Hai sob, bagaimana nieh kabarnya? semoga baik - baik saja ya. Kali ini Ane mau menceritakan tentang petualangan Ane di salah satu museum yang memiliki koleksi barang seni kebudayaan terlengkap di Yogyakarta yaitu Museum Sonobudoyo. Bahkan museum ini terlengkap kedua setelah Museum Nasional Jakarta dalam bidang seni kebudayaan. Menarik bukan? Yuk mari ikuti ceritanya.
Museum Sonobudoyo sendiri terbagi menjadi dua unit, yaitu unit I yang terletak di Jl. Trikora No. 6 Yogyakarta dan unit II yang terletak di Ndalem Condrokiranan, Wijilan, tepatnya di sebelah timur Alun - alun Utara Kota Yogyakarta. Di sini Ane hanya mengunjungi Museum Sonobudoyo Unit I saja.
Ntah apa dan mengapa pagi itu 21 Februari 2015 tiba - tiba Ane ada keinginan untuk berkunjung ke museum ini. Tidak hanya sebatas keinginan saja akhirnya pada siang harinya berangkatlah Ane dengan sebuah kamera digital, tas ransel dan ditemani oleh kuda hijau Ane ke TKP. Tidak susah dan sulit untuk mencari keberadaan lokasi ini karena letaknya yang sangat strategis berada tepat di sebelah utara Alun - alun Utara Kota Yogyakarta yang menjadi salah satu destinasi utama para wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Berbeda dengan kebanyakan tempat wisata yang ada di Yogyakarta yaitu memungut biaya parkir untuk kendaraan, di Museum Sonobudoyo sendiri tidaklah melakukan hal yang demikian alias gratis tis tis. Alangkah senangnya hati Ane (ups keceplosan deh kalau Ane senang yang gratis - gratis, hehehe).
Memasuki Museum Sonobudoyo Ane harus melewati sebuah pendapa dimana terdapat stand pembelian tiket masuk museum. 3K saja uang yang harus dikeluarkan untuk membeli tiket tersebut. Sangat murah bukan bila dibandingkan dengan pengetahuan yang akan Ane dapatkan.
Selain itu di pendapa ini terdapat seperangkat alat gamelan yang berada persis di depan stand pembelian tiket masuk museum. Sebelum memasuki ruang utama yang terbagi menjadi 11 ruang, Ane di tanya oleh petugas penjaga stand apakah mau menggunakan jasa pemandu atau tidak? Lalu Ane menjawab tidak. Alasannya simpel Soalnya Ane mau narsis habis (hehehe) dan tidak mau merepotkan pemandu tentunya. Bagi sobat yang datang kesini, Ane menyarankan lebih baik menggunakan jasa pemandu yang telah disediakan supaya bisa tahu tentang sekelumit koleksi - koleksi yang ada. Inilah sebuah pendapa yang Ane maksud.
Tak sabar rasanya ingin segera melangkah untuk mengetahui apa saja yang ada di dalam ruang - ruang tersebut. Ruang pertama yang Ane masuki adalah Ruang Pengenalan.
Yang paling menarik perhatian Ane ketika di ruang pertama ini adalah Pasren atau Krobongan yang di dalamnya terdapat sepasang patung Loro Blonyo, sepasang lampu robyong, sepasang lampu jlupak, dan sebuah tempat tidur yang terdiri dari kasur, kelambu, bantal, dan guling.
Beranjak dari ruang pertama Ane menuju ke ruang kedua yaitu Ruang Prasejarah dimana di ruangan ini menyajikan benda - benda peninggalan masa prasejarah yang menggambarkan cara hidup manusia pada masa itu, di antaranya berburu, mengumpulkan makanan dan meramu. Pada tingkat selanjutnya manusia mulai bercocok tanam secara sederhana serta melakukan upacara - upacara yang berhubungan dengan religi (kepercayaan terhadap roh nenek moyang, penguburan serta kesuburan).
Benda pertama yang berhasil menarik perhatian Ane ketika berada di sini adalah terdapatnya replika peti kubur batu yang terletak tepat di tengah - tengah ruangan.
Inilah beberapa koleksi lainnya yang ada di ruangan ini yang berhasil Ane abadikan:
Sebuah gambar yang mendeskripsikan bagaimana kehidupan di zaman prasejarah lalu. Begitu melihat gambar ini Ane langsung teringat akan pelajaran sejarah pada waktu SMP tentang kehidupan pada masa zaman prasejarah terutama untuk menghasilkan bara api yaitu hanya menggunakan sebuah batu yang digesekkan. Hebat bukan?
Inilah beberapa macam koleksi yang ada di ruangan Klasik dan Peninggalan Islam yang berhasil Ane abadikan.
Yang paling menarik perhatian Ane ketika di ruang pertama ini adalah Pasren atau Krobongan yang di dalamnya terdapat sepasang patung Loro Blonyo, sepasang lampu robyong, sepasang lampu jlupak, dan sebuah tempat tidur yang terdiri dari kasur, kelambu, bantal, dan guling.
Pasren atau Krobongan |
Pintu masuk Ruang Prasejarah |
Ane di depan Replika Peti Kubur Batu |
Selain itu terdapat sebuah nekara dan moko yang menunjukkan eratnya hubungan antara seni dan religi. Hiasannya selain indah juga mempunyai makna simbolis sesuai fungsi dan masa pembuatannya. Berbentuk geometris, antropomartis, flora dan fauna.
Nekara dan Moko ini berfungsi sebagai benda pusaka, maskawin dan alat tukar. Selain itu digunakan sebagai alat musik pukul dalam upacara adat.
Ane di depan Nekara dan Moko |
Sebuah gambar yang mendeskripsikan bagaimana kehidupan di zaman prasejarah lalu. Begitu melihat gambar ini Ane langsung teringat akan pelajaran sejarah pada waktu SMP tentang kehidupan pada masa zaman prasejarah terutama untuk menghasilkan bara api yaitu hanya menggunakan sebuah batu yang digesekkan. Hebat bukan?
Memasuki Ruang yang ketiga yaitu Ruang Klasik dan Peninggalan Islam. Pada ruangan ini, dalam penyajian koleksi dikelompokkan menjadi tujuh unsur kebudayaan universal yaitu:
1. sistem Kemasyarakatan,
2. sistem Bahasa,
3. Sistem Religi,
4. Sistem Kesenian,
5. Sistem Ilmu Pengetahuan,
6. Sistem Peralatan Hidup, dan
7. Sistem Mata Pencaharian Hidup.
Pintu masuk Ruang Kalsik dan Peninggalan Islam |
Gambar Peta Situs Periode Islam |
Cerita berlanjut di:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar