobat akan menemui sebuah sekolah TK ABA BENDO.
Di samping kiri TK ini ada sebuah masjid.
Nah di samping kiri masjid inilah Pabrik Mie Lethek berada. Masih bingung? yawsudah Ane kasih gambarannya aja yaw sob.
Beloklah ke kiri (barat) ikuti jalan ini hingga mentok sobat akan menemui sebuah sekolah TK ABA BENDO.
Di samping kiri TK ini ada sebuah masjid.
Nah di samping kiri masjid inilah Pabrik Mie Lethek berada. Masih bingung? yawsudah Ane kasih gambarannya aja yaw sob.
Sebenarnya Ane kesini udah satu kali sob tanggal 25 Desember, cuman di hari itu pas Hari Raya Natal bagi umat kristiani pabrik ini tidak melakukan produksi. Akhirnya Ane datang lagi kesini tanggal 27 Desember dan syukur pabriknya telah melakukan produksi.
Di hari pertama Ane sempat berbincang - bincang dengan Bu Salma (ibu dari Mas Ferry pemilik pabrik ini), beliau ramah sekali dalam menanggapi setiap pertanyaan yang Ane lontarkan. Jadi di hari itu Ane hanya sebatas bertanya - tanya saja kepada beliau dan beliau berharap kepada Ane untuk datang kesini lagi ketika produksi berjalan. Okelah 2 hari berselang Ane akan datang kesini lagi.
Benar tanggal 27 Desember sampailah Ane disini. Begitu Ane datang, Ane langsung menemui salah satu karyawannya di bagian proses produksinya yakni Mas Riyadi yang kebetulan orangnya masih terlihat muda. Mas Riyadi inilah yang nantinya akan menjelaskan kepada Ane perihal bagaimana mie lethek ini dibuat.
Ane : Permisi mas, perkenalkan nama saya Anis
Mas Riyadi : Iya, saya Riyadi. Mas nya darimana?
Ane : dari Kretek mas
Mas Riyadi : Ow Kretek, berarti dekat mas
Ane : Iya memang deket. Eow iya mas, Kan Mie Lethek ini
sudah terbilang menjadi makanan khas warga Bantul.
Kalau boleh tahu, bagaimana sieh mas prosesnya?
Mas Riyadi : Langsung saja yaw mas. Jadi ada beberapa tahap yang
harus di lalui supaya mie lethek ini dihasilkan.
Pertama dalam bentuk gaplek (singkong yang dijemur
hingga menjadi gaplek). Dari gaplek kemudian digiling.
Disana mas penggilingannya (sambil menunjukkan sebuah
tempat dimana penggilingannya berada).
Habis di giling kemudian di takar sebesar 40 Kg per
karungnya.
Kemudian di rendam di dalam sebuah wadah. Penggantian
air dilakukan sebanyak 3 kali supaya hasil rendamannya
bersih.
|
|
Ini dia rupanya |
ditambahkan SPM (Sinar Pematang Mulia).
Ane : Tujuannya mas ditambahkan SPM?
Mas Riyadi : Supaya kuat. Bahan tersebut yang paling aman digunakan.
Kalau nggak dikasih apa - apa, mienya rapuh mas dan
nggak bisa jadi.
Ane : Bukannya tadi yang di takar 40 Kg itu mas SPM nya? kan
di wadahnya bertuliskan demikian
Mas Riyadi : Bukan mas, itu hanya masalah karungnya saja mas.
Ane : Eow
Gambar SPM nya yang sedang berada di karungnya |
|
|
persegi. Setelah itu dimasukkan kedalam oven /
penggodokan. Nah itu oven nya mas (sambil menunjuk
ke arah selatan dimana oven itu berada).
Ane : Mana mas?
Mas Riyadi : ituloh mas di sana
Ane : Loh itu oven tow mas?
Mas Riyadi : Iyaw mas, ya itu ovennya
Ane : Owalah, saya kira itu tadi kamar kecil mas, hehehe (Ane
pun tertawa kecil)
Ane sempat heran tuh sob, seperti apa dalamnya oven tersebut. Hal ini pun Ane tanyakan kepada Mas Riyadi tersebut.
Ane : dalam ovennya seperti apa mas? oven biasa atau gimana?
Mas Riyadi : Seperti menggodok air biasanya mas, di bagian bawahnya
diberi air dan hasil cetakan persegi tersebut diletak
kan di atasnya. Barulah bara api dinyalakan.
Tampak oven dari depan |
|
|
lagi dan ditambahkan SPM lagi.
Hasil cetakan mie persegi panjang |
Abaikan orangnya sob, proses penggilangan kedua sedang berlangsung |
Aku makannya yang hijau - hijau bro, soalnya banyak mengandung zat besi |
Tuh emo nya sedang bekerja sob. Di tengah - tengah
produksi, emo nya diberi makan dulu supaya pada penggi
lingan selanjutnya lebih bersemangat lagi.
Ane : Lalu bagaimana lagi mas?
Mas Riyadi : Kemudian masuk percetakan mas dengan cara pengepresan.
Gambar alat pengepresannya |
Bapak - bapanya sedang melakukan proses pengepresan |
Tuh mie nya sudah jadi kan sob? |
dahulu.
Ane : Dari sini sudah selesai mas?
Mas Riyadi : Belum mas, masih ada proses selanjutnya. Mie - mie
yang sudah jadi ini masuk oven lagi dan pada pagi
harinya dicetak dengan cara dicuci menggunakan air.
Proses pendinginan sedang berlangsung |
Terlihat berwarna putih kan sob? |
ini di jemur di bawah terik sinar matahari.
Proses penjemuran sedang berlangsung |
Warna menjadi agak gelap (lethek) |
Mas Riyadi : Kalau cuaca sedang baik 1 hari saja sudah cukup mas.
Tapi kalau kremun - kremun (mendung) yaw butuh waktu
paling tidak 2 hari an.
Ane : Biasanya ada nggak mas pengunjung yang datang kesini
melihat proses pembuatan mie ini secara langsung?
Mas Riyadi : Banyak mas. Yaw itu kesini, sekedar tanya - tanya dan
melihat proses pembuatan mie ini. Bahkan ada loh mas
dari luar negeri, malaysia kalau tidak salah.
Ane : Proses pembuatannya masih menggunakan cara tradisional
yaw mas, kenapa kok nggak beralih menggunakan peralatan
yang lebih modern?
Tapi beliau tidak menjelaskan kenapa begitu. Ane hanya menerka - nerka saja maksud dari penggunaan peralatan ini agar mie yang dihasilkan tidak terkontaminasi oleh peralatan yang terbilang modern. Tapi sob, menurut Ane ada yang unik loh yaitu pada proses penggilingannya masih menggunakan hewan sapi. Hewan sapi? yapz hewan sapi yang merupakan hewan mamalia ituloh.
Memang kamu aja yang doyan foto, aku juga doyan tau (Emo emo emo) |
Gimana masih penasaran kah dengan cara proses produksi mie Lethek ini? atau malahan menganggap bahwa mie ini tetaplah lethek dan proses produksinya masih jauh terkesan bersih? kalau begitu, silahkan sobat datang langsung kesini yaw dan lihatlah secara langsung proses produksinya. Ah habis ini, Ane mau cari kulineran Mie Lethek dulu ah. Ada yang mau ikut?
Ane dari tempat penggilingan Mie Lethek ini mengucapkan |
Baru tau saya, kalau sapi ikutan kerja mengolah mie hehehe. Pengolahannya masih tradisional, ya.
BalasHapusIyaw kak Efi, bener banget. Sapinya ikut mengolah mie, hehehe. Caranyapun masih tradisional
Hapusbaru tau dengan yang namanya mie lethek., proses pembuatan adonan mienya sendiri sepertinya beda dari pembuatan mie yang lainnya.
BalasHapusApakah rasa mienya sama seperti mie ayam ? :D
Iyaw mas, memang pembuatannya terbilang unik dan beda. Kalau soal rasa, beda dengan mie ayam. Ketika di cerna mienya lembut di mulut bahkan nggak terasa loh mas kalau kita makan mienya. :-)
Hapusaduh, liat sapi ikut giling-giling agak geli ya, tapi salut sedemikian panjang prosesnya, kirain kaya di acara master2 itu :D
BalasHapusNggak juga sieh kak, malah cara tradisional itu unik loh kak pakai sapi,,, mungkin sebagian orang kalau liat proses seperti ini ada yang geli kak, mungkin kak Lia sendiri juga geli, hehhehe. Nah itu dia kak, tak kirain tadinya simple buatnya, ternyata prosesnya panjang bener :-)
Hapuswkwkw ternyata sapi Hits masih hidup to mas ehhe... mantap dah moga sampe anak cucu kelak... hehe proses diinjek"nya itu yang hehehe pizzz
BalasHapusIya mas, masih hidup. Amiiieeen,,, nah itu dia mas, tapi yaw walaupun diinjek - injek, mienya tetap enak lph mas, gurih - gurih gimana gitu, hahahaha
Hapus