Beranjak dari Candi Sojiwan, tujuan kita selanjutnya yaitu berkunjung ke Candi Barong yang terletak di Dusun Candi Sari, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dari Candi Sojiwan kita bergerak ke arah barat sampai mentok. Dari pentokan tersebut, beloklah kita ke kiri mengikuti jalan yang ada. Di tengah perjalanan kita menemukan sebuah plank yang jika lurus ke arah Candi Barong dan jika belok ke kanan akan sampai Jalan Raya Piyungan. Luruslah kita sampai melewati bukit dan menemukan sebuah hotel yang Ane lupa namanya di bangun dari batuan yang menyerupai batuan candi. Jalan yang dilewati cukup kecil tetapi beraspal mulus. Setelah melewati sebuah hotel, kita menemukan sebuah pertigaan lagi. Dari pertigaan tersebut beloklah kita ke kiri, bila ke kanan maka akan sampai di Candi Ratu Boko. Mengikuti jalan yang ada, tak lama kemudian sampailah kita di Candi Barong ini.
Untuk memasuki Candi Barong cuku murah sekali karena tidak dikenakan biaya masuk dan hanya dikenakan biaya parkir saja. Dengan tiket masuk yang gratis bukan berarti candi ini murahan dan minim perawatan lo sob, justru keadaan candi yang bersih dan rapi terlihat di sini.
Candi Barong di bangun pada abad 9 - 10 Masehi yang kemudian ditemukan kembali pada awal abad 20 dalam kondisi runtuh. Upaya pemugaran Candi Barong telah di mulai sejak tahun 1987 dan pada tahun 1992 selesailah pemugaran pada candi induknya dan selanjutnya dilanjutkan dengan pemugaran talud dan pagar.
Sungguh takjub Ane di buatnya. Saking takjubnya kita bingung mencari tangga naik di bagian depan dari Candi Barong tersebut. Seharusnya kita lewat tangga naik yang ada di sebelah barat, namun kita malah memutari candi tersebut.
Candi Barong memiliki keunikan jika dibandingkan dengan candi - candi lain yang ada di kawasan Candi Prambanan. Keunikan itu terlihat dari Penataan yang memusat ke belakang. Hal ini tidak lazim, karena pada umumnya penataan candi periode Jawa Tengah bersifat memusat ke tengah seperti Candi Prambanan dan Candi Sewu. Penataan yang memusat ke belakang ini juga di jumpai di bangunan Candi Ijo yang terletak tidak jauh dari Candi Barong. Selain itu, Candi Barong merupakan bangunan candi punden berundak yang tersusun oleh tiga teras yang makin ke atas makin sempit. Teras pertama berupa tanah lapang yang ditumbuhi rumput hijau tempat dimana semua bagian tubuh candi diletakkan.
Candi Barong tampaknya menghadap ke arah barat, hal ini dapat di lihat dari tangga naiknya yang ada di sebelah barat. Untuk sampai di teras yang kedua kita harus menaiki anak tangga tersebut yang mempunyai tinggi kurang lebih 4 meter dan lebar 3 meter. Berbeda dengan teras pertama, pada teras kedua berupa tanah lapang yang tidak ditumbuhi oleh rumput hijau. Lantai yang licin (karena kita waktu kesana musim penghujan) menuntut kehati - hatian kita dalam melewatinya.
Sama seperti sebelumnya, untuk mencapai teras yang ketiga yaitu teras yang paling atas yang di anggap sebagai teras yang tersuci kita harus menaiki anak tangga terlebih dahulu yang berada di sebelah barat juga. Di puncak tangga terdapat gerbang beratap (gapura paduraksa) yang terdapat hiasan kalamakara di bagian atasnya.
Di teras ini terdapat dua buah bangunan candi yang berjajar arah utara - selatan. Dua buah candi tersebut berukuran 8,18 X 8,18 m dengan tinggi 9,05 m. Letak bangunan pertama di ujung selatan, sedangkan bangunan kedua terletak di tengah pelataran tepat berhadapan dengan tangga.
Candi ini bercorak hindu dan diperkirakan menjadi tempat pemujaan yang berhubungan dengan permohonan kesuburan. Hal ini mungkin berkaitan dengan kondisi tanah di sekitar candi yang kurang subur, sehingga dengan memuja Dewi Sri diharapkan keadaan tanah akan menjadi subur.
Bila kita lihat lebih detail mengenai kedua bangunan candi ini, Kedua bangunan candi tidak mempunyai pintu masuk ke dalam tubuh candi alias buntu karena memang di dalam candi tersebut tidak mempunyai rongga. Pada keempat sisinya terdapat relung yang biasanya digunakan untuk menaruh arca, pada saat kita kesana tak ada satupun arca yang terpasang. Konon pada saat pemugaran ditemukan sejumlah temuan arkeologis di antaranya dua buah arca dewa wisnu, dua buah arca dewi Sri, dua buah arca belum selesai serta sebuah arca Ganesha. Namun semua hanya kenangan, arca yang pernah terpasang di sana sudah tak tersisa. Di atas setiap relung terdapat hiasan kalamakara lengkap dengan rahang bawah yang sangat sederhana pahatannya.
Kemungkinan karena alasan hiasan kalamakara yang tampak seperti barong inilah mengapa candi ini dinamakan Candi Barong. Hal ini bukan tanpa alasan karena tak ada hiasan lainnya yang menyerupai barong yang terdapat di sini terutama pada dinding dan kaki bangunan, hanya ada pahatan berpola dedaunan dan sosok manusia. Bagian atap candi bersusun dengan bentuk runcing.
Selain menikmati bangunan candi, kita juga disuguhkan pemandangan yang sungguh luar biasa indahnya. Nampak Gunung Merapi yang berdiri kokoh di sisi utara. Inilah pemandangan yang dapat kita saksikan di sini.
Candi Barong memiliki keunikan jika dibandingkan dengan candi - candi lain yang ada di kawasan Candi Prambanan. Keunikan itu terlihat dari Penataan yang memusat ke belakang. Hal ini tidak lazim, karena pada umumnya penataan candi periode Jawa Tengah bersifat memusat ke tengah seperti Candi Prambanan dan Candi Sewu. Penataan yang memusat ke belakang ini juga di jumpai di bangunan Candi Ijo yang terletak tidak jauh dari Candi Barong. Selain itu, Candi Barong merupakan bangunan candi punden berundak yang tersusun oleh tiga teras yang makin ke atas makin sempit. Teras pertama berupa tanah lapang yang ditumbuhi rumput hijau tempat dimana semua bagian tubuh candi diletakkan.
Candi Barong tampaknya menghadap ke arah barat, hal ini dapat di lihat dari tangga naiknya yang ada di sebelah barat. Untuk sampai di teras yang kedua kita harus menaiki anak tangga tersebut yang mempunyai tinggi kurang lebih 4 meter dan lebar 3 meter. Berbeda dengan teras pertama, pada teras kedua berupa tanah lapang yang tidak ditumbuhi oleh rumput hijau. Lantai yang licin (karena kita waktu kesana musim penghujan) menuntut kehati - hatian kita dalam melewatinya.
Sama seperti sebelumnya, untuk mencapai teras yang ketiga yaitu teras yang paling atas yang di anggap sebagai teras yang tersuci kita harus menaiki anak tangga terlebih dahulu yang berada di sebelah barat juga. Di puncak tangga terdapat gerbang beratap (gapura paduraksa) yang terdapat hiasan kalamakara di bagian atasnya.
Candi ini bercorak hindu dan diperkirakan menjadi tempat pemujaan yang berhubungan dengan permohonan kesuburan. Hal ini mungkin berkaitan dengan kondisi tanah di sekitar candi yang kurang subur, sehingga dengan memuja Dewi Sri diharapkan keadaan tanah akan menjadi subur.
Bila kita lihat lebih detail mengenai kedua bangunan candi ini, Kedua bangunan candi tidak mempunyai pintu masuk ke dalam tubuh candi alias buntu karena memang di dalam candi tersebut tidak mempunyai rongga. Pada keempat sisinya terdapat relung yang biasanya digunakan untuk menaruh arca, pada saat kita kesana tak ada satupun arca yang terpasang. Konon pada saat pemugaran ditemukan sejumlah temuan arkeologis di antaranya dua buah arca dewa wisnu, dua buah arca dewi Sri, dua buah arca belum selesai serta sebuah arca Ganesha. Namun semua hanya kenangan, arca yang pernah terpasang di sana sudah tak tersisa. Di atas setiap relung terdapat hiasan kalamakara lengkap dengan rahang bawah yang sangat sederhana pahatannya.
Kemungkinan karena alasan hiasan kalamakara yang tampak seperti barong inilah mengapa candi ini dinamakan Candi Barong. Hal ini bukan tanpa alasan karena tak ada hiasan lainnya yang menyerupai barong yang terdapat di sini terutama pada dinding dan kaki bangunan, hanya ada pahatan berpola dedaunan dan sosok manusia. Bagian atap candi bersusun dengan bentuk runcing.
Selain menikmati bangunan candi, kita juga disuguhkan pemandangan yang sungguh luar biasa indahnya. Nampak Gunung Merapi yang berdiri kokoh di sisi utara. Inilah pemandangan yang dapat kita saksikan di sini.
Banyak pengalaman yang Ane dapatkan di sini, yang semula Ane hanya tahu kalau Candi itu seperti itu - itu saja, kini Ane mengubah anggapan itu kalau ternyata candi juga ada yang berbentuk punden berundak.
Puas menikmati Candi Barong, tujuan kita selanjutnya adalah Candi Ijo. Sebelumnya kita mampir dulu di Bukit Breksi yang mempesona. Untuk mengetahui ceritanya, sobat bisa klik postingan Ane tersebut. Sampai jumpa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar