Hallo sob, bagaimanakah kabarnya? Semoga baik-baik saja ya, Amien. Kali ini ane spesial mau menceritakan mengenai pengalaman ane dalam menikmati perayaan Sekaten di Yogyakarta. Ane sebut spesial karena di catatan artikel ane yang ke-50 bukan menceritakan keindahan alam pegunungan, luas dan indahnya pantai, susur goa, dan lain sebagainya tetapi bercerita mengenai kebudayaan yang kita miliki bersama ini.
Ane sebenarnya sudah dua kali menikmati perayaan sekaten ini, yang pertama di tahun 2014 dan yang kedua di tahun 2015 yang baru berlangsung pada tanggal 3 Januari 2015. Sebelum ane bercerita mengenai perayaan ini, yuk kita cari tahu sedikit gambaran sejarah mengenai sekaten ini.
Kata sekaten berasal dari kata syahadatain yaitu sebuah kalimat syahadat yang harus di baca oleh seseorang ketika ia ingin masuk islam yang mempunyai arti tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah. Sekaten ini dimulai sejak dari Kerajaan Demak yang merupakan hasil gagasan dari Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga ketika itu mengetahui bahwa rakyatnya menyukai perayaan, keramaian yang berhubungan dengan upacara-uapacara keagamaan. Nah timbullah gagasan Sunan Kalijaga agar kerajaan menyelenggarakan perayaan, keramaian setiap menyongsong hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada bulan rabiulawal. Maka pada bulan rabiulawal, seminggu sebelum hari kelahiran nabi diselenggarakanlah perayaan, keramaian yang disebut dengan sekaten. Walaupun sekarang perayaan sekaten dilaksanakan sebulan menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Pada tanggal 3 Januari 2015 kemarin berangkatlah ane ke Alun-alun Lor Kota Yogyakarta ini untuk menikmati suasana kota Yogyakarta ketika Grebeg Sekaten tiba. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di tempat perayaan Grebeg Sekaten ini dari tempat dimana ane tinggal dan pada Pukul setengah 10 pagi sampailah ane di halaman depan Masjid Gede Kauman. Benar bahwa ratusan bahkan ribuan orang sudah memadati halaman masjid ini. Apalagi Grebegan tahun ini berbarengan dengan hari libur nasional yaitu tahun baru dan Natal.
Menurut kabar yang beredar, gunungan muncul sekitar pukul 10 pagi. Gunungan adalah salah satu unsur yang paling penting yang wajib ada dalam perayaan grebeg sekaten ini. Sembari menunggu Gunungan tiba, ane sempat memperhatikan lingkungan sekitar. Di sebelah samping halaman masjid terdapat berbagai penjual yang sedang menjajakan barang dagangannya. Selain itu di tengah jalan depan halaman masjid pun tidak ketinggalan dipadati oleh para penjual barang dagangannya. Setelah lama menunggu tepat pukul 10.30 muncullah iring-iringan sejumlah gunungan yang dikawal oleh sejumlah pasukan prajurit keraton.
Gunungan Wadon |
Gunungan ini dapat berupa bahan makanan semisal berupa sayuran, diantaranya kacang panjang, ubi, cabai merah, dan berupa bahan pangan yang di bentuk menyerupai gunung sebagai bentuk sedekah/pemberian Raja Kasultanan Yogyakarta kepada Rakyatnya. Maka tak heran masyarakatnya menganggap hal tersebut sebagai ngalap berkah.
Gunungan Lanang |
Dari ketujuh gunungan tersebut, lima di antaranya di bagikan di Masjid Gede Kauman diantaranya Gunungan Lanang, Wadon, Depak, Pawuhan, dan Bromo. Lalu gunungan yang keduanya di bawa kemana? Nah yang keduanya dibagikan di Puro Pakualam dan kepatihan.
Iring-iringan gunungan tidak lepas dari kawalan para prajurit keraton Terutama Prajurit Bugis. Namun selain Prajurit Bugis, terdapat berbagai pasukan prajurit, diantaranya Prajurit Wirobrojo, Ketanggung, Bugis, Dhaeng, Patangpuluh, Nyutro, Jogokaryo, Prawirotomo, Mantirejo, dan surokarso. Berikut ane sempat mengabadikan beberapa gambar mengenai prajurit-prajurit tersebut.
Me and Prajurit Bugis |
Me and Prajurit Nyutro |
Bergaya dahulu sama bapak prajurit. Action, cepret, cepret, cepret, hehe. Beragam pakaian dikenakan oleh para prajurit keraton ini mulai dari warna merah, kuning, hitam dan loreng - loreng.
Me and Prajurit Prawirotomo |
Me and Prajurit Jogokaryo |
Me and Prajurit Patangpuluh |
Selain itu terdapat juga pakaian berwarna putih. Nah dari kesemuanya itu di bawah ini foto yang sangat mengagumkan dan paling berkesan bagi ane karena berpose langsung dari salah satu pemimpin pasukan prajurit. Mau lihat seperti apa fotonya? langsung saja cekidot.
Me And Pemimpin Prajurit Dhaeng |
Prajurit Surokarso |
Semuanya terlihat harmonis dan saling mengisi dalam perayaan grebeg sekaten ini. Salut kepada Kota Yogyakarta sebagai kota kebudayaan ini. Namun sungguh sayang, di akhir cerita ini ada hal yang membuat ane sedih. Hal ini dikarenakan ane sendiri tidak kebagian dari gunungan yang sudah ane ceritakan di atas, yasudahlah. Jadi nggak diberkahi donk? eit tunggu dahulu, sebenarnya ngalap berkah tersebut hanyalah kepercayaan masyarakat jawa yang jika kita mendapatkan bagian dari gunungan yang dibagikan tersebut, maka hidup kita akan lebih sejahtera dan menjadi berkah.
Perebutan gunungan ini menandakan berakhirnya perayaan sekaten yang sebelumnya telah berlangsung selama sebulan. Terlepas dari semua itu, yang paling penting adalah budaya sekaten ini merupakan budaya yang sungguh luar biasa eloknya. Bagaimana tidak, budaya ini melibatkan berbagai banyak pihak, di antaranya pelaku usaha, pihak keraton dengan para prajuritnya, dan masyarakat itu sendiri.
Buat sobat yang memerlukan informasi mengenai kapan Waktu pelaksanaan Grebeg sekaten ini dilaksanakan? jawabannya adalah ketika Hari Maulid Nabi Muhammad SAW. Ayo buruan datang ke Yogyakarta ini yang banyak menyimpan cerita dan tak akan habis untuk diceritakan.
Sekian dahulu yaw sob cerita ane, Kita sebagai generasi muda sudah selayaknya melestarikan kebudayaan ini agar tidak hilang di telan zaman. Karena budaya ini selain dikenal oleh wisatawan domestik, juga dikenal oleh wisatawan mancanegara. Hal ini ditandai dengan banyaknya turis asing yang datang ke Yogyakarta dan menyaksikan acara ini. Sampai jumpa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar