Pada Hari Senin tanggal 16 Februari lalu Ane menyempatkan diri mengunjungi salah satu deretan pantai selatan yang ada di kabupaten Bantul yaitu Pantai Pandansari karena memang ketika itu Ane pulang ke tempat budhe Ane di Bantul.
Waktu menunjukkan pukul satu siang, dari Kota Yogyakarta Ane arahkan kuda hijau menuju ke arah selatan. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di Kota Bantul yakni sekitar 25 menit saja.
Gapura Kabupaten Bantul Yogyakarta |
Dari Kota Bantul Ane masih menuju ke arah selatan lagi yaitu mengambil Jl. Samas hingga kurang lebih 12 Km yang pada akhirnya menemukan sebuah pos Tempat Penarikan Retribusi (TPR) untuk kawasan Pantai Samas. Pos ini lebih dikenal sebagai TPR Pantai Samas karena letak terdekat dari pos tersebut adalah Pantai Samas. Di depan TPR ini terdapat sebuah Plank yang menunjukkan lokasi beberapa pantai yang ada di pesisir selatan Bantul.
TPR Pantai Samas |
Tiket masuk tidaklah terlalu mahal, Ane hanya perlu merogoh kocek 3K saja per orang. Berhubung Ane bersama adik Ane kala itu maka Ane hanya membayar 6K saja untuk memasuki kawasan Pantai Samas. Di belakang tiket masuk tertera sebuah peringatan yang berbunyi: Dilarang mandi di laut "Berbahaya".
Tulisan di belakang tiket masuk |
Tiket masuk sudah di tangan dan kini saatnya melanjutkan perjalanan menuju pantainya. Mula - mula Ane melintasi sebuah jembatan dan kemudian bertemu dengan sebuah pertigaan. Bila ke kiri/selatan maka akan sampai di Pantai Samas dan jika lurus ke arah barat maka akan sampai di beberapa pantai selatan lainnya termasuk pantai Pandansari dan Pantai Goa Cemara. Tentulah Ane mengambil arah lurus/barat saja dan tidak lama lagi sampailah di Pantai Pandansari. Jalan yang di lalui sudah sangat baik dan lebar sekali karena jalan sepanjang pantai selatan ini yang digadang - gadang menjadi jalan lintas pantai selatan.
Memang benar ombak yang ada di deretan pantai selatan ini cukup besar dan sangat berbahaya bila digunakan untuk mandi. Tak heran bila di tiket masuk tertera larangan untuk melakukan aktifitas mandi di laut.
Pemandangan alam di bibir Pantai Pandansari |
Pantai Pandansari terletak di Dusun Patehan, Desa Gadingsari, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul. Menikmati deburan ombak yang besar dan hembusan angin yang lembut dari bibir pantai adalah pilihan yang paling tepat. Selain itu aktifitas seperti memancing pun dapat dilakukan di sini.
Tidak seperti pantai selatan lainnya yang memiliki bibir pantai bersih dan rapi, di Pantai Pandansari sungguh disayangkan karena terdapat banyak sampah yang berserakan di area bibir pantai. Seharusnya pemerintah lebih serius memperhatikan kebersihan bibir pantai ini yang berpotensi sebagai tempat wisata bahari. Selain itu kita sebagai pengunjung seharusnya tetap menjaga lingkungan tetap bersih dan enak bila di pandang mata.
Puas menikmati suasana bibir pantai Ane melanjutkan petualangan ke sebuah menara mercusuar yang terletak di sebelah utara pantai. Tahu tidak sob, kalau menara inilah yang menjadi destinasi utama bagi para pengunjung bila datang kesini.
Menara Mercusuar Pantai Pandansari |
Sesampainya di Menara Mercusuar, Muncullah seorang bapak paruh baya dari sebuah gedung yang terdapat di sekitar Menara Mercusuar. Gedung tersebut nampaknya memang diperuntukkan bagi petugas yang sedang menjaga mercusuar ini.
Ane menduga seseorang tersebut adalah petugas yang sedang ditugaskan untuk menjaga Menara ini. Ternyata benar beliau seorang petugas yang ditugaskan di sini. Ane sempat berbincang - bincang dengan beliau, beginilah kira - kira perbincangan kita:
Ane : Permisi bapak, apakah benar menara ini dibuka untuk
untuk umum?
Petugas : Benar mas, apakah masnya mau naik?
Ane : Benar Pak saya mau naik. Menara ini terdiri dari
berapa lantai ya pak?
Petugas : 8 lantai mas dengan tinggi kurang lebih 40 meter.
Masnya berasal darimana?
Ane : Dari Kretek pak, dekat sini.
Petugas : Eow Kretek, iya berarti orang sini tow.
Ane : Iya pak.
Petugas : Silahkan mas kalau mau naik, 5K saja untuk dua orang.
Ane : Baiklah pak kalau begitu.
Tidak sabar rasanya untuk segera naik ke atas dan menikmati pantai dari atas sana. Tangga demi tangga yang melingkar Ane lalui dan semakin ke atas ruang yang tersedia semakin sempit. Adrenalin pun semakin naik dan gemetarpun tak bisa terelakkan.
Akhirnya sampailah Ane di lantai 7. Hal ini berarti masih ada satu tangga lagi yang harus Ane lalui untuk sampai lantai teratas menara yaitu lantai 8. Berbeda dengan bentuk tangga lainnya yang semuanya melingkar, pada tangga lantai 7 ke lantai 8 ini sempat membuat Ane syok yaitu bentuk tangganya vertikal ke atas dengan derajat kemiringannya 180 derajat.
Ane sempat berfikir mau balik ke bawah, tapi Ane rasa tanggung, mau ke atas ragu - ragu. Itulah yang Ane rasakan ketika itu. Setelah berfikir - fikir lagi Akhirnya Ane memberanikan diri untuk naik ke atas. Semangat
Rasa lelah akhirnya terbayar semua ketika sudah berada di puncak menara. Hamparan laut lepas dan luasnya hamparan perkebunan berupa tanaman buah naga, pohon cemara, dan pohon pandan terlihat dari sini. Tidak hanya itu saja tebing - tebing yang terdapat di timur Pantai Parangtritis pun terlihat juga. Pemandangan yang sangat menakjubkan.
Tidak terasa cukup lama sudah Ane berada di atas, rasa lapar dan lelah pun Ane rasakan. Kini saatnya turun ke bawah dan masih ada satu lagi yang dapat Ane lakukan disini yaitu menikmati buah naga yang terletak tidak jauh dari bibir pantai.
Setibanya di sebuah rumah yang dugaan Ane tempat membeli buah naga tersebut terasa sepi, sambil clingak - clinguk seperti gaya seorangmaling tetap saja sepertinya tidak seorangpun yang tampak di rumah tersebut. Akhirnya Ane memanggil - manggil orang yang ada di dalam rumah dan berharap seseorang muncul dari rumah tersebut. Hasilnya tetap nihil, maka dari itu Ane memutuskan untuk bernarsis ria dahulu di sebuah banner yang bertuliskan "Kebun Buah Naga Merah".
Tak di sangka - sangka, seseorang yang masih tergolong muda muncul dari Kebun Buah Naga Merah. Ane langsung berbincang - bincang dengan beliau:
Ane : Ma'af mas, apakah buah naganya di jual?
Penjaga Buah : Iya, di jual mas
Ane : Berapa per Kg nya mas?
Penjaga Buah : 20K per Kg
Ane : Baik mas kalau begitu saya mau beli
Penjaga Buah : Baik mas (sambil membukakan pintu masuk buat Ane).
Langsung memetik sendiri dari pohonnya saja atau
yang sudah saya petikkan mas?
Ane : Langsung memetik sendiri saja mas.
Lalu Penjaga buah tersebut masuk ke dalam rumah dan mengambilkan Ane sebuah alat pemotong buah yang kurang lebih seperti gunting dan sebuah wadah untuk buahnya yang terbuat dari wadah cat yang berwarna putih.
Inilah salah satu yang menjadi daya tarik yang dimiliki perkebunan buah naga ini yaitu kita bisa menikmati buah naganya dengan cara memilih dan memetik sendiri langsung dari pohonnya.
Ternyata susah juga ya memetik sendiri buah naga yang masih terdapat di pohon. Tak hayal berulangkali Ane gagal dalam memetiknya. Ane Tidak mau menyerah begitu saja sampai pada akhirnya Ane berhasil memetik buahnya sendiri secara langsung dari pohonnya. Hore (sambil jingkrak - jingkrak)
Di dalam daging Buah Naga Merah terdapat biji yang imut nan lembut berwarna hitam. Setelah Ane merasakan sendiri buahnya cukup manis dan lezat. Hari sudah semakin sore, beranjak dari Pantai Pandansari Ane bergerak ke Pantai Goa Cemara Untuk menyaksikkan sunset yang segera tiba.
Bagaimana sob, menarik bukan? Ayok segera angkat ransel anda dan datang kesini. Sampai jumpa.
Penampakan tangga dilihat dari bawah |
Bagi sobat yang takut akan ketinggian tidak usah khawatir karena setiap lantai terdapat jendela yang diberi kaca sehingga sobat bisa mengintip keindahan alam dari balik jendela tersebut. Jadi menyesuaikan kemampuan sobat sejauh mana akan melangkah.
Penampakan tangga dilihat dari atas |
Ane sempat berfikir mau balik ke bawah, tapi Ane rasa tanggung, mau ke atas ragu - ragu. Itulah yang Ane rasakan ketika itu. Setelah berfikir - fikir lagi Akhirnya Ane memberanikan diri untuk naik ke atas. Semangat
Tangga terakhir berupa tangga vertikal |
Pemandangan alam dilihat dari puncak menara |
Tebing Pantai Parangtritis tampak dari menara |
Setibanya di sebuah rumah yang dugaan Ane tempat membeli buah naga tersebut terasa sepi, sambil clingak - clinguk seperti gaya seorang
Ane : Ma'af mas, apakah buah naganya di jual?
Penjaga Buah : Iya, di jual mas
Ane : Berapa per Kg nya mas?
Penjaga Buah : 20K per Kg
Ane : Baik mas kalau begitu saya mau beli
Penjaga Buah : Baik mas (sambil membukakan pintu masuk buat Ane).
Langsung memetik sendiri dari pohonnya saja atau
yang sudah saya petikkan mas?
Ane : Langsung memetik sendiri saja mas.
Lalu Penjaga buah tersebut masuk ke dalam rumah dan mengambilkan Ane sebuah alat pemotong buah yang kurang lebih seperti gunting dan sebuah wadah untuk buahnya yang terbuat dari wadah cat yang berwarna putih.
Inilah salah satu yang menjadi daya tarik yang dimiliki perkebunan buah naga ini yaitu kita bisa menikmati buah naganya dengan cara memilih dan memetik sendiri langsung dari pohonnya.
Ane sedang memetik Buah Naga Merah |
Ane berhasil memetik Buah Naga Merah |
Selain buah naga merah, disini juga terdapat Buah Naga Putih yang memiliki harga lebih ekonomis yaitu 15K per Kg. Kali ini Ane mau mencoba Buah Naga Merah dan mungkin lain kali tidak menutup kemungkinan Ane datang kesini lagi dan mencoba buah naga yang putih. Inilah buah naganya, ada yang mau?
Isi Buah Naga Merah |
Bagaimana sob, menarik bukan? Ayok segera angkat ransel anda dan datang kesini. Sampai jumpa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar