Beranjak dari Candi Sari Ane bergerak menuju kesini namun sebelumnya beristirahat dahulu di sebuah masjid. Bagi yang belum membaca postingan Ane yang berjudul Candi Sari: Biara Para Biksu, silahkan membacanya terlebih dahulu yaw sob supaya nyambung ceritanya.
Kira - kira jam dua lewat seperempat siang Ane langkahkan kaki dari masjid. Mula - mula melewati Jl. Raya Yogya - Solo ke arah timur dan tak lama kemudian terlihat Candi Prambanan yang gagah berdiri di sebelah kiri jalan. Bukan kesini tujuan Ane melainkan ke Candi Plaosan Lor dan Kidul, maka masih lurus lagi sampai menemukan perempatan lampu merah. Dari sini Ane harus belok ke kiri/utara lurus terus hingga menemukan sebuah perempatan jalan yang terdapat sebuah petunjuk arah ke Candi Plaosan.
Ane berbelok ke arah kanan mengikuti petunjuk arah tersebut. Sambil berjalan Ane sudah melihat sebuah candi yang berdiri kokoh di tengah hamparan sawah yang Ane belum tahu apakah candi tersebut? yang bisa Ane lakukan adalah terus menelusuri jalan di kanan dan kirinya terdapat hamparan sawah yang hijau menuju ke arah candi sambil menduga - duga bahwa candi tersebut adalah Candi Plaosan Lor.
Ternyata dugaan Ane memang benar kalau candi tersebut adalah Candi Plaosan Lor. Candi Plaosan Lor ini terletak di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Sebelum memasuki candi terdapat sebuah tempat parkir di sebelah kanan/selatan jalan yang kurang lebih mirip seperti sebuah gubuk.
Ane parkir dahulu kuda hijau Ane dan selanjutnya menuju ke candinya. Sungguh takjub apa yang Ane lihat secara nyata. Belum masuk saja sudah membuat decak kagum apalagi kalau sudah masuk (pikir Ane dalam hati). Selama ini Ane hanya mengenal candi Borobudur atau Prambanan saja yang memiliki area yang luas. Di Candi Plaosan Lor ini pun tak kalah mengagumkan, luasnya area dengan dua candi utama yang biasa di sebut candi kembar yang di kelilingi oleh candi perwara. Walaupun sudah banyak bangunan yang rusak ditandai dengan adanya sisa - sisa reruntuhan candi di tempatnya, namun tidak mengurangi nilai keindahannya.
|
Sisa - sisa reruntuhan candi |
Di samping kiri pintu masuk terdapat sebuah pos pengisian buku tamu yang di jaga oleh beberapa penjaga. Masuklah Ane ke pos tersebut dan mengisi sebuah buku tamu yang tersedia. Sebenarnya tidak ada tarif khusus untuk masuk ke candi cuman sesudah mengisi buku tamu bapaknya bilang uang sukarela saja mas. Ya sudah Ane kasih 5k saja sebagai uang sukarela toh guna perawatan candi agar tetap terjaga.
|
Sebuah buku tamu Candi Plaosan Lor |
Ane sempat membaca buku tamu, ternyata pengunjungnya ada yang berasal dari luar negeri sehingga membuat Ane semakin bangga atas negeri kita tercinta ini. Lanjut ceritanya
Di sekitar pos pengisian buku tamu terdapat sebuah papan penulisan yang menjelaskan secara singkat mengenai Candi Plaosan ini dan dua buah batu peresmiannya masing - masing diresmikan pada tahun 1998 dan 2010.
|
Batu peresmian tahun 1998 |
|
Batu peresmian tahun 2010 |
Sedangkan di samping kanan pintu masuk sudah terdapat sebuah candi perwara yang seolah - olah siap menyambuat siapa saja yang datang mengunjunginya.
Tak ingin berlama - lama di sini Ane melangkahkan kaki menuju arah utara yaitu menuju Candi Utama selatan. Inilah alasan mengapa Candi Plaosan Lor di sebut candi kembar karena terdapatnya dua candi yang kurang lebih sama besar yaitu Candi Utama Selatan dan Candi Utama Utara.
Di tengah jalan Ane menjumpai sisa - sisa reruntuhan candi yang diletakkan di tengah sawah. Mungkin hal ini dikarenakan sudah tidak adanya tempat lagi di kompleks candi untuk meletakkan sisa - sisa reruntuhan candi yang ada.
|
Sisa - sisa reruntuhan candi di tengah areal persawahan |
Candi Plaosan Lor ini menghadap ke barat. Di Candi Utama selatan ini Ane merasa sebagai tamu istimewa. Tahu tidak sob, kenapa? karena Ane di sambut oleh sepasang patung yang saling berhadapan yang tak lain adalah arca Dwarapala, hehe.
|
Ane dan Arca Dwarapala |
Kenapa Ane tahu kalau Arca Dwarapala ini berada di depan Candi Utama Selatan? ada yang tahu tidak sob? karena di sebelah timur Arca Dwarapala terdapat sebuah tulisan di papan petunjuk yang berbunyi "Candi Utama Selatan". Tuh kan Ane terlihat cerdas, hehe.
Sejauh mata memandang hanya terdapat dua candi utama dan beberapa candi perwara saja yang masih berdiri kokoh, sedangkan yang lainnya tinggal sisa - sisa reruntuhannya saja. Berdasarkan dari informasi yang Ane dapatkan kalau jumlah candi utama yang ada dua buah dan 174 candi perwara yang terdiri dari 58 candi kecil dan 116 berbentuk stupa.
Sebelum memasukinya yuk kita belajar sejarahnya terlebih dahulu. Candi Plaosan Lor didirikan pada abad ke-9 Masehi oleh pasangan raja dan permaisuri yang bernama Rakai Pikatan dari dinasti Sanjaya yang beragama hindu dan Pramudya Wardhani dari dinasti Syailendra yang beragama budha.
Sungguh bahagianya Ane bisa menginjakkan kaki di sini (sambil gulung - gulung dan meloncat kesana - kemari).
|
Hore hore hore |
Candi Utama Selatan ini mempunyai ukuran panjang 15 meter, lebar 10 meter, dan tinggi 15 meter. Kondisi candi saat ini masih terlihat bagus dan memiliki keindahan bangunan yang sangat luar biasa.
|
Candi Utama Selatan tampak sisi barat |
|
Candi Utama Selatan tampak sisi selatan |
|
Keindahan di sebelah timur Candi Utama Selatan |
|
Keindahan di sebelah barat laut Candi Utama Selatan |
Relief pada Candi Utama Selatan ini terlihat gambar sosok pria yang di percaya sebagai hasil karya Pramudya Wardhani sebagai bentuk kasih sayang, pengabdian, dan penghormatan kepada sang suami yakni Rakai Pikatan.
Cukup sudah menikmati candi dari sisi luarnya dan saatnya sekarang Ane masuk ke dalam candi ini. Ada apakah gerangan? Yuk mari masuk.
|
Pintu masuk Candi Utama Selatan |
Candi ini memiliki tiga ruangan. Susunan di ketiga ruangan ini hampir mirip semua. Sepertinya dahulu candi ini merupakan sebuah bangunan bertingkat dua hal ini ditandai dengan terdapatnya bekas tempat memasang lantai. Jadi kemungkinan dahulu terdapat enam ruang yang mana tiga ruangan lagi berada di atas. Antara ruang tengah dengan samping kanan dan kiri dihubungkan dengan sebuah pintu.
Di ruang tengah terdapat dua buah arca budha duduk berderet di atas padadmasana menghadap ke pintu/barat. Sepertinya dahulu bukan dua buah arca yang terdapat di sini melainkan tiga buah, namun yang tengah sudah tidak ada begitu juga dengan yang terjadi di ruangan kanan dan kiri.
Cerita berlanjut di:
Ada Kisah Cinta di Candi Plaosan Lor (Part 2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar